Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6063

٥٦ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّ اللهَ يَأۡمُرُ بِالۡعَدۡلِ وَالۡإِحۡسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الۡقُرۡبَى وَيَنۡهَى عَنِ الۡفَحۡشَاءِ وَالۡمُنۡكَرِ وَالۡبَغۡيِ يَعِظُكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل: ٩٠]
56. Bab Firman Allah Taala, “Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan, perbuatan baik, memberi kepada kerabat dekat, melarang dari perbuatan keji, mungkar, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90).


وَقَوۡلِهِ: ﴿إِنَّمَا بَغۡيُكُمۡ عَلَى أَنۡفُسِكُمۡ﴾ [يونس: ٢٣] ﴿ثُمَّ بُغِيَ عَلَيۡهِ لَيَنۡصُرَنَّهُ اللهُ﴾ [الحج: ٦٠] وَتَرۡكِ إِثَارَةِ الشَّرِّ عَلَى مُسۡلِمٍ أَوۡ كَافِرٍ.

Dan firman Allah, “Sesungguhnya perbuatan zalim kalian akan kembali kepada kalian.” (QS. Yunus: 23). “Kemudian dia ditindas, niscaya Allah akan menolongnya.” (QS. Al-Hajj: 60). Dan tidak melakukan perbuatan yang dapat mengobarkan kejelekan terhadap seorang muslim atau kafir.

٦٠٦٣ - حَدَّثَنَا الۡحُمَيۡدِيُّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بۡنُ عُرۡوَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: مَكَثَ النَّبِيُّ ﷺ كَذَا وَكَذَا، يُخَيَّلُ إِلَيۡهِ أَنَّهُ يَأۡتِي أَهۡلَهُ وَلَا يَأۡتِي، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقَالَ لِي ذَاتَ يَوۡمٍ: (يَا عَائِشَةُ، إِنَّ اللهَ أَفۡتَانِي فِي أَمۡرٍ اسۡتَفۡتَيۡتُهُ فِيهِ: أَتَانِي رَجُلَانِ، فَجَلَسَ أَحَدُهُمَا عِنۡدَ رِجۡلَيَّ وَالۡآخَرُ عِنۡدَ رَأۡسِي، فَقَالَ الَّذِي عِنۡدَ رِجۡلَيَّ لِلَّذِي عِنۡدَ رَأۡسِي: مَا بَالُ الرَّجُلِ؟ قَالَ: مَطۡبُوبٌ، يَعۡنِي مَسۡحُورًا، قَالَ: وَمَنۡ طَبَّهُ؟ قَالَ: لَبِيدُ بۡنُ أَعۡصَمَ، قَالَ: وَفِيمَ؟ قَالَ: فِي جُفِّ طَلۡعَةٍ ذَكَرٍ فِي مُشۡطٍ وَمُشَاقَةٍ، تَحۡتَ رَعُوفَةٍ فِي بِئۡرِ ذَرۡوَانَ). فَجَاءَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: (هٰذِهِ الۡبِئۡرُ الَّتِي أُرِيتُهَا، كَأَنَّ رُءُوسَ نَخۡلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ، وَكَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الۡحِنَّاءِ). فَأَمَرَ بِهِ النَّبِيُّ ﷺ فَأُخۡرِجَ، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ فَهَلَّا؟ تَعۡنِي تَنَشَّرۡتَ؛ فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (أَمَّا اللهُ فَقَدۡ شَفَانِي، وَأَمَّا أَنَا فَأَكۡرَهُ أَنۡ أُثِيرَ عَلَى النَّاسِ شَرًّا). قَالَتۡ: وَلَبِيدُ بۡنُ أَعۡصَمَ، رَجُلٌ مِنۡ بَنِي زُرَيۡقٍ، حَلِيفٌ لِيَهُودَ. [طرفه في: ٣١٧٥].

6063. Al-Humaidi telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Hisyam bin ‘Urwah menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—.

Beliau mengatakan: Selama beberapa waktu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dikhayalkan pada pikiran beliau bahwa beliau menggauli istrinya padahal tidak.

‘Aisyah berkata: Pada suatu hari, Nabi berkata kepadaku:

Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah telah memberi jawaban atas perkara yang aku mohon jawaban dari-Nya. Ada dua lelaki datang kepadaku. Salah satunya duduk di dekat dua kakiku dan yang satu lagi di dekat kepalaku. Lelaki yang ada di dekat dua kakiku kepada lelaki yang di dekat kepalaku, “Ada apa dengan lelaki ini?”

Dijawab, “Disihir.”

Dia bertanya, “Siapa yang menyihirnya?”

Dijawab, “Labid bin A’sham.”

Dia bertanya, “Di mana (sihirnya)?”

Dijawab, “Di dalam selaput mayang pohon kurma jantan, pada sebuah sisir dan rambut rontok. Di bawah batu di dalam sumur Dzarwan.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—datang lalu berkata, “Ini adalah sumur yang diperlihatkan kepadaku. Kepala pohon kurmanya bagaikan kepala setan dan airnya bagaikan rendaman inai.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—memerintahkan agar buhul sihir dikeluarkan.

‘Aisyah berkata: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak melakukan nusyrah (rukiah untuk melepas pengaruh sihir)?”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Demi Allah, Allah telah menyembuhkanku. Adapun aku, aku tidak suka menyebarkan keburukan kepada manusia.”

‘Aisyah berkata, “Labid bin A’sham adalah seorang pria dari bani Zuraiq sekutu Yahudi.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6062

٥٥ - بَابُ مَنۡ أَثۡنَى عَلَى أَخِيهِ بِمَا يَعۡلَمُ
55. Bab Menyanjung Saudaranya dengan Hal yang Diketahuinya


وَقَالَ سَعۡدٌ: مَا سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ لِأَحَدٍ يَمۡشِي عَلَى الۡأَرۡضِ: (إِنَّهُ مِنۡ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ)، إِلَّا لِعَبۡدِ اللهِ بۡنِ سَلَامٍ.

Sa’d berkata: Aku tidak pernah mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepada seorang pun yang berjalan di atas muka bumi bahwa dia termasuk penghuni janah, kecuali kepada ‘Abdullah bin Salam.

٦٠٦٢ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ: حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ عُقۡبَةَ، عَنۡ سَالِمٍ، عَنۡ أَبِيهِ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ حِينَ ذَكَرَ فِي الۡإِزَارِ مَا ذَكَرَ، قَالَ أَبُو بَكۡرٍ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ إِزَارِي يَسۡقُطُ مِنۡ أَحَدِ شِقَّيۡهِ؟ قَالَ: (إِنَّكَ لَسۡتَ مِنۡهُمۡ).

[طرفه في: ٣٦٦٥].

6062. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami: Musa bin ‘Uqbah menceritakan kepada kami dari Salim, dari ayahnya:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika menyebutkan ucapan tentang sarung, Abu Bakr berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kain sarungku ada yang terjuntai pada salah satu dari dua sisinya.”

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya engkau bukan termasuk golongan mereka.”

Tafsir Surah An-Nas

تفسير سورة الناس
وهي مدنية

Tafsir Surah An-Nas


Surah An-Nas adalah madaniah.


۝١-۝٦ ﴿قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ * مَلِكِ ٱلنَّاسِ * إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ * مِن شَرِّ ٱلۡوَسۡوَاسِ ٱلۡخَنَّاسِ * ٱلَّذِى يُوَسۡوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ * مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ﴾

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
  1. Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia,
  2. Raja manusia,
  3. Sembahan manusia,
  4. Dari kejahatan bisikan setan yang biasa bersembunyi,
  5. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,
  6. Dari (golongan) jin dan manusia.

وهذه السورة مشتملة على الاستعاذة برب الناس ومالكهم وإلههم، من الشيطان الذي هو أصل الشرور كلها ومادتها، الذي من فتنته وشره أنه يوسوس في صدور الناس، فيحسن [لهم] الشر ويريهم إياه في صورة حسنة، وينشط إرادتهم لفعله.

Surah ini mencakup permintaan perlindungan kepada Rabb (Pencipta, Pemberi rezeki, Pengatur), Raja, dan Ilah manusia dari setan yang merupakan sumber dan inti seluruh keburukan. Di antara fitnah dan keburukannya adalah membisikkan di dada manusia lalu membuat keburukan tampak indah, menggambarkannya dalam bentuk yang indah, dan mengobarkan semangat untuk melakukannya.

ويقبح لهم الخير ويثبطهم عنه، ويريهم إياه في صورة غير صورته.

Setan membuat kebaikan tampak buruk bagi manusia, menghambat mereka darinya, dan memperlihatkan kebaikan kepada mereka bukan dalam wujud aslinya.

وهو دائمًا بهذه الحال يوسوس ويخنس، أي: يتأخر إذا ذكر العبد ربه، واستعان به على دفعه.

Setan akan selalu dalam keadaan demikian. Dia memberi bisikan dengan sembunyi-sembunyi. Artinya: setan akan menarik diri apabila hamba mengingat Tuhannya dan meminta tolong kepada Tuhannya untuk menghalaunya.

فينبغي له أن [يستعين و]يستعيذ ويعتصم بربوبية الله للناس كلهم.

Sehingga dia seharusnya meminta pertolongan, perlindungan, dan penjagaan dengan rububiyah Allah (kedaulatan Allah dalam mencipta, memberi rezeki, mengatur, dsb) terhadap manusia seluruhnya.

وأن الخلق كلهم داخلون تحت الربوبية والملك، فكل دابة هو آخذ بناصيتها، وبألوهيته التي خلقهم لأجلها، فلا تتم لهم إلا بدفع شر عدوهم، الذي يريد أن يقتطعهم عنها ويحول بينهم وبينها، ويريد أن يجعلهم من حزبه ليكونوا من أصحاب السعير.

Seluruh makhluk masuk di bawah rububiyah dan kekuasaan Allah. Semua makhluk, Allah lah yang memegang ubun-ubunnya.

(Begitu pula dia seharusnya meminta pertolongan, perlindungan, dan penjagaan) dengan keilahan Allah yang untuk tujuan itulah Allah menciptakan mereka.

Permintaan perlindungan ini tidak akan sempurna kecuali dengan menolak (bisikan) kejahatan musuh mereka yang bermaksud untuk memisahkan mereka dari keyakinan bahwa Allah adalah yang berhak diibadahi dan menghalangi antara mereka dengan keyakinan itu. Musuh itu menghendaki agar menjadikan mereka termasuk golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka Sair.

والوسواس كما يكون من الجن يكون من الإنس.

