Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5050

٣٣ - بَابُ قَوۡلِ الۡمُقۡرِىءِ لِلۡقَارِىءِ: حَسۡبُكَ
33. Bab Ucapan Orang yang Menyuruh Membaca Al-Qur’an kepada Qari: Cukup


٥٠٥٠ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ يُوسُفَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ الۡأَعۡمَشِ، عَنۡ إِبۡرَاهِيمَ، عَنۡ عَبِيدَةَ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ مَسۡعُودٍ قَالَ: قَالَ لِي النَّبِيُّ ﷺ: (اقۡرَأۡ عَلَيَّ). قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، آقۡرَأُ عَلَيۡكَ وَعَلَيۡكَ أُنۡزِلَ؟ قَالَ: (نَعَمۡ). فَقَرَأۡتُ سُورَةَ النِّسَاءِ، حَتَّى أَتَيۡتُ إِلَى هٰذِهِ الۡآيَةِ: ﴿فَكَيۡفَ إِذَا جِئۡنَا مِنۡ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئۡنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا﴾ [النساء: ٤١]. قَالَ: (حَسۡبُكَ الۡآنَ). فَالۡتَفَتُّ إِلَيۡهِ فَإِذَا عَيۡنَاهُ تَذۡرِفَانِ. [طرفه في: ٤٥٨٢].

5050. Muhammad bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Ibrahim, dari ‘Abidah, dari ‘Abdullah bin Mas’ud. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepadaku, “Bacakan Al-Qur’an kepadaku!”

Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku bacakan kepadamu padahal Al-Qur’an diturunkan kepadamu?”

Nabi menjawab, “Iya.”

Aku pun membaca surah An-Nisa’ sampai ayat, “Bagaimana bila Kami datangkan seorang saksi dari setiap umat dan Kami datangkan engkau sebagai saksi atas mereka itu?” (QS. An-Nisa’: 41).

Nabi berkata, “Cukup untuk sekarang.”

Lalu aku menoleh kepada beliau, ternyata air matanya berlinang.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6054

٤٨ - بَابُ مَا يَجُوزُ مِنِ اغۡتِيَابِ أَهۡلِ الۡفَسَادِ وَالرِّيَبِ
48. Bab Gibah yang Diperbolehkan terhadap Pelaku Kerusakan dan Orang yang Dicurigai


٦٠٥٤ - حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بۡنُ الۡفَضۡلِ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ عُيَيۡنَةَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ الۡمُنۡكَدِرِ: سَمِعَ عُرۡوَةَ بۡنَ الزُّبَيۡرِ: أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا أَخۡبَرَتۡهُ قَالَتِ: اسۡتَأۡذَنَ رَجُلٌ عَلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: (ائۡذَنُوا لَهُ، بِئۡسَ أَخُو الۡعَشِيرَةِ، أَوِ ابۡنُ الۡعَشِيرَةِ). فَلَمَّا دَخَلَ أَلَانَ لَهُ الۡكَلَامَ، قُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قُلۡتَ الَّذِي قُلۡتَ، ثُمَّ أَلَنۡتَ لَهُ الۡكَلَامَ؟! قَالَ: (أَيۡ عَائِشَةُ، إِنَّ شَرَّ النَّاسِ مَنۡ تَرَكَهُ النَّاسُ، أَوۡ وَدَعَهُ النَّاسُ، اتِّقَاءَ فُحۡشِهِ). [طرفه في: ٦٠٣٢].

6054. Shadaqah bin Al-Fadhl telah menceritakan kepada kami: Ibnu ‘Uyainah mengabarkan kepada kami: Aku mendengar Ibnu Al-Munkadir: Beliau mendengar ‘Urwah bin Az-Zubair: ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengabarkan kepadanya. Beliau mengatakan:

Seorang lelaki meminta izin menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Lalu beliau berkata, “Izinkan dia! Sesungguhnya dia adalah seburuk-buruk saudara dari kabilahnya atau seburuk-buruk putra kabilah.”

Ketika lelaki itu masuk, beliau bertutur kata yang halus dengannya. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, Anda tadi mengatakan perkataan Anda, namun kemudian engkau bertutur kata yang halus dengannya?!”

Beliau bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya seburuk-buruk manusia adalah orang yang ditinggalkan oleh orang lain karena menjauhi ucapan kejinya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6053

٤٧ - بَابُ قَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ: (خَيۡرُ دُورِ الۡأَنۡصَارِ)
47. Bab Sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Sebaik-baik kabilah Ansar”


٦٠٥٣ - حَدَّثَنَا قَبِيصَةُ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَبِي الزِّنَادِ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ، عَنۡ أَبِي أُسَيۡدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: ‏ (خَيۡرُ دُورِ الۡأَنۡصَارِ بَنُو النَّجَّارِ). [طرفه في: ٣٧٨٩].

6053. Qabishah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Abu Salamah, dari Abu Usaid As-Sa’idi. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sebaik-baik kabilah Ansar adalah bani An-Najjar.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6047 dan 6048

٦٠٤٧ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا عُثۡمَانُ بۡنُ عُمَرَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ الۡمُبَارَكِ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنۡ أَبِي قِلَابَةَ: أَنَّ ثَابِتَ بۡنَ الضَّحَّاكِ – وَكَانَ مِنۡ أَصۡحَابِ الشَّجَرَةِ – حَدَّثَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (مَنۡ حَلَفَ عَلَى مِلَّةٍ غَيۡرِ الۡإِسۡلَامِ، فَهُوَ كَمَا قَالَ، وَلَيۡسَ عَلَى ابۡنِ آدَمَ نَذۡرٌ فِيمَا لَا يَمۡلِكُ، وَمَنۡ قَتَلَ نَفۡسَهُ بِشَيۡءٍ فِي الدُّنۡيَا عُذِّبَ بِهِ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ، وَمَنۡ لَعَنَ مُؤۡمِنًا فَهُوَ كَقَتۡلِهِ، وَمَنۡ قَذَفَ مُؤۡمِنًا بِكُفۡرٍ فَهُوَ كَقَتۡلِهِ). [طرفه في: ١٣٦٣].

6047. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami: ‘Utsman bin ‘Umar menceritakan kepada kami: ‘Ali bin Al-Mubarak menceritakan kepada kami dari Yahya bin Abu Katsir, dari Abu Qilabah: Tsabit bin Adh-Dhahhak—beliau termasuk sahabat yang berbaiat di bawah pohon—menceritakan kepadanya:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Barang siapa bersumpah di atas agama selain Islam, dia sebagaimana yang dia katakan. Tidak boleh seseorang menazarkan sesuatu yang tidak dia miliki. Barang siapa membunuh dirinya dengan suatu alat/cara di dunia, dia akan diazab dengan itu pada hari kiamat. Barang siapa melaknat seorang mukmin, dia seperti membunuhnya. Barang siapa menuduh seorang mukmin dengan kekufuran tanpa bukti, dia seperti membunuhnya.”

