Ulama tabi’in ini bisa membuat para khalifah di masanya terpikat dan tunduk patuh kepadanya. Tiada lain dia adalah Roja’ bin Haiwah yang nama lengkapnya adalah Roja’ bin Haiwah bin Jarwal Al Kindi rahimahullah demikian disebutkan Adz Dzahabi rahimahullah dalam biografinya. Beliau dilahirkan di Kota Bissan di akhir masa pemerintahan Utsman radhiyallahu ‘anhu. Biisan adalah salah satu kota yang merupakan wilayah Palestina.
Apabila ditelusuri nasabnya, Roja’ berasal dari kabilah Bani Kindah sehingga beliau adalah orang Palestina berdarah arab. Menurut sebagian referensi, kakeknya adalah sahabat yang bernama Jarwal bin Al Ahnaf radhiyallahu ‘anhu. Tumbuh dan tinggal di Palestina namun sempat masuk Kufah bahkan Andalusia. Sehingga beliau berkesempatan untuk menggali ilmu dari para sahabat mulia seperti Abdullah bin Amr, Muawiyah, Abu Said Al Khudry, Jabir, Abu Umamah Al Bahili, Abu Darda, Muadz bin Jabal, Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhum, dan selain mereka masih banyak.
Bahkan Roja’ juga sempat belajar dari Ummahatul Mukminin sebagaimana beliau kisahkan, “Kami pernah berkeliling menimba ilmu dari istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami bertanya kepada mereka; Apakah kalian pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan salat dua rakaat ini sebelum Maghrib.” Mereka pun menjawab, “Kami belum pernah melihatnya kecuali Ummu Salamah.” Ummu Salamah mengatakan, “Beliau melakukan salat itu di sisiku ketika Bilal mengumandangkan azan Maghrib. Lantas aku bertanya kepada beliau, “Wahai Nabi Allah, Anda melakukan salat apa? Apakah telah terjadi sesuatu?” Beliau menjawab, “Tidak, aku biasa mengerjakan dua rakaat ini sebelum Ashar, namun tadi aku lupa sehingga mengerjakannya sekarang.” Itulah sekelumit perjuangan Roja’ dalam mencari hadis. Hal ini menggambarkan semangat beliau yang menggelora dalam mencari ilmu agama.
PUJIAN ULAMA
Allah subhanahu wa taala menganugerahkan ilmu yang banyak kepada Roja’ bin Haiwah rahimahullah sebagaimana diakui oleh ulama tabi’in yang sezaman dengannya. Inilah hasil mulazamah (rajin dan tekun dalam menuntut ilmu) dengan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena, tidak hanya ilmu dan hadis yang beliau riwayatkan namun juga belajar akhlak dari mereka. Bahkan diakui pula oleh ulama sekelas Makhul rahimahullah yang notabene adalah qarin (teman seiring) dan selevel dalam keilmuan. Meskipun keduanya pernah terlibat perselisihan ilmiah, saling kritik dan adu argumen semasa hidup. Suatu saat ketika Roja’ bin Haiwah, Adi bin Adi, dan Makhul berada di sebuah masjid, datanglah seseorang lalu bertanya kepada Makhul tentang suatu permasalahan. Maka Makhul mengatakan, “Bertanyalah kepada Syaikh kami dan pemuka kami (Roja’ bin Haiwah).”
Ibnu Sa’ad rahimahullah mengatakan, “Roja’ adalah seorang yang tepercaya, berilmu, memiliki keutamaan, dan banyak ilmunya.” Mathar bin Al Warraq rahimahullah berkata, “Aku belum pernah melihat penduduk Syam yang lebih utama dari Roja’ bin Haiwah.” Dhamrah rahimahullah berkata dari Roja’ bin Abi Salamah, “Tidak ada soerang pun dari penduduk Syam yang paling ingin aku teladani daripada Roja’ bin Haiwah.” Abdullah bin ‘Aun rahimahullah menyatakan, “Aku pernah melihat tiga orang yang tidak ada bandingannya, mereka adalah Muhammad bin Sirin di Irak, Al Qasim bin Muhammad di Hijaz, dan Roja’ bin Haiwah di Syam.” Seorang pemimpin pasukan yang bernama Maslamah bin Abdul Malik berkata, “Dengan keberadaan Roja’ bin Haiwah dan orang-orang yang semisalnya kita diberi pertolongan.” Adz Dzahabi mengatakan dalam biografinya, “Roja’ adalah seorang imam, suri tauladan, menteri yang adil, ahli fikih, dan termasuk salah satu ulama tabiin yang mulia.”
Rekomendasi para ulama di atas memang menjadi bukti bahwa keilmuan Roja’ mendapat rekomendasi dari para ulama. Dari perjalanan hidupnya tercatatlah nama-nama besar dari kalangan ulama yang meriwayatkan ilmu dari Roja’. Semisal Makhul, Az Zuhri, Qatadah, Abdul Malik bin Umair, Ibrahim bin Abi Ablah, Abdullah bin ‘Aun, Humaid Ath Thawil, Muhammad bin Ajlan, Urwah bin Ruwaim, Roja’ bin Abi Salamah, Muhammad bin Juhadah, dan selain mereka.