ولهذا قال: ﴿مِنَ ٱلۡجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ﴾.

Bisikan jahat ini sebagaimana bisa berasal dari jin, bisa pula berasal dari manusia. Oleh karena inilah, Allah berfirman, “Dari (golongan) jin dan manusia.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6060 dan 6061

٥٤ - بَابُ مَا يُكۡرَهُ مِنَ التَّمَادُحِ
54. Bab Saling Memuji yang Dibenci


٦٠٦٠ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ صَبَّاحٍ، حَدَّثَنَا إِسۡمَاعِيلُ بۡنُ زَكَرِيَّاءَ: حَدَّثَنَا بُرَيۡدُ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى قَالَ: سَمِعَ النَّبِيُّ ﷺ رَجُلًا يُثۡنِي عَلَى رَجُلٍ وَيُطۡرِيهِ فِي الۡمِدۡحَةِ، فَقَالَ: (أَهۡلَكۡتُمۡ، أَوۡ: قَطَعۡتُمۡ ظَهۡرَ الرَّجُلِ). [طرفه في: ٢٦٦٣].

6060. Muhammad bin Shabbah telah menceritakan kepada kami: Isma’il bin Zakariyya` menceritakan kepada kami: Buraid bin ‘Abdullah bin Abu Burdah menceritakan kepada kami dari Abu Burdah, dari Abu Musa. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mendengar seseorang menyanjung orang lain dan berlebihan dalam memujinya, lantas beliau bersabda, “Kalian telah mencelakakan atau mematahkan punggung orang itu.”

٦٠٦١ - حَدَّثَنَا آدَمُ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ خَالِدٍ، عَنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ بۡنِ أَبِي بَكۡرَةَ، عَنۡ أَبِيهِ: أَنَّ رَجُلًا ذُكِرَ عِنۡدَ النَّبِيِّ ﷺ فَأَثۡنَى عَلَيۡهِ رَجُلٌ خَيۡرًا، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (وَيۡحَكَ، قَطَعۡتَ عُنُقَ صَاحِبِكَ - يَقُولُهُ مِرَارًا - إِنۡ كَانَ أَحَدُكُمۡ مَادِحًا لَا مَحَالَةَ فَلۡيَقُلۡ: أَحۡسِبُ كَذَا وَكَذَا، إِنۡ كَانَ يُرَى أَنَّهُ كَذٰلِكَ، وَحَسِيبُهُ اللهُ، وَلَا يُزَكِّي عَلَى اللهِ أَحَدًا). قَالَ وُهَيۡبٌ، عَنۡ خَالِدٍ: (وَيۡلَكَ). [طرفه في: ٢٦٦٢].

6061. Adam telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Khalid, dari ‘Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari ayahnya:

Ada seseorang yang disebut di dekat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu ada orang yang menyanjungnya dengan kebaikan. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Celaka engkau. Engkau telah memotong leher temanmu—beliau mengatakannya berulang kali—. Jika salah seorang kalian harus memuji, tidak bisa tidak, ucapkanlah: Aku mengira dia begini dan begini; jika dia memandangnya seperti itu. Allah yang nanti menghisabnya. Dia jangan melakukan kelancangan terhadap Allah dengan memastikan kesucian seseorang.”

Wuhaib berkata dari Khalid, “Wailak (sebagai ganti dari waiḥak)."

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6059

٥٣ - بَابُ مَنۡ أَخۡبَرَ صَاحِبَهُ بِمَا يُقَالُ فِيهِ
53. Bab Barang Siapa Menceritakan Ucapan Orang Lain tentang Temannya kepada Temannya Tersebut


٦٠٥٩ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ أَبِي وَائِلٍ، عَنِ ابۡنِ مَسۡعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَسَمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ قِسۡمَةً، فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الۡأَنۡصَارِ: وَاللهِ مَا أَرَادَ مُحَمَّدٌ بِهٰذَا وَجۡهَ اللهِ، فَأَتَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ فَأَخۡبَرۡتُهُ، فَتَمَعَّرَ وَجۡهُهُ، وَقَالَ: (رَحِمَ اللهُ مُوسَى، لَقَدۡ أُوذِيَ بِأَكۡثَرَ مِنۡ هٰذَا فَصَبَرَ). [طرفه في: ٣١٥٠].

6059. Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Al-A’masy, dari Abu Wa`il, dari Ibnu Mas’ud—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melakukan suatu pembagian. Seseorang dari Ansar berkata, “Demi Allah, Muhammad tidak menginginkan wajah Allah dengan pembagian ini.”

Aku mendatangi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu aku kabarkan hal itu kepada beliau. Raut muka beliau berubah dan bersabda, “Semoga Allah merahmati Musa. Beliau telah diganggu lebih banyak daripada ini lalu beliau bersabar.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6058

٥٢ - بَابُ مَا قِيلَ فِي ذِي الۡوَجۡهَيۡنِ
52. Bab Apa yang Dikatakan tentang Pemilik Dua Wajah


٦٠٥٨ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ: حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (تَجِدُ مِنۡ شَرِّ النَّاسِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ عِنۡدَ اللهِ ذَا الۡوَجۡهَيۡنِ، الَّذِي يَأۡتِي هَؤُلَاءِ بِوَجۡهٍ وَهَؤُلَاءِ بِوَجۡهٍ). [طرفه في: ٣٤٩٤].

6058. ‘Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami: Abu Shalih menceritakan kepada kami dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Engkau akan dapati orang yang paling buruk pada hari kiamat di sisi Allah adalah orang yang memiliki dua wajah, yang mendatangi sekelompok orang dengan satu wajah dan mendatangi kelompok yang lain dengan wajah yang lain.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6056

٥٠ - بَابُ مَا يُكۡرَهُ مِنَ النَّمِيمَةِ
50. Bab Pengadudombaan yang Dibenci


وَقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ﴾ [القلم: ١١]، ﴿وَيۡلٌ لِكُلِّ هُمَزَةٍ لُمَزَةٍ﴾ [الهمزة: ١] يَهۡمِزُ وَيَلۡمِزُ: يَعِيبُ.

Dan firman Allah taala, “… orang yang sering mencela lagi mengadu domba.” (QS. Al-Qalam: 11).

“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela.” (QS. Al-Humazah: 1).

Yahmizu dan yalmizu artinya ya‘ību (mencela).

٦٠٥٦ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ مَنۡصُورٍ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ هَمَّامٍ قَالَ: كُنَّا مَعَ حُذَيۡفَةَ، فَقِيلَ لَهُ: إِنَّ رَجُلًا يَرۡفَعُ الۡحَدِيثَ إِلَى عُثۡمَانَ، فَقَالَ حُذَيۡفَةُ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (لَا يَدۡخُلُ الۡجَنَّةَ قَتَّاتٌ).

6056. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Manshur, dari Ibrahim, dari Hammam. Beliau berkata:

Kami pernah bersama Hudzaifah lalu ada yang berkata kepada beliau, “Sesungguhnya ada seorang lelaki yang mengangkat pembicaraan kepada ‘Utsman.”

Lalu Hudzaifah berkata: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Orang yang mengadu domba tidak masuk janah.”

Sunan An-Nasa`i hadis nomor 87

٧١ - الۡمُبَالَغَةُ فِي الۡاِسۡتِنۡشَاقِ ‏‏
71. Menghirup Air ke Hidung dengan Kuat


٨٧ - (صحيح) أَخۡبَرَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سُلَيۡمٍ، عَنۡ إِسۡمَاعِيلَ بۡنِ كَثِيرٍ. ح. وَأَنۡبَأَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ، قَالَ: أَنۡبَأَنَا وَكِيعٌ، عَنۡ سُفۡيَانَ، عَنۡ أَبِي هَاشِمٍ، عَنۡ عَاصِمِ بۡنِ لَقِيطِ بۡنِ صَبۡرَةَ، عَنۡ أَبِيهِ، قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! أَخۡبِرۡنِي عَنِ الۡوُضُوءِ؟ قَالَ: (أَسۡبِغِ الۡوُضُوءَ، وَبَالِغۡ فِي الۡاِسۡتِنۡشَاقِ؛ إِلَّا أَنۡ تَكُونَ صَائِمًا). [(ابن ماجه)(٤٠٧)].

87. [Sahih] Qutaibah bin Sa’id telah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Yahya bin Sulaim menceritakan kepada kami dari Isma’il bin Katsir. (Dalam riwayat lain) Ishaq bin Ibrahim telah memberitakan kepada kami. Beliau berkata: Waki’ memberitakan kepada kami dari Sufyan, dari Abu Hasyim, dari ‘Ashim bin Laqith bin Shabrah, dari ayahnya. Beliau berkata:

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku tentang wudu!”

Rasulullah bersabda, “Sempurnakan wudu! Hiruplah air ke hidung dengan kuat kecuali engkau sedang saum.”

Sunan Ibnu Majah hadis nomor 407

٤٠٧ - (صحيح) حَدَّثَنَا أَبُو بَكۡرِ بۡنُ أَبِي شَيۡبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سُلَيۡمٍ الطَّائِفِيُّ، عَنۡ إِسۡمَاعِيلَ بۡنِ كَثِيرٍ، عَنۡ عَاصِمِ بۡنِ لَقِيطِ بۡنِ صَبِرَةَ، عَنۡ أَبِيهِ؛ قَالَ: قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! أَخۡبِرۡنِي عَنِ الۡوُضُوءِ! قَالَ: (أَسۡبِغِ الۡوُضُوءَ، وَبَالِغۡ فِي الۡاِسۡتِنۡشَاقِ، إِلَّا أَنۡ تَكُونَ صَائِمًا). [(صحيح أبي داود)(١٣٠)، (المشكاة)(٤٠٥)].

407. [Sahih] Abu Bakr bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya bin Sulaim Ath-Tha`ifi menceritakan kepada kami dari Isma’il bin Katsir, dari ‘Ashim bin Laqith bin Shabirah, dari ayahnya. Beliau berkata:

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, kabarkan kepadaku tentang wudu!”

Rasulullah bersabda, “Sempurnakan wudu! Hiruplah air ke hidung dengan kuat kecuali engkau sedang berpuasa.”

Tafsir Surah Al-Fatihah

سورة الفاتحة

﷽ ۝١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ۝٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ۝٣ مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ۝٤ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ۝٥ ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ۝٦ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ ۝٧

  1. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
  2. Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta.
  3. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
  4. Penguasa hari pembalasan.
  5. Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.
  6. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
  7. Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat.