٦٠٤٨ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: حَدَّثَنِي عَدِيُّ بۡنُ ثَابِتٍ قَالَ: سَمِعۡتُ سُلَيۡمَانَ بۡنَ صُرَدٍ، رَجُلًا مِنۡ أَصۡحَابِ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ: اسۡتَبَّ رَجُلَانِ عِنۡدَ النَّبِيِّ ﷺ، فَغَضِبَ أَحَدُهُمَا، فَاشۡتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى انۡتَفَخَ وَجۡهُهُ وَتَغَيَّرَ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنِّي لَأَعۡلَمُ كَلِمَةً، لَوۡ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنۡهُ الَّذِي يَجِدُ). فَانۡطَلَقَ إِلَيۡهِ الرَّجُلُ فَأَخۡبَرَهُ بِقَوۡلِ النَّبِيِّ ﷺ وَقَالَ: تَعَوَّذۡ بِاللهِ مِنَ الشَّيۡطَانِ، فَقَالَ: أَتُرَى بِي بَأۡسٌ؟ أَمَجۡنُونٌ أَنَا؟ اذۡهَبۡ. [طرفه في: ٣٢٨٢].

6048. ‘Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Adi bin Tsabit menceritakan kepadaku. Beliau berkata: Aku mendengar Sulaiman bin Shurad—seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau berkata:

Ada dua orang saling mengejek di dekat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Salah satu dari dua orang itu marah. Kemarahannya memuncak sampai wajahnya membengkak dan berubah. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui satu kalimat yang bila dia ucapkan, niscaya kemarahannya akan lenyap.”

Orang yang mendengar sabda Nabi pergi menemui orang yang sedang marah, lalu mengabarkannya tentang sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan berkata, “Berlindunglah kepada Allah dari setan!”

Dia berkata, “Apakah engkau kira aku ada gangguan mental? Atau aku gila? Pergi!”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6045 dan 6046

٦٠٤٥ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ، عَنِ الۡحُسَيۡنِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ بُرَيۡدَةَ: حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ يَعۡمَرَ: أَنَّ أَبَا الۡأَسۡوَدِ الدِّيلِيَّ حَدَّثَهُ، عَنۡ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (لَا يَرۡمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالۡفُسُوقِ، وَلَا يَرۡمِيهِ بِالۡكُفۡرِ، إِلَّا ارۡتَدَّتۡ عَلَيۡهِ، إِنۡ لَمۡ يَكُنۡ صَاحِبُهُ كَذٰلِكَ). [طرفه في: ٣٥٠٨].

6045. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami dari Al-Husain, dari ‘Abdullah bin Buraidah: Yahya bin Ya’mar menceritakan kepadaku: Abu Al-Aswad Ad-Dili menceritakan kepadanya dari Abu Dzarr—radhiyallahu ‘anhu—: Beliau mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan, tidak pula menuduhnya dengan kekufuran, kecuali akan berbalik kepadanya jika keadaan orang yang dituduh tidak seperti yang dia tuduhkan.”

٦٠٤٦ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سِنَانٍ: حَدَّثَنَا فُلَيۡحُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ: حَدَّثَنَا هِلَالُ بۡنُ عَلِيٍّ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: لَمۡ يَكُنۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَاحِشًا، وَلَا لَعَّانًا، وَلَا سَبَّابًا، كَانَ يَقُولُ عِنۡدَ الۡمَعۡتَبَةِ: (مَا لَهُ تَرِبَ جَبِينُهُ). [طرفه في: ٦٠٣١].

6046. Muhammad bin Sinan telah menceritakan kepada kami: Fulaih bin Sulaiman menceritakan kepada kami: Hilal bin ‘Ali menceritakan kepada kami dari Anas. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bukanlah orang yang suka berkata keji, melaknat, atau mencela. Dahulu beliau berkata ketika menegur, “Ada apa dengannya? Semoga pelipisnya terkena tanah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6042

٤٣ - بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسۡخَرۡ قَوۡمٌ مِنۡ قَوۡمٍ عَسَى أَنۡ يَكُونُوا خَيۡرًا مِنۡهُمۡ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ﴾ [الحجرات: ١١]
43. Bab Firman Allah Taala, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan laki-laki mengejek sekumpulan yang lain! Bisa jadi mereka yang diejek itu lebih baik daripada yang mengejek,” Sampai Firman-Nya, “maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)


٦٠٤٢ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ هِشَامٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ زَمۡعَةَ قَالَ: نَهَى النَّبِيُّ ﷺ أَنۡ يَضۡحَكَ الرَّجُلُ مِمَّا يَخۡرُجُ مِنَ الۡأَنۡفُسِ، وَقَالَ: (بِمَ يَضۡرِبُ أَحَدُكُمُ امۡرَأَتَهُ ضَرۡبَ الۡفَحۡلِ، ثُمَّ لَعَلَّهُ يُعَانِقُهَا؟). وَقَالَ الثَّوۡرِيُّ وَوُهَيۡبٌ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ عَنۡ هِشَامٍ: (جَلۡدَ الۡعَبۡدِ). [طرفه في: ٣٣٧٧].

6042. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Hisyam, dari ayahnya, dari ‘Abdullah bin Zam’ah. Beliau berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melarang seseorang menertawakan (kentut) yang keluar dari diri seseorang dan beliau bersabda, “Mengapa salah seorang kalian memukul istrinya seperti memukul hewan jantan padahal bisa jadi setelah itu dia memeluknya?”

Ats-Tsauri, Wuhaib, dan Abu Mu’awiyah berkata dari Hisyam, “seperti mencambuk budak.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6040

٤١ - بَابُ الۡمِقَةِ مِنَ اللهِ تَعَالَى
41. Bab Kecintaan dari Allah taala


٦٠٤٠ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عَلِيٍّ: حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي مُوسَى بۡنُ عُقۡبَةَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (إِذَا أَحَبَّ اللهُ عَبۡدًا نَادَى جِبۡرِيلَ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ، فَيُحِبُّهُ جِبۡرِيلُ، فَيُنَادِي جِبۡرِيلُ فِي أَهۡلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهۡلُ السَّمَاءِ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الۡقَبُولُ فِي أَهۡلِ الۡأَرۡضِ). [طرفه في: ٣٢٠٩].

6040. ‘Amr bin ‘Ali telah menceritakan kepada kami: Abu ‘Ashim menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij. Beliau berkata: Musa bin ‘Uqbah mengabarkan kepadaku dari Nafi’, dari Abu Hurairah, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia akan menyeru Jibril, ‘Sesungguhnya Allah mencintai Polan, cintailah dia!’ Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril menyeru kepada para penghuni langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai Polan, cintailah dia!’ Para penduduk langit pun mencintainya kemudian sikap penerimaan terhadapnya akan diletakkan pada (hati) para penduduk bumi.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6038

٦٠٣٨ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ: سَمِعَ سَلَّامَ بۡنَ مِسۡكِينٍ قَالَ: سَمِعۡتُ ثَابِتًا يَقُولُ: حَدَّثَنَا أَنَسٌ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: خَدَمۡتُ النَّبِيَّ ﷺ عَشۡرَ سِنِينَ، فَمَا قَالَ لِي: أُفٍّ، وَلَا: لِمَ صَنَعۡتَ؟ وَلَا: أَلَّا صَنَعۡتَ. [طرفه في: ٢٧٦٨].