PEMBELAAN ROJA’ TERHADAP SUNNAH
Roja’ adalah ulama yang sangat besar pembelaannya terhadap sunnah dan gigih dalam memerangi bid’ah. Beliau merasa sangat bersyukur serta gembira atas terbunuhnya dua tokoh qadariyah (kelompok yang menentang takdir) yang bernama Ghailan dan Shalih. Terbunuhnya kedua ahli bid’ah ini adalah karena andil Hisyam bin Abdul Malik. Sehingga Roja’ mengatakan kepadanya sebagai bentuk dukungan, “Terbunuhnya kedua orang itu lebih aku sukai daripada terbunuhnya ribuan tentara romawi.” Sungguh benar apa yang dikatakan Roja’, karena marabahaya dan kerusakan yang ditimbulkan oleh keduanya jauh lebih berbahaya daripada ancaman tentara Romawi. Karena ideologi kedua tokoh bid’ah itu bisa merusak akidah kaum muslimin. Sementara serangan tentara Romawi tiada lain hanya akan membahayakan fisik kaum muslimin.
Dikisahkan oleh Roja’ bin Jamil bahwa ia pernah melihat Roja’ bin Haiwah mengiringi jenazah Abdurrahman bin Sulaiman bin Abdul Malik di Asqalan. Tiba-tiba Roja’ mendengar seseorang mengatakan, “Mintalah ampunan untuknya niscaya Allah akan mengampuni kalian.” Maka Roja’ menyatakan, “Diam, semoga Allah menghancurkan lehermu.” Roja’ bersikap demikian karena dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengiringi jenazah senantiasa diam dan tidak berbicara, serta terlihat kesedihan pada raut wajah beliau. Ini menunjukkan antusias dan komitmen beliau yang tinggi dalam melaksanakan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
MENJADI MENTERI KHALIFAH
Karena keilmuan dan kebijakannya dalam menyelesaikan permasalahan, beliau pun pernah dipercaya oleh khalifah untuk menjabat sebagai menteri dan penasihat. Bahkan beliau menduduki jabatan tersebut selama beberapa periode pergantian khilafah. Kedekatannya dengan khalifah dan jabatan yang dimiliki tidaklah melunturkan sifat zuhudnya (sikap tidak membutuhkan dunia). Roja’ tidak mempunyai ambisi untuk mendapatkan kekuasaan dan harta dunia di tubuh pemerintahan. Tidak pula tamak mengejar ketenaran dan kemewahan dunia dengan mendekati penguasa.
Tidak demikian wahai para pembaca yang budiman, justru beliau berwibawa di hadapan para khalifah dan acap kali menjadi rujukan dalam menyelesaikan problem yang dihadapi. Beliau kerap menyampaikan nasihat-nasihat kepada khalifah bahkan terkadang beliau sendiri yang dimintai nasihatnya. Mengarahkan khalifah kepada kebenaran dan keadilan serta memperingatkan dari kebatilan dan tanggung jawabnya yang besar di akhirat kelak.
Roja’ mempunyai andil besar atas terpilihnya Umar bin Abdul Aziz rahimahullah sebagai khalifah pengganti Sulaiman bin Abdul Malik. Karena satu-satunya figur dan pribadi yang paling pantas menggantikan Sulaiman adalah Umar bin Abdul Aziz. Hampir-hampir saja Sulaiman mengangkat salah satu anak keturunan Abdul Malik untuk menggantikan tampuk kepemimpinannya melalui sebuah wasiat menjelang wafatnya. Namun realita menunjukkan bahwa figur yang paling ideal menduduki posisi tersebut adalah Umar bin Abdul Aziz. Karena Umar adalah seorang yang berilmu, bijaksana dalam mengambil keputusan, zuhud, dan amanah.
Lihatlah untaian nasihat yang beliau sampaikan kepada Sulaiman tatkala ia meminta pertimbangan darinya. Sulaiman mengatakan, “Wahai Roja’ siapa menurutmu orang yang paling pantas menduduki jabatan ini dan siapa yang paling pantas aku angkat menjadi khalifah?” Roja’ pun mengatakan, “Wahai Amirul Mukminin, bertakwalah kepada Allah karena sesungguhnya Anda akan menghadap Allah subhanahu wa taala dan Anda akan ditanya tentang urusan ini.” Pada awalnya Sulaiman sempat mengkhawatirkan akan terjadi fitnah jika tampuk kepemimpinan diberikan kepada selain keturunan Abdul Malik. Di saat itulah Roja’ memberikan ide yang sangat cemerlang dengan mengatakan kepada Sulaiman, “Jika demikian adanya, pilihlah salah satu keturunan Abdul Malik dan tetapkan kelak sebagai pengganti khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz.” Dengan keputusan ini akhirnya tidak terjadi fitnah yang dikhawatirkan dan kaum muslimin sepakat dengan pergantian tersebut.
UNTAIAN NASIHATNYA
Di antara nasihat indah yang beliau sampaikan adalah tidaklah seorang hamba banyak mengingat kematian kecuali ia akan meninggalkan hasad dan bangga diri. Beliau juga mengatakan, “Betapa indahnya Islam jika berhiaskan iman, betapa indahnya iman jika berhiaskan ketakwaan, betapa indahnya ketakwaan jika berhiaskan ilmu, betapa indahnya ilmu jika berhiaskan kesantunan, dan betapa indahnya kesantunan dengan berhiaskan kelembutan.”
Suatu ketika Roja’ menasihati Umar bin Abdul Aziz dengan mengatakan, “Jika Anda kelak ingin selamat dari azab Allah, maka cintailah kebaikan untuk kaum muslimin sebagaimana Anda mencintainya untuk diri sendiri. Dan bencilah keburukan atas mereka sebagaimana Anda tidak suka keburukan tersebut menimpa Anda.” Roja’ bin Haiwah meninggal pada tahun 112 H dan kaum muslimin pun bersedih atas kepergiannya. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan ampunannya kepada Roja’ bin Haiwah rahimahullah. Aamiin Ya Rabbal ‘alamiin.
Sumber: Majalah Qudwah edisi 43 vol.04 2016 rubrik Biografi. Pemateri: Al Ustadz Abu Hafiy Abdullah.