﴿بِسۡمِ اللَّهِ﴾ أي: أبتدئ بكل اسم لله تعالى، لأن لفظ (اسم) مفرد مضاف، فيعم جميع الۡأسماء [الحسنى]. ﴿اللَّهِ﴾ هو المألوه المعبود، المستحق لإفراده بالعبادة، لما اتصف به من صفات الۡألوهية، وهي صفات الكمال.

“Bismillāh” Artinya aku memulai dengan seluruh nama milik Allah taala karena lafaz ism adalah kata mufrad yang diidhafahkan sehingga mencakup seluruh nama yang paling indah. “Allah” adalah yang disembah, yang diibadahi, yang berhak diesakan dalam ibadah karena memiliki sifat-sifat uluhiah, yaitu sifat-sifat kesempurnaan.

﴿الرَّحۡمَنِ الرَّحِيمِ﴾ اسمان دالان على أنه تعالى ذو الرحمة الواسعة العظيمة التي وسعت كل شيء، وعمت كل حي، وكتبها للمتقين المتبعين لأنبيائه ورسله، فهؤلاء لهم الرحمة المطلقة، ومن عداهم فلهم نصيب منها.

“Ar-Raḥmān Ar-Raḥīm” adalah dua nama yang menunjukkan bahwa Allah taala memiliki sifat rahmat yang luas yang besar yang meliputi segala sesuatu dan mencakup semua yang hidup. Allah telah mewajibkannya untuk orang-orang yang bertakwa yang mengikuti para nabi dan rasul. Mereka ini mendapatkan rahmat yang lengkap. Adapun selain mereka mendapatkan sebagian rahmat saja.

واعلم أن من القواعد المتفق عليها بين سلف الأمة وأئمتها، الإيمان بأسماء الله وصفاته، وأحكام الصفات، فيؤمنون مثلا، بأنه رحمن رحيم، ذو الرحمة التي اتصف بها، المتعلقة بالمرحوم، فالنعم كلها، أثر من آثار رحمته، وهكذا في سائر الأسماء، يقال في العليم: إنه عليم ذو علم، يعلم [به] كل شيء، قدير: ذو قدرة يقدر على كل شيء.

Ketahuilah, di antara kaidah yang disepakati oleh pendahulu umat ini dan para imamnya adalah mengimani nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya, dan hukum-hukum dari sifat itu.

Contohnya, mereka mengimani bahwa Allah adalah Raḥmān dan Raḥīm, memiliki sifat rahmat yang terkait dengan makhluk yang dirahmati. Seluruh nikmat adalah salah satu pengaruh dari sifat rahmat Allah. Kaidah ini berlaku dalam seluruh nama-nama Allah.

Dikatakan dalam nama Allah Al-‘Alim bahwa Allah Maha Mengetahui memiliki ilmu. Dengan ilmu, Allah mengetahui segala sesuatu. Allah Maha Kuasa, memiliki kekuasaan atas segala sesuatu.

﴿الۡحَمۡدُ لِلَّهِ﴾ [هو] الثناء على الله بصفات الكمال، وبأفعاله الدائرة بين الفضل والعدل، فله الحمد الكامل بجميع الوجوه.

“Alḥamdulillāh” adalah sanjungan untuk Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan dan dengan perbuatan-perbuatan-Nya yang berkisar antara sifat keutamaan dan keadilan. Jadi milik Dia sajalah pujian yang sempurna dari segala sisi.

﴿رَبِّ الۡعَالَمِينَ﴾ الرب: هو المربي جميع العالمين - وهم من سوى الله - بخلقه إياهم، وإعداده لهم الآلات، وإنعامه عليهم بالنعم العظيمة، التي لو فقدوها لم يمكن لهم البقاء، فما بهم من نعمة فمنه تعالى.

“Rabbil 'ālamīn”. Ar-Rabb adalah pengatur seluruh 'ālamīn/alam semesta, yaitu yang selain Allah. Pengaturan Allah adalah dengan menciptakan mereka, menyediakan sarana prasarana untuk mereka, memberikan berbagai nikmat yang besar kepada mereka yang andai mereka kehilangan nikmat tersebut niscaya mereka tidak mungkin bisa bertahan hidup. Apa saja nikmat yang ada pada mereka, asalnya dari Allah taala.

وتربيته تعالى لخلقه نوعان: عامة وخاصة.

Pengaturan Allah kepada makhluk-Nya ada dua jenis: umum dan khusus.

فالعامة: هي خلقه للمخلوقين، ورزقهم، وهدايتهم لما فيه مصالحهم، التي فيها بقاؤهم في الدنيا.

Yang umum adalah Allah menciptakan seluruh makhluk, memberi rezeki, menunjukkan mereka kepada sesuatu yang bermaslahat bagi kelangsungan hidup di dunia.

والخاصة: تربيته لأوليائه، فيربيهم بالإيمان، ويوفقهم له، ويكمله لهم، ويدفع عنهم الصوارف، والعوائق الحائلة بينهم وبينه، وحقيقتها: تربية التوفيق لكل خير، والعصمة عن كل شر، ولعل هذا [المعنى]، هو السر في كون أكثر أدعية الأنبياء بلفظ الرب، فإن مطالبهم كلها داخلة تحت ربوبيته الخاصة.

Yang khusus adalah bimbingan Allah untuk para wali-Nya. Allah mendidik mereka dengan keimanan, memberi taufik kepada mereka untuk beriman, menyempurnakan keimanan, menolak penghalang dan penyakit yang menyekat antara mereka dengan keimanan.

Hakekat pengaturan Allah yang khusus adalah pengaturan agar dapat mencocoki segala kebaikan dan perlindungan dari segala kejelekan. Barangkali ini merupakan rahasia mengapa kebanyakan doa para nabi menggunakan lafaz Rabb. Yaitu karena seluruh permintaan mereka masuk dalam kategori pengaturan Allah yang khusus.

فدل قوله :﴿رَبِّ الۡعَالَمِينَ﴾ على انفراده بالخلق والتدبير والنعم وكمال غناه، وتمام فقر العالمين إليه، بكل وجه واعتبار.

Firman Allah “rabbil 'ālamīn” menunjukkan keesaan Allah dalam penciptaan, pengaturan, pemberian nikmat-nikmat, kesempurnaan kekayaan-Nya, dan kebutuhan alam semesta kepada-Nya secara menyeluruh dari segala sisi dan pertimbangan.

﴿مَالِكِ يَوۡمِ الدِّينِ﴾ المالك: هو من اتصف بصفة الملك التي من آثارها أنه يأمر وينهى، ويثيب ويعاقب، ويتصرف بمماليكه بجميع أنواع التصرفات، وأضاف الملك ليوم الدين، وهو يوم القيامة، يوم يدان الناس فيه بأعمالهم، خيرها وشرها، لأن في ذلك اليوم يظهر للخلق تمام الظهور كمال ملكه وعدله وحكمته، وانقطاع أملاك الخلائق، حتى [إنه] يستوي في ذلك اليوم الملوك والرعايا والعبيد والۡأحرار، كلهم مذعنون لعظمته، خاضعون لعزته، منتظرون لمجازاته، راجون ثوابه، خائفون من عقابه، فلذلك خصه بالذكر، وإلا فهو المالك ليوم الدين ولغيره من الۡأيام.

“Māliki yaumid dīn (Raja hari pembalasan).” Al-Malik adalah siapa saja yang memiliki sifat raja yang di antara pengaruhnya adalah dia berhak memerintah dan melarang, memberi ganjaran dan hukuman, dan mengatur kerajaannya dengan berbagai bentuk pengaturan.

Kata “al-malik” dikaitkan ke hari pembalasan, yaitu hari kiamat, hari saat amalan manusia dibalas, yang baik maupun yang jelek. Karena di hari itulah, kesempurnaan kekuasaan, keadilan, dan hikmah Allah tampak secara sempurna bagi para makhluk. Saat itu kekuasaan makhluk akan lenyap sehingga pada hari itu para raja, rakyat, budak, dan orang-orang merdeka akan sama.

Mereka semua tunduk terhadap keagungan-Nya, takluk terhadap keperkasaan-Nya, menunggu pembalasan-Nya, mengharap pahala-Nya, takut dari hukuman-Nya. Oleh karena itulah, penyebutan hari pembalasan dikhususkan di sini, namun pada hakikatnya, Allah adalah raja hari pembalasan dan hari-hari yang lain.

وقوله ﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ﴾ أي: نخصك وحدك بالعبادة والاستعانة، لأن تقديم المعمول يفيد الحصر، وهو إثبات الحكم للمذكور، ونفيه عما عداه، فكأنه يقول: نعبدك، ولا نعبد غيرك، ونستعين بك، ولا نستعين بغيرك.

Firman Allah, “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan.” Artinya: kami mengkhususkan ibadah dan permintaan tolong hanya untuk-Mu.

Karena didahulukannya ma'mul/objek memberi faedah makna pembatasan yaitu menetapkan hukum pada yang disebutkan dan menafikannya dari yang selainnya. Seakan-akan dia mengatakan, “Kami beribadah kepada-Mu dan kami tidak beribadah kepada selain-Mu. Kami meminta tolong kepada-Mu dan Kami tidak meminta tolong kepada selain-Mu.”

وقدم العبادة على الاستعانة، من باب تقديم العام على الخاص، واهتماما بتقديم حقه تعالى على حق عبده، و (العبادة) اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأعمال والأقوال الظاهرة والباطنة، و(الاستعانة) هي الاعتماد على الله تعالى في جلب المنافع، ودفع المضار، مع الثقة به في تحصيل ذلك.

Penyebutan ibadah terlebih dahulu daripada permintaan tolong adalah termasuk kategori mengemukakan yang umum terhadap yang khusus dan dalam rangka perhatian untuk mendahulukan hak Allah taala terhadap hak hamba-Nya.

Ibadah adalah nama yang mencakup semua perkara yang Allah cintai dan ridai berupa amalan dan ucapan, yang lahir maupun yang batin. Istianah adalah bertopang kepada Allah untuk mendapatkan manfaat dan menepis mudarat disertai percaya kepada Allah dalam mewujudkannya.

والقيام بعبادة الله والاستعانة به هو الوسيلة للسعادة الأبدية، والنجاة من جميع الشرور، فلا سبيل إلى النجاة إلا بالقيام بهما، وإنما تكون العبادة عبادة إذا كانت مأخوذة عن ﷺ مقصودا بها وجه الله، فبهذين الأمرين تكون عبادة، وذكر (الاستعانة) بعد (العبادة) مع دخولها فيها، لاحتياج العبد في جميع عباداته إلى الاستعانة بالله تعالى، فإنه إن لم يعنه الله، لم يحصل له ما يريده من فعل الأوامر، واجتناب النواهي.