6038. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau mendengar Sallam bin Miskin berkata: Aku mendengar Tsabit berkata: Anas—radhiyallahu ‘anhu—menceritakan kepada kami. Beliau mengatakan: Aku melayani Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—selama sepuluh tahun, namun beliau tidak pernah berkata kepadaku “Huh”, tidak pula “Mengapa engkau berbuat begitu?”, tidak pula “Mengapa engkau tidak melakukan itu?”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6526

٦٥٢٦ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنِ الۡمُغِيرَةِ بۡنِ النُّعۡمَانِ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ جُبَيۡرٍ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَامَ فِينَا النَّبِيُّ ﷺ يَخۡطُبُ فَقَالَ: (إِنَّكُمۡ مَحۡشُورُونَ حُفَاةً عُرَاةً: ﴿كَمَا بَدَأۡنَا أَوَّلَ خَلۡقٍ نُعِيدُهُ﴾ [الأنبياء: ١٠٤] الۡآيَةَ. وَإِنَّ أَوَّلَ الۡخَلَائِقِ يُكۡسَى يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ إِبۡرَاهِيمُ، وَإِنَّهُ سَيُجَاءُ بِرِجَالٍ مِنۡ أُمَّتِي فَيُؤۡخَذُ بِهِمۡ ذَاتَ الشِّمَالِ، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ أُصَيۡحَابِي، فَيَقُولُ: إِنَّكَ لَا تَدۡرِي مَا أَحۡدَثُوا بَعۡدَكَ، فَأَقُولُ كَمَا قَالَ الۡعَبۡدُ الصَّالِحُ: ﴿وَكُنۡتُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدًا مَا دُمۡتُ فِيهِمۡ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿الۡحَكِيمُ﴾ [المائدة: ١١٧-١١٨].‏ قَالَ: فَيُقَالُ: إِنَّهُمۡ لَمۡ يَزَالُوا مُرۡتَدِّينَ عَلَى أَعۡقَابِهِمۡ). [طرفه في: ٣٣٤٩].

6526. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Al-Mughirah bin An-Nu’man, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbas. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berdiri berkhotbah di antara kami. Beliau bersabda:

Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan (pada hari kiamat) dalam keadaan tanpa alas kaki lagi tanpa busana, “Sebagaimana Kami mulai pada awal penciptaan, Kami akan mengulanginya kembali.” (QS. Al-Anbiya`: 104).

Sesungguhnya makhluk pertama yang akan diberi pakaian pada hari kiamat adalah Ibrahim. Sesungguhnya nanti akan ada sebagian dari umatku yang akan ditarik ke arah kiri, lalu aku akan mengatakan, “Ya Rabi, mereka umatku.”

Allah berkata, “Sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu.”

Aku berkata sebagaimana hamba yang saleh itu (Nabi ‘Isa) berkata, “Aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka,” sampai ucapannya, “Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah: 117-118).

Perawi berkata: Ada yang berkata: Sesungguhnya mereka terus berada dalam keadaan murtad kembali ke agama mereka sebelumnya.

Kejadian-Kejadian di Padang Mahsyar

Syekh 'Abdul Muhsin bin Hamad Al-'Abbad Al-Badr--hafizhahullah--di dalam Syarh Hadits Jibril fi Ta'lim Ad-Din menyebutkan,

وَمِنَ الۡإِيمَانِ بِالۡيَوۡمِ الۡآخِرِ الۡإِيمَانُ بِحَشۡرِ النَّاسِ مِنۡ قُبُورِهِمۡ وَغَيۡرِهَا عَلَى الۡمَوۡقِفِ، وَاسۡتِشۡفَاعِهِمۡ إِلَى أُولِي الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ لِتَخۡلِيصِهِمۡ مِمَّا هُمۡ فِيهِ مِنَ الشِّدَّةِ، وَحُصُولِ الشَّفَاعَةِ الۡعُظۡمَى لَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ ﷺ، وَهِيَ الۡمَقَامُ الۡمَحۡمُودُ، وَمَجِيءِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ الۡعِبَادِ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَحَشَرۡنَٰهُمۡ فَلَمۡ نُغَادِرۡ مِنۡهُمۡ أَحَدًا﴾، وَرَوَى الۡبُخَارِيُّ (٦٥٢٧)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٥٩) عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (تُحۡشَرُونَ حُفَاةً عُرَاةً غُرۡلًا، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ! الرِّجَالُ وَالنِّسَاءُ يَنۡظُرُ بَعۡضُهُمۡ إِلَى بَعۡضٍ؟ فَقَالَ: الۡأَمۡرُ أَشَدُّ مِنۡ أَنۡ يُهِمَّهُمۡ ذَاكَ)، وَرَوَاهُ أَيۡضًا الۡبُخَارِيُّ (٦٥٢٦)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٦٠) مِنۡ حَدِيثِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا.

Termasuk keimanan kepada hari akhir adalah mengimani penggiringan manusia dari kuburan mereka atau selainnya ke padang mahsyar; mengimani permintaan syafaat kepada para rasul ululazmi agar mengentaskan kesulitan yang mereka alami; terlaksananya syafaat teragung yang dimiliki Nabi kita Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yaitu al-maqam al-mahmud (kedudukan yang dipuji); kedatangan Allah—‘azza wa jalla—untuk memberi keputusan antara para hamba.

Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Kami kumpulkan mereka dan Kami tidak tinggalkan seorang pun dari mereka.” (QS. Al-Kahfi: 47).

Al-Bukhari (nomor 6527) dan Muslim (nomor 2859) meriwayatkan dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kalian akan dikumpulkan dalam keadaan tak beralas kaki, tanpa busana, dan tidak dikhitan.”

‘Aisyah berkata: Aku menanggapi, “Wahai Rasulullah, para lelaki dan wanita nanti akan saling memandang.”

Rasulullah bersabda, “Keadaan saat itu lebih dahsyat daripada keadaan yang membuat mereka ingin melakukan hal itu.”

Diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari nomor 6526 dan Muslim nomor 2860 dari hadis Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—.

وَقَالَ ابۡنُ كَثِيرٍ عِنۡدَ تَفۡسِيرِ قَوۡلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفًّا صَفًّا﴾: (يَعۡنِي لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ خَلۡقِهِ، وَذٰلِكَ بَعۡدَ مَا يَسۡتَشۡفَعُونَ إِلَيۡهِ بِسَيِّدِ وَلَدِ آدَمَ عَلَى الۡإِطۡلَاقِ مُحَمَّدٍ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيۡهِ، بَعۡدَمَا يَسۡأَلُونَ أُولِي الۡعَزۡمِ مِنَ الرُّسُلِ وَاحِدًا بَعۡدَ وَاحِدٍ، فَكُلُّهُمۡ يَقُولُ: لَسۡتُ بِصَاحِبِ ذَاكُمۡ، حَتَّى تَنۡتَهِيَ النَّوۡبَةُ إِلَى مُحَمَّدٍ ﷺ، فَيَقُولُ: أَنَا لَهَا، أَنَا لَهَا، فَيَذۡهَبُ فَيَشۡفَعُ عِنۡدَ اللهِ تَعَالَى فِي أَنۡ يَأۡتِيَ لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ، فَيُشَفِّعَهُ اللهُ فِي ذٰلِكَ، وَهِيَ أَوَّلُ الشَّفَاعَاتِ، وَهِيَ الۡمَقَامُ الۡمَحۡمُودُ كَمَا تَقَدَّمَ بَيَانُهُ فِي سُورَةِ سُبۡحَانَ، فَيَجِيءُ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لِفَصۡلِ الۡقَضَاءِ كَمَا يَشَاءُ، وَالۡمَلَائِكَةُ يَجِيئُونَ بَيۡنَ يَدَيۡهِ صُفُوفًا صُفُوفًا).

