Kelak pada hari kiamat, Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan Nabi Adam ‘alaihis salam untuk mengeluarkan sembilan ratus sembilan puluh sembilan dari seribu orang untuk dimasukkan ke dalam neraka. Sungguh dahsyat perkara tersebut. Para sahabat nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam terkagetkan akan berita tersebut. Bagaimana dengan kita? Iya, bagaimana tidak, sebanyak itu penghuni neraka.
Al Imam Al Bukhari rahimahullah meriwayatkan hadis di dalam kitab Shahihnya no. 3348 dan Muslim no. 222 dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, Allah subhanahu wa ta’ala berkata kepada Nabi Adam ‘alaihis salam, “Wahai Adam!” Adam ‘alaihis salam pun menjawab, “Aku sambut panggilan-Mu penuh dengan kebahagiaan, wahai Rabbku. Segala kebaikan ada pada kedua tangan-Mu.” Allah menyeru kembali kepada Adam, dengan suara yang hakiki didengar oleh Adam, “Keluarkan utusan menuju neraka!” Adam ‘alaihis salam berkata, “Apa itu utusan neraka tersebut?” Allah berfirman, “Setiap seribu orang, kirimkan 999.” Di saat itu, anak kecil pun beruban dan wanita yang hamil melahirkan anaknya, serta engkau melihat manusia mabuk kepayang, padahal mereka tidak sedang mabuk, namun sungguh azab Allah teramat pedih. Para sahabat bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Di manakah kami dari satu orang tersebut (yang selamat dari neraka)?” Nabi memberikan kabar gembira, “Bergembiralah kalian, karena sesungguhnya satu orang di antara kalian, dan Ya’juj dan Ma’juj itu ada seribu orang.”
Pada nomor hadis no. [4741] di dalam kitab Shahih Al Bukhari, Nabi bersabda, “Kalian di hadapan manusia, bagaikan sehelai bulu hitam yang ada pada sapi putih.”
DZULQARNAIN SANG MUJAHID FI SABILILLAH
Tatkala Dzulqarnain berkuasa, sang raja yang saleh dan menguasai bumi belahan timur dan barat, dia diminta untuk membuat benteng yang melindungi manusia dari gangguan yang diperbuat oleh Ya’juj dan Ma’juj. Dzulqarnain, sang mujahid yang berjihad di jalan Allah, menyeru umat manusia untuk beribadah kepada Allah, serta Allah luaskan dan bentangkan kekuasaannya di muka bumi. Dia bukanlah Iskandar Yunani yang kafir, anak didik Aristoteles. Dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, Dzulqarnain membangun tembok yang kokoh, yang menghalangi Ya’juj dan Ma’juj dari umat manusia, menghalangi mereka untuk membuat kerusakan di muka bumi. Dinding yang terbuat dari lelehan besi panas dicampur dengan tembaga mendidih, tidak bisa didaki, tidak pula dilubangi oleh Ya’juj dan Ma’juj.
Allah subhanahu wa ta’ala mengabadikan kisah Dzulqarnain dan ketawadhu’annya di dalam Al Quran,
قَالَ هَـٰذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّى ۖ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّى جَعَلَهُۥ دَكَّآءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّى حَقًّا وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِى بَعْضٍ ۖ وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَجَمَعْنَـٰهُمْ جَمْعًا
“(Dzulqarnain berkata) Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku. Maka apabila sudah datang janji Rabbku, Dia akan menjadikannya hancur luluh. Dan janji Rabbku itu adalah benar. Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya.” [Q.S. Al Kahfi: 98-99]
NABI BENAR-BENAR KAGET
Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbicara bukan dari hawa nafsu, namun berdasarkan wahyu dari Allah ‘azza wa jalla. Beliau benar-benar terkagetkan, ternyata dinding Dzulqarnain yang kokoh tersebut telah berlubang.