Pelaksanaan ibadah dan istianah kepada Allah adalah sarana menuju kebahagiaan abadi dan keselamatan dari segala keburukan. Tidak ada jalan menuju keselamatan kecuali dengan melaksanakan kedua hal tersebut.

Ibadah hanya bisa teranggap ibadah apabila diambil dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan ditujukan mengharap wajah Allah. Dengan dua syarat inilah terwujud ibadah.

Penyebutan istianah setelah ibadah padahal istianah masuk dalam ibadah adalah karena butuhnya hamba dalam seluruh ibadahnya untuk meminta tolong kepada Allah taala. Karena jika Allah tidak menolongnya, dia tidak akan bisa mewujudkan keinginannya untuk mengerjakan perintah dan menjauhi larangan Allah.

ثم قال تعالى: ﴿اهۡدِنَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِيمَ﴾ أي: دلنا وأرشدنا، ووفقنا للصراط المستقيم، وهو الطريق الواضح الموصل إلى الله وإلى جنته، وهو معرفة الحق والعمل به، فاهدنا إلى الصراط واهدنا في الصراط، فالهداية إلى الصراط، لزوم دين الإسلام، وترك ما سواه من الۡأديان، والهداية في الصراط، تشمل الهداية لجميع التفاصيل الدينية علما وعملا، فهذا الدعاء من أجمع الۡأدعية، وأنفعها للعبد، ولهذا وجب على الإنسان أن يدعو الله به في كل ركعة من صلاته، لضرورته إلى ذلك.

Kemudian Allah taala berfirman, “Tunjukkanlah jalan yang lurus kepada kami.” Yaitu: tunjuki kami, bimbinglah kami, dan berilah kami taufik untuk meniti jalan yang lurus. Yaitu jalan yang terang yang menyampaikan kepada Allah dan kepada janah-Nya. Yaitu mengenali kebenaran dan mengamalkannya. Tunjukilah kami kepada jalan itu dan tunjukilah kami dalam meniti jalan itu.

Petunjuk kepada jalan yang lurus artinya memeluk agama Islam dan meninggalkan agama selain Islam. Petunjuk dalam meniti jalan yang lurus meliputi petunjuk untuk seluruh rincian agama baik dalam hal ilmu dan amal.

Doa ini termasuk doa yang paling lengkap dan paling bermanfaat bagi hamba. Karena itu, manusia wajib berdoa kepada Allah dengan doa ini dalam setiap rakaat salatnya karena kebutuhan darurat akan itu.

وهذا الصراط المستقيم هو: ﴿صِرَاطَ الَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ﴾ من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين ﴿غَيۡرِ﴾ صراط ﴿الۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ﴾ الذين عرفوا الحق وتركوه كاليهود ونحوهم، وغير صراط ﴿الضَّالِّينَ﴾ الذين تركوا الحق على جهل وضلال، كالنصارى ونحوهم.

Inilah jalan yang lurus, yaitu “jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka” dari kalangan para nabi, para shiddiq (orang yang sempurna dalam membenarkan risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad), para syuhada, dan para orang saleh.

“Bukan” jalan “orang yang dimurkai” yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran namun meninggalkan seperti Yahudi dan yang semisal mereka.

Bukan pula jalan “orang-orang yang sesat” yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan seperti Nasrani dan yang semisal mereka.

فهذه السورة على إيجازها، قد احتوت على ما لم تحتو عليه سورة من سور القرآن، فتضمنت أنواع التوحيد الثلاثة: توحيد الربوبية، يؤخذ من قوله: ﴿رَبِّ الۡعَالَمِينَ﴾. وتوحيد الإلهية، وهو إفراد الله بالعبادة، يؤخذ من لفظ: ﴿للَّهِ﴾، ومن قوله: ﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ﴾، وتوحيد الۡأسماء والصفات، وهو إثبات صفات الكمال لله تعالى، التي أثبتها لنفسه، وأثبتها له رسوله من غير تعطيل ولا تمثيل ولا تشبيه، وقد دل على ذلك لفظ ﴿الۡحَمۡدُ﴾ كما تقدم.

Surah ini meskipun ringkas, namun memiliki cakupan yang tidak dicakup oleh surah Al-Qur'an lainnya. Surah ini mengandung ketiga jenis tauhid.

Tauhid rububiyah diambil dari firman Allah, “Tuhan alam semesta.”

Tauhid al-uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, diambil dari lafaz “lillāh” dan dari firman Allah, “Hanya kepada-Mu kami beribadah.”

Tauhid al-asma’ wash-shifat, yaitu menetapkan sifat-sifat kesempurnaan untuk Allah taala yang Allah tetapkan untuk Diri-Nya dan Rasul-Nya tetapkan untuk-Nya tanpa ta'thil (meniadakannya), tamtsil (memisalkannya), dan tasybih (menyerupakannya). Lafaz “al-ḥamd” menunjukkan jenis tauhid ini sebagaimana telah disebutkan.

وتضمنت إثبات النبوة في قوله: ﴿اهۡدِنَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِيمَ﴾ لأن ذلك ممتنع بدون الرسالة.

Surah ini juga mengandung penetapan kenabian dalam firman Allah, “Tunjukkan jalan yang lurus kepada kami.” Hal ini tidak bisa terlaksana tanpa ada pengutusan nabi.

وإثبات الجزاء على الۡأعمال في قوله: ﴿مَالِكِ يَوۡمِ الدِّينِ﴾ وأن الجزاء يكون بالعدل؛ لأن الدين معناه الجزاء بالعدل.

(Surah ini mengandung faedah) penetapan adanya balasan terhadap amalan-amalan dalam firman-Nya, “Yang menguasai hari pembalasan.” Pembalasan saat itu dilakukan dengan adil karena ad-dīn bermakna pembalasan dengan adil.

وتضمنت إثبات القدر، وأن العبد فاعل حقيقة، خلافا للقدرية والجبرية. بل تضمنت الرد على جميع أهل البدع [والضلال] في قوله: ﴿اهۡدِنَا الصِّرَاطَ الۡمُسۡتَقِيمَ﴾، لأنه معرفة الحق والعمل به، وكل مبتدع [وضال] فهو مخالف لذلك.

Surah ini juga mengandung penetapan takdir dan bahwa hamba adalah pelaku perbuatan secara hakiki. Hal ini menyelisihi kelompok Al-Qadariyyah dan Al-Jabriyyah. Bahkan surah ini mengandung bantahan terhadap seluruh ahli bidah dan pengusung kesesatan, dalam firman-Nya, “Tunjukkanlah jalan yang lurus kepada kami.”

Jalan yang lurus adalah pengetahuan akan kebenaran dan pengamalannya. Setiap pengusung bidah dan kesesatan adalah orang yang menyelisihi jalan yang lurus.

وتضمنت إخلاص الدين لله تعالى، عبادة واستعانة، في قوله: ﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ﴾. فالحمد لله رب العالمين.

Surah ini mengandung ajaran untuk mengikhlaskan agama untuk Allah taala, baik ibadah dan istianah, di dalam firman Allah, “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.”

Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5050

٣٣ - بَابُ قَوۡلِ الۡمُقۡرِىءِ لِلۡقَارِىءِ: حَسۡبُكَ
33. Bab Ucapan Orang yang Menyuruh Membaca Al-Qur’an kepada Qari: Cukup


٥٠٥٠ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يُوسُفَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَبِيدَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ مَسۡعُودٍ قَالَ: قَالَ لِي النَّبِيُّ ﷺ: (اقۡرَأۡ عَلَيَّ). قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، آقۡرَأُ عَلَيۡكَ وَعَلَيۡكَ أُنۡزِلَ؟ قَالَ: (نَعَمۡ). فَقَرَأۡتُ سُورَةَ النِّسَاءِ، حَتَّى أَتَيۡتُ إِلَى هٰذِهِ الۡآيَةِ: ﴿فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِنۡ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا﴾ [النساء: ٤١]. قَالَ: (حَسۡبُكَ الۡآنَ). فَالۡتَفَتُّ إِلَيۡهِ فَإِذَا عَيۡنَاهُ تَذۡرِفَانِ. [طرفه في: ٤٥٨٢].

5050. Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Abidah, dari ‘Abdullah bin Mas’ud. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepadaku, “Bacakan Al-Qur’an kepadaku!”

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku bacakan kepadamu padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?”

Nabi menjawab, “Iya.”

Aku pun membaca surah An-Nisa’ sampai ayat, “Bagaimana bila Kami datangkan seorang saksi dari setiap umat dan Kami datangkan engkau sebagai saksi atas mereka itu?” (QS. An-Nisa’: 41).

Nabi berkata, “Cukup untuk sekarang.”

Lalu aku menoleh kepada beliau, ternyata air matanya berlinang.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6054

٤٨ - بَابُ مَا يَجُوزُ مِنِ اغۡتِيَابِ أَهۡلِ الۡفَسَادِ وَالرِّيَبِ
48. Bab Gibah yang Diperbolehkan terhadap Pelaku Kerusakan dan Orang yang Dicurigai


٦٠٥٤ - حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بۡنُ الۡفَضۡلِ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ عُيَيۡنَةَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ الۡمُنۡكَدِرِ: سَمِعَ عُرۡوَةَ بۡنَ الزُّبَيۡرِ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا أَخۡبَرَتۡهُ قَالَتِ: اسۡتَأۡذَنَ رَجُلٌ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (ائۡذَنُوا لَهُ، بِئۡسَ أَخُو الۡعَشِيرَةِ، أَوِ ابۡنُ الۡعَشِيرَةِ). فَلَمَّا دَخَلَ أَلَانَ لَهُ الۡكَلَامَ، قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قُلۡتَ الَّذِي قُلۡتَ، ثُمَّ أَلَنۡتَ لَهُ الۡكَلَامَ؟! قَالَ: (أَيۡ عَائِشَةُ، إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنۡ تَرَكَهُ النَّاسُ، أَوۡ وَدَعَهُ النَّاسُ، اتِّقَاءَ فُحۡشِهِ). [طرفه في: ٦٠٣٢].

6054. Shadaqah bin Al-Fadhl telah menceritakan kepada kami: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami: Aku mendengar Ibnu Al-Munkadir: Beliau mendengar ‘Urwah bin Az-Zubair: ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengabarkan kepadanya. Beliau mengatakan:

Seorang lelaki meminta izin menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Lalu beliau berkata, “Izinkan dia! Sesungguhnya dia adalah seburuk-buruk saudara dari kabilahnya atau seburuk-buruk putra kabilah.”