Ketika menafsirkan firman Allah—‘azza wa jalla—“Tuhanmu datang. Begitu juga malaikat datang dengan berbaris” (QS. Al-Fajr: 22), Ibnu Katsir berkata:

Yakni memutuskan perkara di antara makhluk-Nya. Kejadian ini setelah mereka meminta kepada-Nya dengan perantaraan pemuka seluruh manusia, yaitu Nabi Muhammad—shalawatullahi wa salamuhu ‘alaih—. Setelah mereka meminta para rasul ululazmi, satu demi satu, lalu setiap mereka mengatakan, “Aku tidak bisa membantu kalian.”

Sampai giliran berakhir pada Nabi Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu beliau bersabda, “Akulah yang akan memintakannya. Akulah yang akan memintakannya.”

Beliau beranjak lalu meminta di sisi Allah taala agar memutuskan perkara. Allah mengabulkan permintaan beliau. Inilah syafaat pertama dan inilah makam mahmud sebagaimana telah dijelaskan dalam tafsir surah Al-Isra`. Allah—tabaraka wa ta’ala—datang untuk memutuskan perkara sebagaimana yang Dia kehendaki. Para malaikat pun datang di hadapan-Nya dengan bersaf-saf.

وَيُعۡرَضُ الۡعِبَادُ عَلَى اللهِ فَيُحَاسِبُهُمۡ عَلَى أَعۡمَالِهِمۡ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَعُرِضُوا۟ عَلَىٰ رَبِّكَ صَفًّا لَّقَدۡ جِئۡتُمُونَا كَمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ أَوَّلَ مَرَّةِۭ ۚ﴾،

Para hamba kelak akan dibawa menghadap kepada Allah, lalu Allah akan menghisab mereka sesuai amalan mereka. Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Mereka akan dibawa menghadap kepada Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kalian datang kepada Kami sebagaimana Kami menciptakan kalian pada kali yang pertama.” (QS. Al-Kahf: 48)

وَقَالَ: ﴿وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُعۡرَضُونَ عَلَىٰ رَبِّهِمۡ وَيَقُولُ ٱلۡأَشۡهَٰدُ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَىٰ رَبِّهِمۡ ۚ أَلَا لَعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى ٱلظَّٰلِمِينَ﴾،

Allah berfirman, “Siapa lagi yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah. Mereka itu akan dibawa menghadap kepada Tuhan mereka dan para saksi akan berkata: ‘Merekalah orang-orang yang berdusta terhadap Tuhan mereka.’ Ingatlah! Laknat Allah (ditimpakan) kepada orang-orang zalim.” (QS. Hud: 18).

وَقَالَ: ﴿وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُشۡفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَا ۚ وَوَجَدُوا۟ مَا عَمِلُوا۟ حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا﴾،

Allah berfirman, “Diletakkanlah catatan amal itu, lalu engkau akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan melihat isinya dan mereka berkata, ‘Duhai celaka kami, catatan apa ini?! Catatan ini tidak terlewatkan menulis amalan yang kecil dan yang besar.’ Mereka mendapatkan semua yang mereka amalkan ada di situ. Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun.” (QS. Al-Kahf: 49).

وَقَالَ: ﴿فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ ۝٧ فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا ۝٨ وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا ۝٩ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ ۝١٠ فَسَوۡفَ يَدۡعُوا۟ ثُبُورًا ۝١١ وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا﴾،

Allah berfirman, “Orang yang diberi catatannya dari sebelah kanan, kelak dia akan dihisab dengan mudah dan akan kembali kepada keluarganya dalam keadaan bahagia. Adapun orang yang diberi catatan dari belakang punggungnya, kelak dia akan berseru, ‘Celaka’ dan akan masuk neraka yang apinya menyala.” (QS. Al-Insyiqaq: 7-12).

وَقَالَ: ﴿يَوۡمَئِذٍ تُعۡرَضُونَ لَا تَخۡفَىٰ مِنكُمۡ خَافِيَةٌ ۝١٨ فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُوا۟ كِتَٰبِيَهۡ ۝١٩ إِنِّى ظَنَنتُ أَنِّى مُلَٰقٍ حِسَابِيَهۡ ۝٢٠ فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ ۝٢١ فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ ۝٢٢ قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ ۝٢٣ كُلُوا۟ وَٱشۡرَبُوا۟ هَنِيٓـَٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِى ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ ۝٢٤ وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَٰبَهُۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِى لَمۡ أُوتَ كِتَٰبِيَهۡ ۝٢٥ وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ ۝٢٦ يَٰلَيۡتَهَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ ۝٢٧ مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّى مَالِيَهۡ ۜ ۝٢٨ هَلَكَ عَنِّى سُلۡطَٰنِيَهۡ ۝٢٩ خُذُوهُ فَغُلُّوهُ ۝٣٠ ثُمَّ ٱلۡجَحِيمَ صَلُّوهُ ۝٣١ ثُمَّ فِى سِلۡسِلَةٍ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ ذِرَاعًا فَٱسۡلُكُوهُ﴾،

Allah berfirman, “Pada hari itu kalian akan dibawa menghadap. Tidak ada yang tersembunyi pada diri kalian. Barang siapa diberi catatan dari sebelah kanan, dia akan berkata, ‘Ini silakan baca catatanku. Sesungguhnya aku menyangka akan menjumpai perhitungan.’ Maka dia berada di kehidupan yang nyaman di janah yang tinggi. Buah-buahannya bisa mudah dipetik. Makan dan minumlah dengan tenang karena amalan yang kalian persembahkan di hari-hari yang telah lewat. Adapun yang diberi catatan dari sebelah kiri, dia akan berkata, ‘Duhai, andai aku tidak diberi catatanku ini. Aku tidak tahu bagaimana hisabku nanti. Duhai, andai kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku tidak lagi berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku.’ (Allah berfirman,) Peganglah dan belenggulah! Lalu masukkan dia ke dalam neraka Jahim! Belitlah dengan rantai sepanjang tujuh puluh hasta!” (QS. Al-Haqqah: 18-32).

وَقَالَ: ﴿يَوۡمَئِذٍ يَصۡدُرُ ٱلنَّاسُ أَشۡتَاتًا لِّيُرَوۡا۟ أَعۡمَٰلَهُمۡ ۝٦ فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرًا يَرَهُۥ ۝٧ وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ﴾.

Allah berfirman, “Pada hari itu, manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam agar balasan amalan mereka diperlihatkan kepada mereka. Barang siapa beramal kebaikan seberat zarah, dia akan melihatnya. Barang siapa beramal keburukan seberat zarah, dia pun akan melihatnya.” (QS. Az-Zalzalah: 6-8).

وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَنۡ حُوسِبَ عُذِّبَ، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ: أَوَلَيۡسَ يَقُولُ اللهُ: ﴿فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا﴾، قَالَتۡ: فَقَالَ: إِنَّمَا ذَلِكِ الۡعَرۡضُ، وَلَكِنۡ مَنۡ نُوقِشَ الۡحِسَابُ يَهۡلِكُ) رَوَاهُ الۡبُخَارِيُّ (١٠٣)، وَمُسۡلِمٌ (٢٨٧٦).