Di dalam kitab Shahih Al Bukhari [3346, 3598, 7135] dan Muslim [2880] dari shahabiyah Zainab bintu Jahsy radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di sisi Zainab. Tiba-tiba beliau terbangun dalam keadaan wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia memerah sambil berkata,
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، وَيۡلٌ لِلۡعَرَبِ مِنۡ شَرٍّ قَدِ اقۡتَرَبَ فُتِحَ الۡيَوۡمَ مِنۡ رَدۡمِ يَأۡجُوجَ وَمَأۡجُوجَ مِثۡلُ هٰذِهِ
“Laa ilaaha illallaah” Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, kecelakaan bagi bangsa arab karena dekatnya kejelekan (yang akan menimpa umat manusia). Sungguh pada hari ini telah terbuka lubang Ya’juj dan Ma’juj sebesar ini.” Nabi sambil melingkarkan ibu jari dengan jari telunjuk. Zainab berkata, ‘Apakah kami akan binasa sementara di tengah-tengah kami ada orang-orang saleh, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Iya, jika kerusakan sudah banyak terjadi.” Pada sebagian riwayat, isyarat tersebut menunjukkan angka sepuluh, sembilan puluh, atau seratus.
Pada zaman nabi lebih dari 14 abad yang lalu, dinding Ya’juj dan Ma’juj terbuka seukuran itu. Sebesar lingkaran antara ibu jari dan jari telunjuk. Bagaimana dengan sekarang?
“BESOK, KITA AKAN MENGGALINYA KEMBALI”
Sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj menggali dinding tersebut setiap hari, hingga ketika mereka melihat sinar matahari salah seorang dari pemimpin mereka mengatakan, “Kembalilah kalian kita akan menggalinya esok lagi.” Usaha mereka kerahkan untuk bisa keluar dan bebas dari dinding yang kokoh tersebut. Lalu mereka kembali dan mendapatkan kerasnya benteng tersebut sedia kalanya. Hingga mencapai masa yang Allah tentukan, Allah izinkan mereka secara keseluruhan untuk keluar ke penjuru dunia. Mereka menggalinya hingga melihat sinar matahari, pemimpin mereka mengatakan, “Kembalilah kalian, kita akan menggalinya kembali!” seraya mengucapkan insyaAllah. Mereka kembali dan mendapatinya dalam keadaan terakhir yang mereka tinggalkan. Hingga mereka berhasil menggalinya lalu keluar menemui manusia. Manusia pun berlari dari mereka.
Demikianlah yang disabdakan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Al Imam At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari sahabat Abu Hurairah yang dishahihkan oleh Al Imam Al Albani.
JANJI ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA PASTI TERWUJUD
Tembok Dzulqarnain tak mampu lagi menghalangi Ya’juj dan Ma’juj untuk bertindak sesuka mereka di muka bumi. Ini bukti kebenaran firman Allah ‘azza wa jalla,
قَالَ هَـٰذَا رَحْمَةٌ مِّن رَّبِّى ۖ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ رَبِّى جَعَلَهُۥ دَكَّآءَ ۖ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّى حَقًّا
“Dzulqarnain berkata, ‘Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar.’” [Q.S. Al Kahfi: 98]
Keluarnya komunitas Ya’juj dan Ma’juj secara besar-besaran dari tempat mereka menuju segala penjuru dunia merupakan salah satu tanda akan dekatnya hari kiamat. Ya’juj dan Ma’juj keluar dengan cepat, dengan jumlah yang sangat banyak, dan mereka turun dari tempat-tempat yang tinggi.
حَتَّىٰٓ إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُم مِّن كُلِّ حَدَبٍ يَنسِلُونَ
“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” [Q.S. Al Anbiya: 96]
Sungguh besar dan kuat kekuatan mereka. Rombongan pertama mereka telah melewati Laut Thabariyah, lalu meminum airnya. Lalu akhir rombongam melewatinya, dalam keadaan airnya telah diminum. Mereka bertanya-tanya, “Dahulu di sini ada air???!”
Tidak ada satu tempat yang mereka lalui, melainkan mereka rusak. Mereka bunuh umat manusia dan merusak harta benda mereka. Lalu mereka bergerak terus hingga sampai pada gunung Baitul Maqdis. Mereka mengatakan, “Kita telah membunuh penduduk bumi. Mari kita bunuh penduduk langit!” Mereka pun melemparkan tombak-tombak mereka ke arah langit. Lalu Allah mengembalikannya kepada mereka dalam keadaan berlumuran darah, sebagai ujian bagi mereka. [H.R. Muslim]
BERKAT DOA
Waktu tersebut terjadi ketika Nabi Isa ‘alaihis salam telah turun dari langit ke bumi, setelah beliau membunuh masihud Dajjal. Allah mewahyukan kepada Nabi Isa untuk berlindung di Thur bersama kaum muslimin. Nabi kita bersabda yang artinya, “Ketika Allah mewahyukan kepada Isa, “Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku, tidak ada seorang pun yang bisa memerangi mereka, maka lindungilah hamba-hamba-Ku ke Ath Thur!”