Ketika lelaki itu masuk, beliau bertutur kata yang halus dengannya. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda tadi mengatakan perkataan Anda, namun kemudian engkau bertutur kata yang halus dengannya?!”

Beliau bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah orang yang ditinggalkan oleh orang lain karena menjauhi ucapan kejinya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6053

٤٧ - بَابُ قَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (خَيۡرُ دُورِ الۡأَنۡصَارِ)
47. Bab Sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Sebaik-baik kabilah Ansar”


٦٠٥٣ - حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ أَبِي أُسَيۡدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: ‏ (خَيۡرُ دُورِ الۡأَنۡصَارِ بَنُو النَّجَّارِ). [طرفه في: ٣٧٨٩].

6053. Qabishah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Abu Salamah, dari Abu Usaid As-Sa’idi. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sebaik-baik kabilah Ansar adalah bani An-Najjar.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6047 dan 6048

٦٠٤٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ عُمَرَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ الۡمُبَارَكِ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنۡ أَبِي قِلَابَةَ: أَنَّ ثَابِتَ بۡنَ الضَّحَّاكِ – وَكَانَ مِنۡ أَصۡحَابِ الشَّجَرَةِ – حَدَّثَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (مَنۡ حَلَفَ عَلَى مِلَّةٍ غَيۡرِ الۡإِسۡلَامِ، فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَلَيۡسَ عَلَى ابۡنِ آدَمَ نَذۡرٌ فِيمَا لَا يَمۡلِكُ، وَمَنۡ قَتَلَ نَفۡسَهُ بِشَيۡءٍ فِي الدُّنۡيَا عُذِّبَ بِهِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، وَمَنۡ لَعَنَ مُؤۡمِنًا فَهُوَ كَقَتۡلِهِ، وَمَنۡ قَذَفَ مُؤۡمِنًا بِكُفۡرٍ فَهُوَ كَقَتۡلِهِ). [طرفه في: ١٣٦٣].

6047. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami: ‘Utsman bin ‘Umar menceritakan kepada kami: ‘Ali bin Al-Mubarak menceritakan kepada kami dari Yahya bin Abu Katsir, dari Abu Qilabah: Tsabit bin Adh-Dhahhak—beliau termasuk sahabat yang berbaiat di bawah pohon—menceritakan kepadanya:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Barang siapa bersumpah di atas agama selain Islam, dia sebagaimana yang dia katakan. Tidak boleh seseorang menazarkan sesuatu yang tidak dia miliki. Barang siapa membunuh dirinya dengan suatu alat/cara di dunia, dia akan diazab dengan itu pada hari kiamat. Barang siapa melaknat seorang mukmin, dia seperti membunuhnya. Barang siapa menuduh seorang mukmin dengan kekufuran tanpa bukti, dia seperti membunuhnya.”

٦٠٤٨ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: حَدَّثَنِي عَدِيُّ بۡنُ ثَابِتٍ قَالَ: سَمِعۡتُ سُلَيۡمَانَ بۡنَ صُرَدٍ، رَجُلًا مِنۡ أَصۡحَابِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: اسۡتَبَّ رَجُلَانِ عِنۡدَ النَّبِيِّ ﷺ، فَغَضِبَ أَحَدُهُمَا، فَاشۡتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى انۡتَفَخَ وَجۡهُهُ وَتَغَيَّرَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنِّي لَأَعۡلَمُ كَلِمَةً، لَوۡ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنۡهُ الَّذِي يَجِدُ). فَانۡطَلَقَ إِلَيۡهِ الرَّجُلُ فَأَخۡبَرَهُ بِقَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ وَقَالَ: تَعَوَّذۡ بِاللهِ مِنَ الشَّيۡطَانِ، فَقَالَ: أَتُرَى بِي بَأۡسٌ؟ أَمَجۡنُونٌ أَنَا؟ اذۡهَبۡ. [طرفه في: ٣٢٨٢].

6048. ‘Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Adi bin Tsabit menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Sulaiman bin Shurad—seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau berkata:

Ada dua orang saling mengejek di dekat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Salah satu dari dua orang itu marah. Kemarahannya memuncak sampai wajahnya membengkak dan berubah. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui satu kalimat yang bila dia ucapkan, niscaya kemarahannya akan lenyap.”

Orang yang mendengar sabda Nabi pergi menemui orang yang sedang marah, lalu mengabarkannya tentang sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan berkata, “Berlindunglah kepada Allah dari setan!”

Dia berkata, “Apakah engkau kira aku ada gangguan mental? Atau aku gila? Pergi!”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6045 dan 6046

٦٠٤٥ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ، عَنِ الۡحُسَيۡنِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ بُرَيۡدَةَ: حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ يَعۡمَرَ: أَنَّ أَبَا الۡأَسۡوَدِ الدِّيلِيَّ حَدَّثَهُ، عَنۡ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (لَا يَرۡمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالۡفُسُوقِ، وَلَا يَرۡمِيهِ بِالۡكُفۡرِ، إِلَّا ارۡتَدَّتۡ عَلَيۡهِ، إِنۡ لَمۡ يَكُنۡ صَاحِبُهُ كَذٰلِكَ). [طرفه في: ٣٥٠٨].

6045. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami dari Al-Husain, dari ‘Abdullah bin Buraidah: Yahya bin Ya’mar menceritakan kepadaku: Abu Al-Aswad Ad-Dili menceritakan kepadanya dari Abu Dzarr—radhiyallahu ‘anhu—: Beliau mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan, tidak pula menuduhnya dengan kekufuran, kecuali akan berbalik kepadanya jika keadaan orang yang dituduh tidak seperti yang dia tuduhkan.”

٦٠٤٦ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سِنَانٍ: حَدَّثَنَا فُلَيۡحُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ: حَدَّثَنَا هِلَالُ بۡنُ عَلِيٍّ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: لَمۡ يَكُنۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَاحِشًا، وَلَا لَعَّانًا، وَلَا سَبَّابًا، كَانَ يَقُولُ عِنۡدَ الۡمَعۡتَبَةِ: (مَا لَهُ تَرِبَ جَبِينُهُ). [طرفه في: ٦٠٣١].

6046. Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami: Fulaih bin Sulaiman menceritakan kepada kami: Hilal bin ‘Ali menceritakan kepada kami dari Anas. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bukanlah orang yang suka berkata keji, melaknat, atau mencela. Dahulu beliau berkata ketika menegur, “Ada apa dengannya? Semoga pelipisnya terkena tanah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6042

٤٣ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِنۡ قَوۡمٍ عَسَى أَنۡ يَكُونُوا خَيۡرًا مِنۡهُمۡ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ﴾ [الحجرات: ١١]
43. Bab Firman Allah Taala, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan laki-laki mengejek sekumpulan yang lain! Bisa jadi mereka yang diejek itu lebih baik daripada yang mengejek,” Sampai Firman-Nya, “maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)


٦٠٤٢ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ زَمۡعَةَ قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يَضۡحَكَ الرَّجُلُ مِمَّا يَخۡرُجُ مِنَ الۡأَنۡفُسِ، وَقَالَ: (بِمَ يَضۡرِبُ أَحَدُكُمُ امۡرَأَتَهُ ضَرۡبَ الۡفَحۡلِ، ثُمَّ لَعَلَّهُ يُعَانِقُهَا؟). وَقَالَ الثَّوۡرِيُّ وَوُهَيۡبٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنۡ هِشَامٍ: (جَلۡدَ الۡعَبۡدِ). [طرفه في: ٣٣٧٧].

6042. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Abdullah bin Zam’ah. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang seseorang menertawakan (kentut) yang keluar dari diri seseorang dan beliau bersabda, “Mengapa salah seorang kalian memukul istrinya seperti memukul hewan jantan padahal bisa jadi setelah itu dia memeluknya?”

Ats-Tsauri, Wuhaib, dan Abu Mu’awiyah berkata dari Hisyam, “seperti mencambuk budak.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6040

٤١ - بَابُ الۡمِقَةِ مِنَ اللهِ تَعَالَى
41. Bab Kecintaan dari Allah taala


٦٠٤٠ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عَلِيٍّ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مُوسَى بۡنُ عُقۡبَةَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِذَا أَحَبَّ اللهُ عَبۡدًا نَادَى جِبۡرِيلَ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبۡرِيلُ، فَيُنَادِي جِبۡرِيلُ فِي أَهۡلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهۡلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الۡقَبُولُ فِي أَهۡلِ الۡأَرۡضِ). [طرفه في: ٣٢٠٩].

6040. ‘Amr bin ‘Ali telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij. Beliau berkata: Musa bin ‘Uqbah mengabarkan kepadaku dari Nafi’, dari Abu Hurairah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan menyeru Jibril, ‘Sesungguhnya Allah mencintai Polan, cintailah dia!’ Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril menyeru kepada para penghuni langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai Polan, cintailah dia!’ Para penduduk langit pun mencintainya kemudian sikap penerimaan terhadapnya akan diletakkan pada (hati) para penduduk bumi.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6038

٦٠٣٨ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: سَمِعَ سَلَّامَ بۡنَ مِسۡكِينٍ قَالَ: سَمِعۡتُ ثَابِتًا يَقُولُ: حَدَّثَنَا أَنَسٌ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: خَدَمۡتُ النَّبِيَّ ﷺ عَشۡرَ سِنِينَ، فَمَا قَالَ لِي: أُفٍّ، وَلَا: لِمَ صَنَعۡتَ؟ وَلَا: أَلَّا صَنَعۡتَ. [طرفه في: ٢٧٦٨].

6038. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau mendengar Sallam bin Miskin berkata: Aku mendengar Tsabit berkata: Anas—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami. Beliau mengatakan: Aku melayani Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—selama sepuluh tahun, namun beliau tidak pernah berkata kepadaku “Huh”, tidak pula “Mengapa engkau berbuat begitu?”, tidak pula “Mengapa engkau tidak melakukan itu?”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6526

٦٥٢٦ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡمُغِيرَةِ بۡنِ النُّعۡمَانِ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَامَ فِينَا النَّبِيُّ ﷺ يَخۡطُبُ فَقَالَ: (إِنَّكُمۡ مَحۡشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً: ﴿كَمَا بَدَأۡنَا أَوَّلَ خَلۡقٍ نُعِيدُهُ﴾ [الأنبياء: ١٠٤] الۡآيَةَ. وَإِنَّ أَوَّلَ الۡخَلَائِقِ يُكۡسَى يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ إِبۡرَاهِيمُ، وَإِنَّهُ سَيُجَاءُ بِرِجَالٍ مِنۡ أُمَّتِي فَيُؤۡخَذُ بِهِمۡ ذَاتَ الشِّمَالِ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أُصَيۡحَابِي، فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تَدۡرِي مَا أَحۡدَثُوا بَعۡدَكَ، فَأَقُولُ كَمَا قَالَ الۡعَبۡدُ الصَّالِحُ: ﴿وَكُنۡتُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدًا مَا دُمۡتُ فِيهِمۡ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿الۡحَكِيمُ﴾ [المائدة: ١١٧-١١٨].‏ قَالَ: فَيُقَالُ: إِنَّهُمۡ لَمۡ يَزَالُوا مُرۡتَدِّينَ عَلَى أَعۡقَابِهِمۡ). [طرفه في: ٣٣٤٩].