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Siapa saja yang dihisab, maka dia akan diazab.”

‘Aisyah berkata: Aku mengatakan, “Bukankah Allah taala mengatakan: Kelak dia akan dihisab dengan hisab yang mudah (QS. Al-Insyiqaq: 8)?”

‘Aisyah berkata: Beliau bersabda, “Hisab yang mudah itu hanyalah diperlihatkan, namun siapa saja yang dihisab dengan teliti, maka dia akan binasa.” (HR. Al-Bukhari nomor 103 dan Muslim nomor 2876).

Shahih Muslim hadis nomor 182

٨١ - بَابُ مَعۡرِفَةِ طَرِيقِ الرُّؤۡيَةِ
81. Bab Pengetahuan Cara Melihat (Allah pada Hari Kiamat)


٢٩٩ – (١٨٢) - حَدَّثَنِي زُهَيۡرُ بۡنُ حَرۡبٍ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ بۡنُ إِبۡرَاهِيمَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ عَطَاءِ بۡنِ يَزِيدَ اللَّيۡثِيِّ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ أَخۡبَرَهُ: أَنَّ نَاسًا قَالُوا لِرَسُولِ اللهِ ﷺ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَرَى رَبَّنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي رُؤۡيَةِ الۡقَمَرِ لَيۡلَةَ الۡبَدۡرِ؟) قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (هَلۡ تُضَارُّونَ فِي الشَّمۡسِ لَيۡسَ دُونَهَا سَحَابٌ؟) قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (فَإِنَّكُمۡ تَرَوۡنَهُ كَذٰلِكَ. يَجۡمَعُ اللهُ النَّاسَ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ. فَيَقُولُ: مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ شَيۡئًا فَلۡيَتَّبِعۡهُ، فَيَتَّبِعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الشَّمۡسَ الشَّمۡسَ، وَيَتَّبِعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الۡقَمَرَ الۡقَمَرَ، وَيَتَّبِعُ مَنۡ كَانَ يَعۡبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ. وَتَبۡقَى هٰذِهِ الۡأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا، فَيَأۡتِيهِمُ اللهُ، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، فِي صُورَةٍ غَيۡرِ صُورَتِهِ الَّتِي يَعۡرِفُونَ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ. فَيَقُولُونَ: نَعُوذُ بِاللهِ مِنۡكَ. هٰذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأۡتِيَنَا رَبُّنَا، فَإِذَا جَاءَ رَبُّنَا عَرَفۡنَاهُ، فَيَأۡتِيهِمُ اللهُ تَعَالَى فِي صُورَتِهِ الَّتِي يَعۡرِفُونَ، فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمۡ، فَيَقُولُونَ: أَنۡتَ رَبُّنَا فَيَتَّبِعُونَهُ.

299. (182). Zuhair bin Harb telah menceritakan kepadaku: Ya’qub bin Ibrahim menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari ‘Atha` bin Yazid Al-Laitsi: Abu Hurairah mengabarkan kepadanya:

Orang-orang bertanya kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Tuhan kita pada hari kiamat?”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—balik bertanya, “Apakah kalian berdesakan ketika melihat bulan malam purnama?”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”

Rasulullah bertanya lagi, “Apakah kalian berdesakan ketika melihat matahari yang tidak ada awan pun di bawahnya?”

Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”

Rasulullah bersabda:

Sesungguhnya kalian akan melihat Allah seperti itu. Allah akan mengumpulkan manusia pada hari kiamat, lalu berkata, “Siapa saja yang dahulu beribadah kepada sesuatu, silakan mengikutinya.”

Orang yang menyembah matahari akan mengikuti matahari. Orang yang menyembah bulan akan mengikuti bulan. Orang yang menyembah para tagut akan mengikuti tagut. Yang tersisa adalah umat ini. Di kalangan mereka ada kaum munafiknya.

Allah—tabaraka wa ta’ala—mendatangi mereka dalam wujud yang tidak mereka kenali, lalu berkata, “Aku adalah Tuhan kalian.”

Mereka berkata, “Kami berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami hingga Tuhan kami mendatangi kami. Apabila Tuhan kami datang, kami akan mengenalinya.”

Allah taala mendatangi mereka dalam wujud yang mereka kenali. Allah mendatangi mereka lalu berkata, “Aku adalah Tuhan kalian.”

Mereka berkata, “Engkau adalah Tuhan kami.” Lalu mereka akan mengikutinya.

وَيُضۡرَبُ الصِّرَاطُ بَيۡنَ ظَهۡرَيۡ جَهَنَّمَ، فَأَكُونُ أَنَا وَأُمَّتِي أَوَّلَ مَنۡ يُجِيزُ، وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوۡمَئِذٍ إِلَّا الرُّسُلُ. وَدَعۡوَى الرُّسُلِ يَوۡمَئِذٍ: اللّٰهُمَّ سَلِّمۡ، سَلِّمۡ. وَفِي جَهَنَّمَ كَلَالِيبُ مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ. هَلۡ رَأَيۡتُمُ السَّعۡدَانَ؟) قَالُوا: نَعَمۡ يَا رَسُولَ اللهِ. قَالَ: (فَإِنَّهَا مِثۡلُ شَوۡكِ السَّعۡدَانِ، غَيۡرَ أَنَّهُ لَا يَعۡلَمُ مَا قَدۡرُ عِظَمِهَا إِلَّا اللهُ، تَخۡطَفُ النَّاسَ بِأَعۡمَالِهِمۡ. فَمِنۡهُمُ الۡمُؤۡمِنُ بَقِيَ بِعَمَلِهِ، وَمِنۡهُمُ الۡمُجَازَى حَتَّى يُنَجَّىٰ.

Sirat dibentangkan di antara dua tepi neraka Jahannam. Aku dan umatku adalah rombongan pertama yang menyeberang. Di hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara kecuali para rasul. Ucapan para rasul pada hari itu adalah, “Allahuma, selamatkanlah! Selamatkanlah!”

Di neraka Jahannam ada besi-besi pengait seperti duri tumbuhan Sa’dan. Apakah kalian sudah melihat tumbuhan Sa’dan?

Para sahabat menjawab, “Iya, wahai Rasulullah”

Rasulullah bersabda:

Pengait itu semisal duri tumbuhan Sa’dan hanya saja tidak ada yang mengetahui ukuran besarnya kecuali Allah. Pengait itu menyambar manusia sesuai amalan-amalan mereka. Di antara mereka ada mukmin yang selamat dengan amalannya dan di antara mereka ada yang dibalas sampai diselamatkan.