Di saat itu, tidak ada yang bisa mereka perbuat kecuali berlari dari Ya’juj dan Ma’juj. Nabi Isa ‘alaihis salam dan kaum muslimin semakin terdesak, karena mereka dikepung oleh Ya’juj dan Ma’juj. Mereka hanya bisa bertahan. Hingga nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan keadaan di saat itu, beliau berkata,
حَتَّى يَكُونَ رَأۡسُ الثَّوۡرِ لِأَحَدِهِمۡ خَيۡرًا مِنۡ مِئَةِ دِينَارٍ لِأَحَدِكُمُ الۡيَوۡمَ
“Hingga seekor kepala sapi milik mereka lebih baik daripada seratus dinar bagi kalian pada hari ini.”
Hingga Nabi Isa ‘alaihis salam berdoa sepenuh hati kepada Allah. Allah kemudian mengirim wabah, An Naghfan seperti ulat yang biasa hidup di hidung-hidung unta dan kambing, yang masuk melalui leher-leher mereka. Mereka mati semua, mati serentak bagaikan korban pembunuhan. Lalu Isa dan para pengikutnya turun dari gunung. Mereka tidak mendapatkan satu jengkal tempatpun kecuali dipenuhi oleh mayat Ya’juj dan Ma’juj, lemak, daging, dan bau busuk mereka.
Sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan, “Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh hewan-hewan bumi menjadi gemuk karena makan daging dan darah mereka.” [Lihat Shahih Al Jami’ Ash Shaghir 2276]
Nabi Isa ‘alaihis salam beserta kaum muslimin berdoa kembali kepada Allah, sehingga Allah subhanahu wa ta’ala mengutus burung-burung yang membawa bangkai-bangkai mereka dan dibuang ke tempat yang Allah inginkan. Lalu Allah ‘azza wa jalla menurunkan air hujan, tidak ada satu tempat pun di muka bumi melainkan Allah bersihkan. Allah subhanahu wa ta’ala perintahkan bumi untuk mengeluarkan keberkahannya. “Tumbuhkan buah-buahmu dan kembalikan keberkahanmu, wahai bumi!”, kata Allah memerintahkan bumi. [Kisah ini bersumber dari hadis An Nawwas yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim rahimahullah pada kitab Shahihnya [2937].]
HAKIKAT YA’JUJ DAN MA’JUJ
Pembaca Qudwah, semoga Allah senantiasa memuliakan kita,
Siapakah sebenarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj, apakah mereka manusia atau makhluk gaib? Tak jarang kita mendengar bahwa di antara mereka ada yang setinggi pohon kurma yang menjulang tinggi atau bahkan lebih. Di antara mereka, ada yang sangat kecil, ada yang punya dua ekor, satu ekor untuk buang hajat dan ekor yang lain untuk bersetubuh. Bahkan karena dianggap misterius, sebagian menyangka bahwa Ya’juj dan Ma’juj adalah makhluk gaib yang hidup di luar dunia kita ini.
Mereka adalah anak keturunan Adam ‘alaihis salam dan Hawa. Bukan yang disangka sebagian manusia bahwa Nabi Adam mimpi basah, lalu maninya jatuh ke tanah hingga bercampur dan melahirkan Ya’juj dan Ma’juj. “Tidak ada dalil yang menunjukkan hal demikian. Hal ini tidak dinyatakan oleh orang yang wajib diterima ucapannya (yaitu Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) pada perkara ini”, kata Ibnu Katsir rahimahullah. Beliau menegaskan, “Ya’juj dan Ma’juj adalah keturunan Nuh, melalui jalur Yafit Abul Turki (nenek moyang bangsa Turki). Dahulu mereka hidup di muka bumi dan membuat kerusakan. Lalu Dzulqarnain mengurung mereka di tempat mereka di balik dinding itu. Hingga Allah mengizinkan mereka untuk keluar bertemu dengan manusia yang lainnya.”