6526. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Mughirah bin An-Nu’man, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri berkhotbah di antara kami. Beliau bersabda:

Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (pada hari kiamat) dalam keadaan tanpa alas kaki lagi tanpa busana, “Sebagaimana Kami mulai pada awal penciptaan, Kami akan mengulanginya kembali.” (QS. Al-Anbiya`: 104).

Sesungguhnya makhluk pertama yang akan diberi pakaian pada hari kiamat adalah Ibrahim. Sesungguhnya nanti akan ada sebagian dari umatku yang akan ditarik ke arah kiri, lalu aku akan mengatakan, “Ya Rabi, mereka umatku.”

Allah berkata, “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu.”

Aku berkata sebagaimana hamba yang saleh itu (Nabi ‘Isa) berkata, “Aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka,” sampai ucapannya, “Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah: 117-118).

Perawi berkata: Ada yang berkata: Sesungguhnya mereka terus berada dalam keadaan murtad kembali ke agama mereka sebelumnya.

Kejadian-Kejadian di Padang Mahsyar

Syekh 'Abdul Muhsin bin Hamad Al-'Abbad Al-Badr--hafizhahullah--di dalam Syarh Hadits Jibril fi Ta'lim Ad-Din menyebutkan,

وَمِنَ الۡإِيمَانِ بِالۡيَوۡمِ الۡآخِرِ الۡإِيمَانُ بِحَشۡرِ النَّاسِ مِنۡ قُبُورِهِمۡ وَغَيۡرِهَا عَلَى الۡمَوۡقِفِ، وَاسۡتِشۡفَاعِهِمۡ إِلَى أُولِي الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ لِتَخۡلِيصِهِمۡ مِمَّا هُمۡ فِيهِ مِنَ الشِّدَّةِ، وَحُصُولِ الشَّفَاعَةِ الۡعُظۡمَى لَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ﷺ، وَهِيَ الۡمَقَامُ الۡمَحۡمُودُ، وَمَجِيءِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ الۡعِبَادِ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَحَشَرۡنَٰهُمۡ فَلَمۡ نُغَادِرۡ مِنۡهُمۡ أَحَدًا﴾، وَرَوَى الۡبُخَارِيُّ (٦٥٢٧)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٥٩) عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (تُحۡشَرُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرۡلًا، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنۡظُرُ بَعۡضُهُمۡ إِلَى بَعۡضٍ؟ فَقَالَ: الۡأَمۡرُ أَشَدُّ مِنۡ أَنۡ يُهِمَّهُمۡ ذَاكَ)، وَرَوَاهُ أَيۡضًا الۡبُخَارِيُّ (٦٥٢٦)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٦٠) مِنۡ حَدِيثِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا.

Termasuk keimanan kepada hari akhir adalah mengimani penggiringan manusia dari kuburan mereka atau selainnya ke padang mahsyar; mengimani permintaan syafaat kepada para rasul ululazmi agar mengentaskan kesulitan yang mereka alami; terlaksananya syafaat teragung yang dimiliki Nabi kita Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yaitu al-maqam al-mahmud (kedudukan yang dipuji); kedatangan Allah—‘azza wa jalla—untuk memberi keputusan antara para hamba.

Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Kami kumpulkan mereka dan Kami tidak tinggalkan seorang pun dari mereka.” (QS. Al-Kahfi: 47).

Al-Bukhari (nomor 6527) dan Muslim (nomor 2859) meriwayatkan dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kalian akan dikumpulkan dalam keadaan tak beralas kaki, tanpa busana, dan tidak dikhitan.”

‘Aisyah berkata: Aku menanggapi, “Wahai Rasulullah, para lelaki dan wanita nanti akan saling memandang.”

Rasulullah bersabda, “Keadaan saat itu lebih dahsyat daripada keadaan yang membuat mereka ingin melakukan hal itu.”

Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari nomor 6526 dan Muslim nomor 2860 dari hadis Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—.

وَقَالَ ابۡنُ كَثِيرٍ عِنۡدَ تَفۡسِيرِ قَوۡلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفًّا صَفًّا﴾: (يَعۡنِي لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ خَلۡقِهِ، وَذٰلِكَ بَعۡدَ مَا يَسۡتَشۡفَعُونَ إِلَيۡهِ بِسَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ عَلَى الۡإِطۡلَاقِ مُحَمَّدٍ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيۡهِ، بَعۡدَمَا يَسۡأَلُونَ أُولِي الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ وَاحِدًا بَعۡدَ وَاحِدٍ، فَكُلُّهُمۡ يَقُولُ: لَسۡتُ بِصَاحِبِ ذَاكُمۡ، حَتَّى تَنۡتَهِيَ النَّوۡبَةُ إِلَى مُحَمَّدٍ ﷺ، فَيَقُولُ: أَنَا لَهَا، أَنَا لَهَا، فَيَذۡهَبُ فَيَشۡفَعُ عِنۡدَ اللهِ تَعَالَى فِي أَنۡ يَأۡتِيَ لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ، فَيُشَفِّعَهُ اللهُ فِي ذٰلِكَ، وَهِيَ أَوَّلُ الشَّفَاعَاتِ، وَهِيَ الۡمَقَامُ الۡمَحۡمُودُ كَمَا تَقَدَّمَ بَيَانُهُ فِي سُورَةِ سُبۡحَانَ، فَيَجِيءُ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ كَمَا يَشَاءُ، وَالۡمَلَائِكَةُ يَجِيئُونَ بَيۡنَ يَدَيۡهِ صُفُوفًا صُفُوفًا).

Ketika menafsirkan firman Allah—‘azza wa jalla—“Tuhanmu datang. Begitu juga malaikat datang dengan berbaris” (QS. Al-Fajr: 22), Ibnu Katsir berkata:

Yakni memutuskan perkara di antara makhluk-Nya. Kejadian ini setelah mereka meminta kepada-Nya dengan perantaraan pemuka seluruh manusia, yaitu Nabi Muhammad—shalawatullahi wa salamuhu ‘alaih—. Setelah mereka meminta para rasul ululazmi, satu demi satu, lalu setiap mereka mengatakan, “Aku tidak bisa membantu kalian.”

Sampai giliran berakhir pada Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu beliau bersabda, “Akulah yang akan memintakannya. Akulah yang akan memintakannya.”

Beliau beranjak lalu meminta di sisi Allah taala agar memutuskan perkara. Allah mengabulkan permintaan beliau. Inilah syafaat pertama dan inilah makam mahmud sebagaimana telah dijelaskan dalam tafsir surah Al-Isra`. Allah—tabaraka wa ta’ala—datang untuk memutuskan perkara sebagaimana yang Dia kehendaki. Para malaikat pun datang di hadapan-Nya dengan bersaf-saf.

وَيُعۡرَضُ الۡعِبَادُ عَلَى اللهِ فَيُحَاسِبُهُمۡ عَلَى أَعۡمَالِهِمۡ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَعُرِضُوا۟ عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَّقَدۡ جِئۡتُمُونَا كَمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةِۭ ۚ﴾،

Para hamba kelak akan dibawa menghadap kepada Allah, lalu Allah akan menghisab mereka sesuai amalan mereka. Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Mereka akan dibawa menghadap kepada Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kalian datang kepada Kami sebagaimana Kami menciptakan kalian pada kali yang pertama.” (QS. Al-Kahf: 48)

وَقَالَ: ﴿وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُعۡرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمۡ وَيَقُولُ ٱلۡأَشۡهَٰدُ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمۡ ۚ أَلَا لَعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ﴾،

Allah berfirman, “Siapa lagi yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah. Mereka itu akan dibawa menghadap kepada Tuhan mereka dan para saksi akan berkata: ‘Merekalah orang-orang yang berdusta terhadap Tuhan mereka.’ Ingatlah! Laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang zalim.” (QS. Hud: 18).

وَقَالَ: ﴿وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُشۡفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَا ۚ وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟ حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا﴾،

Allah berfirman, “Diletakkanlah catatan amal itu, lalu engkau akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan melihat isinya dan mereka berkata, ‘Duhai celaka kami, catatan apa ini?! Catatan ini tidak terlewatkan menulis amalan yang kecil dan yang besar.’ Mereka mendapatkan semua yang mereka amalkan ada di situ. Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.” (QS. Al-Kahf: 49).

وَقَالَ: ﴿فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ ۝٧ فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا ۝٨ وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا ۝٩ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ ۝١٠ فَسَوۡفَ يَدۡعُوا۟ ثُبُورًا ۝١١ وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا﴾،

Allah berfirman, “Orang yang diberi catatannya dari sebelah kanan, kelak dia akan dihisab dengan mudah dan akan kembali kepada keluarganya dalam keadaan bahagia. Adapun orang yang diberi catatan dari belakang punggungnya, kelak dia akan berseru, ‘Celaka’ dan akan masuk neraka yang apinya menyala.” (QS. Al-Insyiqaq: 7-12).