حَتَّى إِذَا فَرَغَ اللهُ مِنَ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ الۡعِبَادِ، وَأَرَادَ أَنۡ يُخۡرِجَ بِرَحۡمَتِهِ مَنۡ أَرَادَ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ، أَمَرَ الۡمَلَائِكَةَ أَنۡ يُخۡرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنۡ كَانَ لَا يُشۡرِكُ بِاللهِ شَيۡئًا، مِمَّنۡ أَرَادَ اللهُ تَعَالَى أَنۡ يَرۡحَمَهُ، مِمَّنۡ يَقُولُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ، فَيَعۡرِفُونَهُمۡ فِي النَّارِ، يَعۡرِفُونَهُمۡ بِأَثَرِ السُّجُودِ، تَأۡكُلُ النَّارُ مِنِ ابۡنِ آدَمَ إِلَّا أَثَرَ السُّجُودِ، حَرَّمَ اللهُ عَلَى النَّارِ أَنۡ تَأۡكُلَ أَثَرَ السُّجُودِ، فَيُخۡرَجُونَ مِنَ النَّارِ وَقَدِ امۡتَحَشُوا، فَيُصَبُّ عَلَيۡهِمۡ مَاءُ الۡحَيَاةِ، فَيَنۡبُتُونَ مِنۡهُ كَمَا تَنۡبُتُ الۡحِبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيۡلِ.

Sampai ketika Allah menyudahi penyelesaian perkara antara para hamba dan ingin mengeluarkan orang yang Dia inginkan dari penduduk neraka dengan rahmat-Nya, Allah memerintahkan kepada malaikat agar mengeluarkan siapa saja yang tidak menyekutukan sesuatu pun dengan Allah dari neraka. Yaitu dari orang-orang yang Allah taala hendaki untuk dirahmati, dari orang-orang yang mengucapkan ‘lā ilāha illallāh’.

Para malaikat mengenali mereka di dalam neraka dan mengenali mereka dengan tanda sujud. Api neraka melalap seluruh tubuh bani Adam kecuali bekas sujud. Allah mengharamkan neraka melalap bekas sujud. Mereka keluar dari neraka dalam keadaan terbakar, lalu mereka diguyur dengan air kehidupan, lalu mereka tumbuh sebagaimana tumbuhnya benih rumput di tanah yang dibawa banjir.

ثُمَّ يَفۡرُغُ اللهُ تَعَالَى مِنَ الۡقَضَاءِ بَيۡنَ الۡعِبَادِ، وَيَبۡقَى رَجُلٌ مُقۡبِلٌ بِوَجۡهِهِ عَلَى النَّارِ، وَهُوَ آخِرُ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ دُخُولًا الۡجَنَّةَ. فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، اصۡرِفۡ وَجۡهِي عَنِ النَّارِ، فَإِنَّهُ قَدۡ قَشَبَنِي رِيحُهَا وَأَحۡرَقَنِي ذَكَاؤُهَا، فَيَدۡعُو اللهَ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَدۡعُوَهُ، ثُمَّ يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: هَلۡ عَسَيۡتَ إِنۡ فَعَلۡتُ ذٰلِكَ بِكَ أَنۡ تَسۡأَلَ غَيۡرَهُ؟ فَيَقُولُ: لَا أَسۡأَلُكَ غَيۡرَهُ، وَيُعۡطِي رَبَّهُ مِنۡ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ مَا شَاءَ اللهُ، فَيَصۡرِفُ اللهُ وَجۡهَهُ عَنِ النَّارِ.

Kemudian Allah menyudahi penyelesaian perkara antara para hamba.

Tinggallah seseorang yang menghadapkan wajahnya ke arah neraka. Dia adalah penduduk janah yang terakhir masuk janah. Dia berucap, “Wahai Rabi, palingkanlah wajahku dari neraka. Anginnya menyakitiku hidungku dan jilatan apinya membakarku.”

Dia berdoa kepada Allah dengan doa yang dikehendaki-Nya, kemudian Allah—tabaraka wa ta’ala—berkata, “Bisa jadi jika Aku telah mengabulkan doamu, engkau akan meminta lagi selain itu?”

Orang itu menjawab, “Aku tidak akan lagi meminta-Mu selain itu.”

Orang itu memberikan sumpah dan janji yang Allah kehendaki kepada Allah, lalu Allah memalingkan wajahnya dari neraka,

فَإِذَا أَقۡبَلَ عَلَى الۡجَنَّةِ وَرَآهَا، سَكَتَ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَسۡكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، قَدِّمۡنِي إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ، فَيَقُولُ اللهُ لَهُ: أَلَيۡسَ قَدۡ أَعۡطَيۡتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ لَا تَسۡأَلُنِي غَيۡرَ الَّذِي أَعۡطَيۡتُكَ، وَيۡلَكَ يَا ابۡنَ آدَمَ، مَا أَغۡدَرَكَ، فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، وَيَدۡعُو اللهَ حَتَّىٰ يَقُولَ لَهُ: فَهَلۡ عَسَيۡتَ إِنۡ أَعۡطَيۡتُكَ ذٰلِكَ أَنۡ تَسۡأَلَ غَيۡرَهُ؟ فَيَقُولُ: لَا، وَعِزَّتِكَ. فَيُعطِي رَبَّهُ مَا شَاءَ اللهُ مِنۡ عُهُودٍ وَمَوَاثِيقَ، فَيُقَدِّمُهُ إِلَى بَابِ الۡجَنَّةِ.

Lalu dia menghadap ke arah janah dan melihatnya. Dia terdiam sesuai dengan yang Allah kehendaki, kemudian dia berucap, “Ya Rabi, majukan aku mendekati pintu janah itu.”

Allah berkata kepadanya, “Bukankah engkau sudah bersumpah dan berjanji untuk tidak meminta selain yang telah Aku berikan kepadamu? Celaka engkau wahai anak Adam, alangkah curangnya engkau.”

Dia menjawab, “Ya Rabi, …”

Dia terus berdoa kepada Allah sampai Allah berkata kepadanya, “Apakah jika Aku sudah memberimu permintaanmu itu, bisa jadi engkau akan meminta selain itu?”

Dia menjawab, “Tidak, demi kemuliaan-Mu.”

Dia memberikan sumpah dan janjinya sesuai kehendak Allah, lalu Allah memajukannya mendekati pintu janah.

فَإِذَا قَامَ عَلَى بَابِ الۡجَنَّةِ انۡفَهَقَتۡ لَهُ الۡجَنَّةُ، فَرَأَى مَا فِيهَا مِنَ الۡخَيۡرِ وَالسُّرُورِ، فَيَسۡكُتُ مَا شَاءَ اللهُ أَنۡ يَسۡكُتَ، ثُمَّ يَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، أَدۡخِلۡنِي الۡجَنَّةَ. فَيَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ: أَلَيۡسَ قَدۡ أَعۡطَيۡتَ عُهُودَكَ وَمَوَاثِيقَكَ أَنۡ لَا تَسۡأَلَ غَيۡرَ مَا أُعۡطِيتَ، وَيۡلَكَ يَا ابۡنَ آدَمَ، مَا أَغۡدَرَكَ، فَيَقُولُ: أَيۡ رَبِّ، لَا أَكُونُ أَشۡقَىٰ خَلۡقِكَ، فَلَا يَزَالُ يَدۡعُو اللهَ حَتَّى يَضۡحَكَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مِنۡهُ. فَإِذَا ضَحِكَ اللهُ مِنۡهُ، قَالَ: ادۡخُلِ الۡجَنَّةَ، فَإِذَا دَخَلَهَا قَالَ اللهُ لَهُ: تَمَنَّهۡ، فَيَسۡأَلُ رَبَّهُ وَيَتَمَنَّىٰ، حَتَّىٰ إِنَّ اللهَ لَيُذَكِّرُهُ مِنۡ كَذَا وَكَذَا، حَتَّى إِذَا انۡقَطَعَتۡ بِهِ الۡأَمَانِيُّ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: ذٰلِكَ لَكَ وَمِثۡلُهُ مَعَهُ).