Asy Syaikh Muhammad bin Saleh Al ‘Utsaimin rahimahullah menuturkan, “Dari sini kita tahu kesalahan orang yang mengatakan bahwa mereka bukan berwujud manusia, anak keturunan Adam. Sebagian mereka ada yang sangat kecil. Sebagian yang lain sangat tinggi. Ada yang ekornya dipakai untuk memangsa musuhnya. Dan lain sebagainya.” “Semua ini adalah khurafat Bani Israil. Kita tidak boleh membenarkannya. Namun kita katakan, ‘Mereka dari anak keturunan Adam. Mereka berbeda karena perbedaan lingkungan; tempat, cuaca, iklim, dan semisalnya. Anda dapati orang yang tinggal di sekitar garis khatulistiwa, lingkungan mereka bukan lingkungan orang-orang utara. Setiap orang memiliki lingkungan yang berbeda. Orang yang berada di belahan bumi timur, tidak sama dengan yang berada pada pertengahan bumi. Hal ini terkadang berbeda,” tegas beliau rahimahullah.
Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah menuturkan, “Mereka, sebagaimana manusia yang lainnya, dari jenis bangsa Turki, matanya kecil sipit, hidungnya pesek, rambutnya merah sesuai dengan model dan warna mereka.”
DI MANA MEREKA SEKARANG?
Ketika ada pertanyaan, “Ya’juj dan Ma’juj yang disebutkan di dalam Al Quran, apakah keduanya ada di muka bumi atau di alam selain alam kita dan apakah keduanya jenis manusia atau bukan?”, Al Lajnah Ad Daimah mengatakan, “Keduanya dari jenis manusia, dari keturunan Adam Abul Basyar (bapaknya manusia). Keduanya hidup di muka bumi, di ujung timur.”
“Ya’juj dan Ma’juj dari keturunan Adam, dari anak Yafit bin Nuh ‘alaihis salam. Mereka tinggal di Benua Asia, sebelah utara Cina. Mereka berada di permukaan bumi seperti keumuman Bani Adam. Mereka memiliki kekuatan dan daya yang sangat besar. Mereka telah menimbulkan kerusakan di muka bumi”, kata para ulama yang bergabung pada lembaga tersebut, Al Lajnah Ad Daimah yang diketuai oleh Asy Syaikh Ibnu Baz rahimahullah. Demikian jawaban mereka, semoga Allah merahmati mereka ketika ditanya, “Siapakah Ya’juj dan Ma’juj? Di benua mana mereka berada? Apakah mereka di atas muka bumi?”
Secara tersendiri, Al Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz pernah berfatwa tentang Ya’juj dan Ma’juj. Kata beliau, “Mereka dari keturunan Adam ‘alaihis salam. Keluar pada akhir zaman. Mereka berada di bagian timur bumi. Dahulu bangsa Turki dari mereka. Mereka tinggal di luar dinding. Sementara Ya’juj dan Ma’juj tinggal di balik dinding tersebut. Bangsa Turki di luar dinding tersebut.”
Beliau melanjutkan, “Ya’juj dan Ma’juj merupakan bagian bangsa-bangsa timur bumi (tepatnya ujung timur). Mereka akan keluar di akhir zaman, dari bangsa China dan yang ada di sekitarnya, setelah keluarnya Dajjal dan turunnya Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salam. Karena mereka tinggal di sana ketika Dzulqarnain membangun dinding tersebut. Sehingga mereka di balik dinding sebelah dalam. Sementara bangsa Turki dan Tartar di sebelah luar.”
“Jika Allah subhanahu wa ta’ala menghendaki mereka keluar kepada manusia, mereka akan keluar dari tempatnya. Mereka tersebar di muka bumi. Membuat kerusakan di bumi. Lalu Allah mengirim ulat yang menyerang mereka melalui leher-leher mereka, hingga mati bagaikan satu jiwa pada saat itu juga. Sebagaimana dikabarkan dalam hadis-hadis Nabi yang shahih. Nabi Isa ‘alaihis salam dan kaum muslimin berlindung dari mereka, karena keluarnya mereka pada waktu Isa setelah keluarnya Dajjal.” Demikian penegasan Asy Syaikh Ibnu Baz rahimahullah ketika ditanya tentang Ya’juj dan Ma’juj.
Wallahu a’lam bish shawab.
SUMBER:
An Nihayah Fil Fitan Wal Malahim, Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, Asyrathus Sa’ah, dan rujukan yang lainnya.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 34 vol. 3 1437 H/ 2015 M rubrik Masa Depan. Pemateri: Ustadz Abu Bakar Al Jombangi.