وَقَالَ: ﴿يَوۡمَئِذٍ تُعۡرَضُونَ لَا تَخۡفَىٰ مِنكُمۡ خَافِيَةٌ ۝١٨ فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُوا۟ كِتَٰبِيَهۡ ۝١٩ إِنِّى ظَنَنتُ أَنِّى مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ۝٢٠ فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ۝٢١ فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ ۝٢٢ قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ ۝٢٣ كُلُوا۟ وَٱشۡرَبُوا۟ هَنِيٓـَٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِى ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ ۝٢٤ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِى لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ۝٢٥ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ۝٢٦ يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ۝٢٧ مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّى مَالِيَهۡ ۜ ۝٢٨ هَلَكَ عَنِّى سُلۡطَٰنِيَهۡ ۝٢٩ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ۝٣٠ ثُمَّ ٱلۡجَحِيمَ صَلُّوهُ ۝٣١ ثُمَّ فِى سِلۡسِلَةٍ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ ذِرَاعًا فَٱسۡلُكُوهُ﴾،

Allah berfirman, “Pada hari itu kalian akan dibawa menghadap. Tidak ada yang tersembunyi pada diri kalian. Barang siapa diberi catatan dari sebelah kanan, dia akan berkata, ‘Ini silakan baca catatanku. Sesungguhnya aku menyangka akan menjumpai perhitungan.’ Maka dia berada di kehidupan yang nyaman di janah yang tinggi. Buah-buahannya bisa mudah dipetik. Makan dan minumlah dengan tenang karena amalan yang kalian persembahkan di hari-hari yang telah lewat. Adapun yang diberi catatan dari sebelah kiri, dia akan berkata, ‘Duhai, andai aku tidak diberi catatanku ini. Aku tidak tahu bagaimana hisabku nanti. Duhai, andai kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku tidak lagi berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku.’ (Allah berfirman,) Peganglah dan belenggulah! Lalu masukkan dia ke dalam neraka Jahim! Belitlah dengan rantai sepanjang tujuh puluh hasta!” (QS. Al-Haqqah: 18-32).

وَقَالَ: ﴿يَوۡمَئِذٍ يَصۡدُرُ ٱلنَّاسُ أَشۡتَاتًا لِّيُرَوۡا۟ أَعۡمَٰلَهُمۡ ۝٦ فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرًا يَرَهُۥ ۝٧ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ﴾.

Allah berfirman, “Pada hari itu, manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam agar balasan amalan mereka diperlihatkan kepada mereka. Barang siapa beramal kebaikan seberat zarah, dia akan melihatnya. Barang siapa beramal keburukan seberat zarah, dia pun akan melihatnya.” (QS. Az-Zalzalah: 6-8).

وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ حُوسِبَ عُذِّبَ، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ: أَوَلَيۡسَ يَقُولُ اللهُ: ﴿فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾، قَالَتۡ: فَقَالَ: إِنَّمَا ذَلِكِ الۡعَرۡضُ، وَلَكِنۡ مَنۡ نُوقِشَ الۡحِسَابُ يَهۡلِكُ) رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (١٠٣)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٧٦).

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang dihisab, maka dia akan diazab.”

‘Aisyah berkata: Aku mengatakan, “Bukankah Allah taala mengatakan: Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang mudah (QS. Al-Insyiqaq: 8)?”

‘Aisyah berkata: Beliau bersabda, “Hisab yang mudah itu hanyalah diperlihatkan, namun siapa saja yang dihisab dengan teliti, maka dia akan binasa.” (HR. Al-Bukhari nomor 103 dan Muslim nomor 2876).

Shahih Muslim hadis nomor 182

٨١ - بَابُ مَعۡرِفَةِ طَرِيقِ الرُّؤۡيَةِ
81. Bab Pengetahuan Cara Melihat (Allah pada Hari Kiamat)


٢٩٩ – (١٨٢) - حَدَّثَنِي زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَزِيدَ اللَّيۡثِيِّ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ نَاسًا قَالُوا لِرَسُولِ اللهِ ﷺ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَرَى رَبَّنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ الۡقَمَرِ لَيۡلَةَ الۡبَدۡرِ؟) قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي الشَّمۡسِ لَيۡسَ دُونَهَا سَحَابٌ؟) قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (فَإِنَّكُمۡ تَرَوۡنَهُ كَذٰلِكَ. يَجۡمَعُ اللهُ النَّاسَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ. فَيَقُولُ: مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ شَيۡئًا فَلۡيَتَّبِعۡهُ، فَيَتَّبِعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الشَّمۡسَ الشَّمۡسَ، وَيَتَّبِعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الۡقَمَرَ الۡقَمَرَ، وَيَتَّبِعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ. وَتَبۡقَى هٰذِهِ الۡأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا، فَيَأۡتِيهِمُ اللهُ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، فِي صُورَةٍ غَيۡرِ صُورَتِهِ الَّتِي يَعۡرِفُونَ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ. فَيَقُولُونَ: نَعُوذُ بِاللهِ مِنۡكَ. هٰذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأۡتِيَنَا رَبُّنَا، فَإِذَا جَاءَ رَبُّنَا عَرَفۡنَاهُ، فَيَأۡتِيهِمُ اللهُ تَعَالَى فِي صُورَتِهِ الَّتِي يَعۡرِفُونَ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ، فَيَقُولُونَ: أَنۡتَ رَبُّنَا فَيَتَّبِعُونَهُ.

299. (182). Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku: Ya’qub bin Ibrahim menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari ‘Atha` bin Yazid Al-Laitsi: Abu Hurairah mengabarkan kepadanya:

Orang-orang bertanya kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Tuhan kita pada hari kiamat?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—balik bertanya, “Apakah kalian berdesakan ketika melihat bulan malam purnama?”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”

Rasulullah bertanya lagi, “Apakah kalian berdesakan ketika melihat matahari yang tidak ada awan pun di bawahnya?”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”

Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya kalian akan melihat Allah seperti itu. Allah akan mengumpulkan manusia pada hari kiamat, lalu berkata, “Siapa saja yang dahulu beribadah kepada sesuatu, silakan mengikutinya.”

Orang yang menyembah matahari akan mengikuti matahari. Orang yang menyembah bulan akan mengikuti bulan. Orang yang menyembah para tagut akan mengikuti tagut. Yang tersisa adalah umat ini. Di kalangan mereka ada kaum munafiknya.

Allah—tabaraka wa ta’ala—mendatangi mereka dalam wujud yang tidak mereka kenali, lalu berkata, “Aku adalah Tuhan kalian.”

Mereka berkata, “Kami berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami hingga Tuhan kami mendatangi kami. Apabila Tuhan kami datang, kami akan mengenalinya.”

Allah taala mendatangi mereka dalam wujud yang mereka kenali. Allah mendatangi mereka lalu berkata, “Aku adalah Tuhan kalian.”

Mereka berkata, “Engkau adalah Tuhan kami.” Lalu mereka akan mengikutinya.

وَيُضۡرَبُ الصِّرَاطُ بَيۡنَ ظَهۡرَيۡ جَهَنَّمَ، فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِي أَوَّلَ مَنۡ يُجِيزُ، وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوۡمَئِذٍ إِلَّا الرُّسُلُ. وَدَعۡوَى الرُّسُلِ يَوۡمَئِذٍ: اللّٰهُمَّ سَلِّمۡ، سَلِّمۡ. وَفِي جَهَنَّمَ كَلَالِيبُ مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ. هَلۡ رَأَيۡتُمُ السَّعۡدَانَ؟) قَالُوا: نَعَمۡ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (فَإِنَّهَا مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ، غَيۡرَ أَنَّهُ لَا يَعۡلَمُ مَا قَدۡرُ عِظَمِهَا إِلَّا اللهُ، تَخۡطَفُ النَّاسَ بِأَعۡمَالِهِمۡ. فَمِنۡهُمُ الۡمُؤۡمِنُ بَقِيَ بِعَمَلِهِ، وَمِنۡهُمُ الۡمُجَازَى حَتَّى يُنَجَّىٰ.

Sirat dibentangkan di antara dua tepi neraka Jahannam. Aku dan umatku adalah rombongan pertama yang menyeberang. Di hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara kecuali para rasul. Ucapan para rasul pada hari itu adalah, “Allahuma, selamatkanlah! Selamatkanlah!”

Di neraka Jahannam ada besi-besi pengait seperti duri tumbuhan Sa’dan. Apakah kalian sudah melihat tumbuhan Sa’dan?

Para sahabat menjawab, “Iya, wahai Rasulullah”

Rasulullah bersabda:

Pengait itu semisal duri tumbuhan Sa’dan hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Pengait itu menyambar manusia sesuai amalan-amalan mereka. Di antara mereka ada mukmin yang selamat dengan amalannya dan di antara mereka ada yang dibalas sampai diselamatkan.

حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللهُ مِنَ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ الۡعِبَادِ، وَأَرَادَ أَنۡ يُخۡرِجَ بِرَحۡمَتِهِ مَنۡ أَرَادَ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ، أَمَرَ الۡمَلَائِكَةَ أَنۡ يُخۡرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنۡ كَانَ لَا يُشۡرِكُ بِاللهِ شَيۡئًا، مِمَّنۡ أَرَادَ اللهُ تَعَالَى أَنۡ يَرۡحَمَهُ، مِمَّنۡ يَقُولُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، فَيَعۡرِفُونَهُمۡ فِي النَّارِ، يَعۡرِفُونَهُمۡ بِأَثَرِ السُّجُودِ، تَأۡكُلُ النَّارُ مِنِ ابۡنِ آدَمَ إِلَّا أَثَرَ السُّجُودِ، حَرَّمَ اللهُ عَلَى النَّارِ أَنۡ تَأۡكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ، فَيُخۡرَجُونَ مِنَ النَّارِ وَقَدِ امۡتَحَشُوا، فَيُصَبُّ عَلَيۡهِمۡ مَاءُ الۡحَيَاةِ، فَيَنۡبُتُونَ مِنۡهُ كَمَا تَنۡبُتُ الۡحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيۡلِ.

Sampai ketika Allah menyudahi penyelesaian perkara antara para hamba dan ingin mengeluarkan orang yang Dia inginkan dari penduduk neraka dengan rahmat-Nya, Allah memerintahkan kepada malaikat agar mengeluarkan siapa saja yang tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah dari neraka. Yaitu dari orang-orang yang Allah taala hendaki untuk dirahmati, dari orang-orang yang mengucapkan ‘lā ilāha illallāh’.

Para malaikat mengenali mereka di dalam neraka dan mengenali mereka dengan tanda sujud. Api neraka melalap seluruh tubuh bani Adam kecuali bekas sujud. Allah mengharamkan neraka melalap bekas sujud. Mereka keluar dari neraka dalam keadaan terbakar, lalu mereka diguyur dengan air kehidupan, lalu mereka tumbuh sebagaimana tumbuhnya benih rumput di tanah yang dibawa banjir.