Ketika dia sudah berdiri di depan pintu janah, janah terlihat olehnya sehingga dia bisa melihat isi janah berupa kebaikan dan kesenangan. Dia terdiam sesuai kehendak Allah kemudian dia berkata, “Ya Rabi, masukkan aku ke dalam janah.”

Allah—tabaraka wa ta’ala—berkata kepadanya, “Bukankah engkau telah memberi sumpah dan janji untuk tidak meminta selain yang telah diberikan kepadamu. Celaka engkau wahai anak Adam, alangkah curangnya engkau.”

Dia berkata, “Wahai Rabi, aku tidak mau menjadi makhluk-Mu yang paling sengsara.”

Dia terus-menerus berdoa sampai Allah—tabaraka wa ta’ala—tertawa karenanya. Sesudah Allah tertawa, Allah berkata, “Masuklah ke janah!”

Ketika dia sudah memasuki janah, Allah berkata kepadanya, “Berangan-anganlah!”

Orang itu pun meminta kepada Tuhannya dan berangan-angan sampai-sampai Allah mengingatkan ini dan itu. Ketika angan-angannya sudah mencapai batas akhirnya, Allah taala berkata, “Engkau mendapatkan angan-anganmu itu beserta yang semisalnya.”

قَالَ عَطَاءُ بۡنُ يَزِيدَ: وَأَبُو سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيُّ مَعَ أَبِي هُرَيۡرَةَ لَا يَرُدُّ عَلَيۡهِ مِنۡ حَدِيثِهِ شَيۡئًا، حَتَّى إِذَا حَدَّثَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: أَنَّ اللهَ قَالَ لِذٰلِكَ الرَّجُلِ: (وَمِثۡلُهُ مَعَهُ). قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: وَعَشَرَةُ أَمۡثَالِهِ مَعَهُ يَا أَبَا هُرَيۡرَةَ. قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: مَا حَفِظۡتُ إِلَّا قَوۡلَهُ: (ذٰلِكَ لَكَ وَمِثۡلُهُ مَعَهُ). قَالَ أَبُو سَعِيدٍ: أَشۡهَدُ أَنِّي حَفِظۡتُ مِنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ قَوۡلَهُ: (ذٰلِكَ لَكَ وَعَشَرَةُ أَمۡثَالِهِ).

‘Atha` bin Yazid berkata: Ketika itu Abu Sa’id Al-Khudri bersama Abu Hurairah. Beliau tidak membantah sedikit saja dari hadisnya sampai ketika Abu Hurairah menceritakan: Sesungguhnya Allah berkata kepada lelaki itu, “dan ditambah semisal itu,” Abu Sa’id berkata, “Dan ditambah sepuluh kali lipatnya, wahai Abu Hurairah.”

Abu Hurairah berkata, “Yang kuhafalkan hanyalah ucapan beliau, ‘Itu untukmu ditambah semisal itu lagi.’”

Abu Sa’id berkata, “Aku bersaksi bahwa aku menghafal dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ucapan beliau, ‘Itu untukmu ditambah sepuluh kali lipatnya.’”

قَالَ أَبُو هُرَيۡرَةَ: وَذٰلِكَ الرَّجُلُ آخِرُ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ دُخُولًا الۡجَنَّةَ.


Abu Hurairah mengatakan: Lelaki itu adalah penduduk janah yang terakhir masuk janah.

٣٠٠ – (...) - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ الدَّارِمِيُّ: أَخۡبَرَنَا أَبُو الۡيَمَانِ: أَخۡبَرَنَا شُعَيۡبٌ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ قَالَ: أَخۡبَرَنِي سَعِيدُ بۡنُ الۡمُسَيَّبِ وَعَطَاءُ بۡنُ يَزِيدَ اللَّيۡثِيُّ: أَنَّ أَبَا هُرَيۡرَةَ أَخۡبَرَهُمَا: أَنَّ النَّاسَ قَالُوا لِلنَّبِيِّ ﷺ: يَا رَسُولَ اللهِ، هَلۡ نَرَى رَبَّنَا يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ؟... وَسَاقَ الۡحَدِيثَ بِمِثۡلِ مَعۡنَىٰ حَدِيثِ إِبۡرَاهِيمَ بۡنِ سَعۡدٍ.


300. ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Ad-Darimi telah menceritakan kepada kami: Abu Al-Yaman mengabarkan kepada kami: Syu'aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri. Beliau berkata: Sa’id bin Al-Musayyab dan ‘Atha` bin Yazid Al-Laitsi mengabarkan kepadaku: Abu Hurairah mengabarkan kepada mereka berdua: Orang-orang bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan melihat Tuhan kita pada hari kiamat?”

Beliau menuturkan hadis semakna hadis Ibrahim bin Sa’d.

٣٠١ - (...) - وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ رَافِعٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الرَّزَّاقِ: أَخۡبَرَنَا مَعۡمَرٌ، عَنۡ هَمَّامِ بۡنِ مُنَبِّهٍ؛ قَالَ: هٰذَا مَا حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيۡرَةَ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ، فَذَكَرَ أَحَادِيثَ مِنۡهَا: وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إِنَّ أَدۡنَىٰ مَقۡعَدِ أَحَدِكُمۡ مِنَ الۡجَنَّةِ أَنۡ يَقُولَ لَهُ: تَمَنَّ، فَيَتَمَنَّىٰ وَيَتَمَنَّىٰ، فَيَقُولُ لَهُ: هَلۡ تَمَنَّيۡتَ؟ فَيَقُولُ: نَعَمۡ. فَيَقُولُ لَهُ: فَإِنَّ لَكَ مَا تَمَنَّيۡتَ وَمِثۡلَهُ مَعَهُ).

301. Muhammad bin Rafi’ telah menceritakan kepada kami: ‘Abdurrazzaq menceritakan kepada kami: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Hammam bin Munabbih. Beliau berkata: Ini adalah hadis yang Abu Hurairah ceritakan kepada kami dari Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau menyebutkan beberapa hadis, di antaranya:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda:

Sesungguhnya tempat tinggal terendah salah seorang kalian di janah adalah suatu tempat yang Allah berkata kepadanya, “Berangan-anganlah!”

Lalu dia berangan-angan dan berangan-angan. Allah berkata kepadanya, “Apa engkau sudah selesai berangan-angan?”

Dia berkata, “Iya.”

Allah berkata kepadanya, “Sesungguhnya untukmu apa saja yang telah engkau angankan dan ditambah semisal itu.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6035 dan 6036

٦٠٣٥ - حَدَّثَنَا عُمَرُ بۡنُ حَفۡصٍ: حَدَّثَنَا أَبِي: حَدَّثَنَا الۡأَعۡمَشُ قَالَ: حَدَّثَنِي شَقِيقٌ، عَنۡ مَسۡرُوقٍ قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا مَعَ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرٍو يُحَدِّثُنَا، إِذۡ قَالَ: لَمۡ يَكُنۡ رَسُولُ اللهِ ﷺ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا، وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ: (إِنَّ خِيَارَكُمۡ أَحَاسِنُكُمۡ أَخۡلَاقًا). [طرفه في: ٣٥٥٩].