ثُمَّ يَفۡرُغُ اللهُ تَعَالَى مِنَ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ الۡعِبَادِ، وَيَبۡقَى رَجُلٌ مُقۡبِلٌ بِوَجۡهِهِ عَلَى النَّارِ، وَهُوَ آخِرُ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ دُخُولًا الۡجَنَّةَ. فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، اصۡرِفۡ وَجۡهِي عَنِ النَّارِ، فَإِنَّهُ قَدۡ قَشَبَنِي رِيحُهَا وَأَحۡرَقَنِي ذَكَاؤُهَا، فَيَدۡعُو اللهَ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَدۡعُوَهُ، ثُمَّ يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: هَلۡ عَسَيۡتَ إِنۡ فَعَلۡتُ ذٰلِكَ بِكَ أَنۡ تَسۡأَلَ غَيۡرَهُ؟ فَيَقُولُ: لَا أَسۡأَلُكَ غَيۡرَهُ، وَيُعۡطِي رَبَّهُ مِنۡ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ مَا شَاءَ اللهُ، فَيَصۡرِفُ اللهُ وَجۡهَهُ عَنِ النَّارِ.

Kemudian Allah menyudahi penyelesaian perkara antara para hamba.

Tinggallah seseorang yang menghadapkan wajahnya ke arah neraka. Dia adalah penduduk janah yang terakhir masuk janah. Dia berucap, “Wahai Rabi, palingkanlah wajahku dari neraka. Anginnya menyakitiku hidungku dan jilatan apinya membakarku.”

Dia berdoa kepada Allah dengan doa yang dikehendaki-Nya, kemudian Allah—tabaraka wa ta’ala—berkata, “Bisa jadi jika Aku telah mengabulkan doamu, engkau akan meminta lagi selain itu?”

Orang itu menjawab, “Aku tidak akan lagi meminta-Mu selain itu.”

Orang itu memberikan sumpah dan janji yang Allah kehendaki kepada Allah, lalu Allah memalingkan wajahnya dari neraka,

فَإِذَا أَقۡبَلَ عَلَى الۡجَنَّةِ وَرَآهَا، سَكَتَ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَسۡكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، قَدِّمۡنِي إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ، فَيَقُولُ اللهُ لَهُ: أَلَيۡسَ قَدۡ أَعۡطَيۡتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ لَا تَسۡأَلُنِي غَيۡرَ الَّذِي أَعۡطَيۡتُكَ، وَيۡلَكَ يَا ابۡنَ آدَمَ، مَا أَغۡدَرَكَ، فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، وَيَدۡعُو اللهَ حَتَّىٰ يَقُولَ لَهُ: فَهَلۡ عَسَيۡتَ إِنۡ أَعۡطَيۡتُكَ ذٰلِكَ أَنۡ تَسۡأَلَ غَيۡرَهُ؟ فَيَقُولُ: لَا، وَعِزَّتِكَ. فَيُعطِي رَبَّهُ مَا شَاءَ اللهُ مِنۡ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ، فَيُقَدِّمُهُ إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ.

Lalu dia menghadap ke arah janah dan melihatnya. Dia terdiam sesuai dengan yang Allah kehendaki, kemudian dia berucap, “Ya Rabi, majukan aku mendekati pintu janah itu.”

Allah berkata kepadanya, “Bukankah engkau sudah bersumpah dan berjanji untuk tidak meminta selain yang telah Aku berikan kepadamu? Celaka engkau wahai anak Adam, alangkah curangnya engkau.”

Dia menjawab, “Ya Rabi, …”

Dia terus berdoa kepada Allah sampai Allah berkata kepadanya, “Apakah jika Aku sudah memberimu permintaanmu itu, bisa jadi engkau akan meminta selain itu?”

Dia menjawab, “Tidak, demi kemuliaan-Mu.”

Dia memberikan sumpah dan janjinya sesuai kehendak Allah, lalu Allah memajukannya mendekati pintu janah.

فَإِذَا قَامَ عَلَى بَابِ الۡجَنَّةِ انۡفَهَقَتۡ لَهُ الۡجَنَّةُ، فَرَأَى مَا فِيهَا مِنَ الۡخَيۡرِ وَالسُّرُورِ، فَيَسۡكُتُ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَسۡكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، أَدۡخِلۡنِي الۡجَنَّةَ. فَيَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ: أَلَيۡسَ قَدۡ أَعۡطَيۡتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ أَنۡ لَا تَسۡأَلَ غَيۡرَ مَا أُعۡطِيتَ، وَيۡلَكَ يَا ابۡنَ آدَمَ، مَا أَغۡدَرَكَ، فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، لَا أَكُونُ أَشۡقَىٰ خَلۡقِكَ، فَلَا يَزَالُ يَدۡعُو اللهَ حَتَّى يَضۡحَكَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مِنۡهُ. فَإِذَا ضَحِكَ اللهُ مِنۡهُ، قَالَ: ادۡخُلِ الۡجَنَّةَ، فَإِذَا دَخَلَهَا قَالَ اللهُ لَهُ: تَمَنَّهۡ، فَيَسۡأَلُ رَبَّهُ وَيَتَمَنَّىٰ، حَتَّىٰ إِنَّ اللهَ لَيُذَكِّرُهُ مِنۡ كَذَا وَكَذَا، حَتَّى إِذَا انۡقَطَعَتۡ بِهِ الۡأَمَانِيُّ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: ذٰلِكَ لَكَ وَمِثۡلُهُ مَعَهُ).

Ketika dia sudah berdiri di depan pintu janah, janah terlihat olehnya sehingga dia bisa melihat isi janah berupa kebaikan dan kesenangan. Dia terdiam sesuai kehendak Allah kemudian dia berkata, “Ya Rabi, masukkan aku ke dalam janah.”

Allah—tabaraka wa ta’ala—berkata kepadanya, “Bukankah engkau telah memberi sumpah dan janji untuk tidak meminta selain yang telah diberikan kepadamu. Celaka engkau wahai anak Adam, alangkah curangnya engkau.”

Dia berkata, “Wahai Rabi, aku tidak mau menjadi makhluk-Mu yang paling sengsara.”

Dia terus-menerus berdoa sampai Allah—tabaraka wa ta’ala—tertawa karenanya. Sesudah Allah tertawa, Allah berkata, “Masuklah ke janah!”

Ketika dia sudah memasuki janah, Allah berkata kepadanya, “Berangan-anganlah!”

Orang itu pun meminta kepada Tuhannya dan berangan-angan sampai-sampai Allah mengingatkan ini dan itu. Ketika angan-angannya sudah mencapai batas akhirnya, Allah taala berkata, “Engkau mendapatkan angan-anganmu itu beserta yang semisalnya.”

قَالَ عَطَاءُ بۡنُ يَزِيدَ: وَأَبُو سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيُّ مَعَ أَبِي هُرَيۡرَةَ لَا يَرُدُّ عَلَيۡهِ مِنۡ حَدِيثِهِ شَيۡئًا، حَتَّى إِذَا حَدَّثَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: أَنَّ اللهَ قَالَ لِذٰلِكَ الرَّجُلِ: (وَمِثۡلُهُ مَعَهُ). قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: وَعَشَرَةُ أَمۡثَالِهِ مَعَهُ يَا أَبَا هُرَيۡرَةَ. قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: مَا حَفِظۡتُ إِلَّا قَوۡلَهُ: (ذٰلِكَ لَكَ وَمِثۡلُهُ مَعَهُ). قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: أَشۡهَدُ أَنِّي حَفِظۡتُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَوۡلَهُ: (ذٰلِكَ لَكَ وَعَشَرَةُ أَمۡثَالِهِ).

‘Atha` bin Yazid berkata: Ketika itu Abu Sa’id Al-Khudri bersama Abu Hurairah. Beliau tidak membantah sedikit saja dari hadisnya sampai ketika Abu Hurairah menceritakan: Sesungguhnya Allah berkata kepada lelaki itu, “dan ditambah semisal itu,” Abu Sa’id berkata, “Dan ditambah sepuluh kali lipatnya, wahai Abu Hurairah.”

Abu Hurairah berkata, “Yang kuhafalkan hanyalah ucapan beliau, ‘Itu untukmu ditambah semisal itu lagi.’”

Abu Sa’id berkata, “Aku bersaksi bahwa aku menghafal dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ucapan beliau, ‘Itu untukmu ditambah sepuluh kali lipatnya.’”

قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: وَذٰلِكَ الرَّجُلُ آخِرُ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ دُخُولًا الۡجَنَّةَ.


Abu Hurairah mengatakan: Lelaki itu adalah penduduk janah yang terakhir masuk janah.

٣٠٠ – (...) - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ الدَّارِمِيُّ: أَخۡبَرَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ وَعَطَاءُ بۡنُ يَزِيدَ اللَّيۡثِيُّ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ أَخۡبَرَهُمَا: أَنَّ النَّاسَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ ﷺ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَرَى رَبَّنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟... وَسَاقَ الۡحَدِيثَ بِمِثۡلِ مَعۡنَىٰ حَدِيثِ إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ سَعۡدٍ.


300. ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Ad-Darimi telah menceritakan kepada kami: Abu Al-Yaman mengabarkan kepada kami: Syu'aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Sa’id bin Al-Musayyab dan ‘Atha` bin Yazid Al-Laitsi mengabarkan kepadaku: Abu Hurairah mengabarkan kepada mereka berdua: Orang-orang bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Tuhan kita pada hari kiamat?”

Beliau menuturkan hadis semakna hadis Ibrahim bin Sa’d.

٣٠١ - (...) - وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنۡ هَمَّامِ بۡنِ مُنَبِّهٍ؛ قَالَ: هٰذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيۡرَةَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنۡهَا: وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّ أَدۡنَىٰ مَقۡعَدِ أَحَدِكُمۡ مِنَ الۡجَنَّةِ أَنۡ يَقُولَ لَهُ: تَمَنَّ، فَيَتَمَنَّىٰ وَيَتَمَنَّىٰ، فَيَقُولُ لَهُ: هَلۡ تَمَنَّيۡتَ؟ فَيَقُولُ: نَعَمۡ. فَيَقُولُ لَهُ: فَإِنَّ لَكَ مَا تَمَنَّيۡتَ وَمِثۡلَهُ مَعَهُ).

301. Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Hammam bin Munabbih. Beliau berkata: Ini adalah hadis yang Abu Hurairah ceritakan kepada kami dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau menyebutkan beberapa hadis, di antaranya:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda:

Sesungguhnya tempat tinggal terendah salah seorang kalian di janah adalah suatu tempat yang Allah berkata kepadanya, “Berangan-anganlah!”

Lalu dia berangan-angan dan berangan-angan. Allah berkata kepadanya, “Apa engkau sudah selesai berangan-angan?”

Dia berkata, “Iya.”

Allah berkata kepadanya, “Sesungguhnya untukmu apa saja yang telah engkau angankan dan ditambah semisal itu.”