6035. ‘Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami: Ayahku menceritakan kepada kami: Al-A’masy menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Syaqiq menceritakan kepadaku dari Masruq. Beliau berkata: Kami pernah duduk bersama ‘Abdullah bin ‘Amr yang bercerita kepada kami. Beliau berkata: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bukanlah orang yang bertabiat dan berbuat keji. Sungguh beliau pernah berkata, “Sesungguhnya orang terbaik kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.”

٦٠٣٦ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ قَالَ: جَاءَتِ امۡرَأَةٌ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ بِبُرۡدَةٍ، فَقَالَ سَهۡلٌ لِلۡقَوۡمِ: أَتَدۡرُونَ مَا الۡبُرۡدَةُ؟ فَقَالَ الۡقَوۡمُ: هِيَ شَمۡلَةٌ، فَقَالَ سَهۡلٌ: هِيَ شَمۡلَةٌ مَنۡسُوجَةٌ فِيهَا حَاشِيَتُهَا، فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَكۡسُوكَ هٰذِهِ، فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ ﷺ مُحۡتَاجًا إِلَيۡهَا فَلَبِسَهَا، فَرَآهَا عَلَيۡهِ رَجُلٌ مِنَ الصَّحَابَةِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا أَحۡسَنَ هٰذِهِ، فَاكۡسُنِيهَا، فَقَالَ: (نَعَمۡ). فَلَمَّا قَامَ النَّبِيُّ ﷺ لَامَهُ أَصۡحَابُهُ، قَالُوا: مَا أَحۡسَنۡتَ حِينَ رَأَيۡتَ النَّبِيَّ ﷺ أَخَذَهَا مُحۡتَاجًا إِلَيۡهَا، ثُمَّ سَأَلۡتَهُ إِيَّاهَا، وَقَدۡ عَرَفۡتَ أَنَّهُ لَا يُسۡأَلُ شَيۡئًا فَيَمۡنَعَهُ، فَقَالَ: رَجَوۡتُ بَرَكَتَهَا حِينَ لَبِسَهَا النَّبِيُّ ﷺ، لَعَلِّي أُكَفَّنُ فِيهَا. [طرفه في: ١٢٧٧].

6036. Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Abu Ghassan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Hazim menceritakan kepadaku dari Sahl bin Sa’d. Beliau berkata:

Seorang wanita datang kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membawa burdah.

Sahl berkata kepada orang-orang, “Apakah kalian tahu apa burdah itu?”

Orang-orang menjawab, “Selembar mantel.”

Sahl berkata, “Burdah adalah mantel yang ditenun yang memiliki keliman.”

Wanita itu berkata, “Wahai Rasulullah, aku berikan pakaian ini untuk Anda.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengambilnya karena memang membutuhkannya. Lalu beliau memakainya. Salah seorang sahabat melihat pakaian itu sedang dipakai oleh beliau, lalu dia berkata, “Wahai Rasulullah, alangkah bagusnya pakaian ini. Berikanlah pakaian ini kepadaku!”

Nabi berkata, “Ya.”

Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah bangkit pergi, teman-temannya mencela orang tersebut. Mereka berkata, “Kamu tidak baik ketika kamu melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—mengambil pakaian itu karena membutuhkannya, kemudian engkau malah meminta pakaian itu pada beliau. Padahal kamu tahu kalau beliau dimintai sesuatu, beliau pasti memberikannya.”

Orang itu berkata, “Aku mengharap keberkahan pakaian itu karena Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah memakainya. Semoga saja aku dikafani dengan pakaian itu.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6033 dan 6034

٣٩ - بَابُ حُسۡنِ الۡخُلُقِ وَالسَّخَاءِ، وَمَا يُكۡرَهُ مِنَ الۡبُخۡلِ
39. Bab Baiknya Akhlak dan Kedermawanan, Serta Sifat Bakhil yang Dibenci


وَقَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ أَجۡوَدَ النَّاسِ، وَأَجۡوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ.

Ibnu ‘Abbas berkata, “Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—merupakan orang yang paling dermawan dan beliau paling dermawan di bulan Ramadan.”

وَقَالَ أَبُو ذَرٍّ، لَمَّا بَلَغَهُ مَبۡعَثُ النَّبِيِّ ﷺ، قَالَ لِأَخِيهِ: ارۡكَبۡ إِلَى هٰذَا الۡوَادِي فَاسۡمَعۡ مِنۡ قَوۡلِهِ، فَرَجَعَ فَقَالَ: رَأَيۡتُهُ يَأۡمُرُ بِمَكَارِمِ الۡأَخۡلَاقِ.

Ketika kabar diutusnya Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sampai kepada Abu Dzarr, beliau berkata kepada saudaranya, “Berangkatlah ke lembah (Makkah) ini lalu dengarkan ucapannya!”

Setelah pulang, saudara Abu Dzarr berkata, “Aku melihatnya memerintahkan untuk berakhlak mulia.”

٦٠٣٣ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عَوۡنٍ: حَدَّثَنَا حَمَّادٌ - هُوَ ابۡنُ زَيۡدٍ - عَنۡ ثَابِتٍ، عَنۡ أَنَسٍ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ أَحۡسَنَ النَّاسِ، وَأَجۡوَدَ النَّاسِ، وَأَشۡجَعَ النَّاسِ، وَلَقَدۡ فَزِعَ أَهۡلُ الۡمَدِينَةِ ذَاتَ لَيۡلَةٍ، فَانۡطَلَقَ النَّاسُ قِبَلَ الصَّوۡتِ، فَاسۡتَقۡبَلَهُمُ النَّبِيُّ ﷺ قَدۡ سَبَقَ النَّاسَ إِلَى الصَّوۡتِ، وَهُوَ يَقُولُ: (لَنۡ تُرَاعُوا، لَنۡ تُرَاعُوا). وَهُوَ عَلَى فَرَسٍ لِأَبِي طَلۡحَةَ عُرۡيٍ مَا عَلَيۡهِ سَرۡجٌ، فِي عُنُقِهِ سَيۡفٌ، فَقَالَ: (لَقَدۡ وَجَدۡتُهُ بَحۡرًا، أَوۡ: إِنَّهُ لَبَحۡرٌ). [طرفه في: ٢٦٢٧].

6033. ‘Amr bin ‘Aun telah menceritakan kepada kami: Hammad bin Zaid menceritakan kepada kami dari Tsabit, dari Anas. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—adalah seseorang yang paling baik, paling dermawan, dan paling pemberani. Suatu malam, penduduk Madinah ketakutan. Beberapa orang pergi menuju ke arah suara. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menghampiri mereka. Beliau sudah mendahului orang-orang itu ke tempat sumber suara. Beliau berkata, “Kalian tidak usah takut! Kalian tidak usah takut!”

Beliau menaiki seekor kuda tak berpelana milik Abu Thalhah dalam keadaan menyandang sebilah pedang. Kemudian beliau berkata, “Aku mendapatkan kuda ini kuat larinya.”

٦٠٣٤ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ كَثِيرٍ، أَخۡبَرَنَا سُفۡيَانُ، عَنِ ابۡنِ الۡمُنۡكَدِرِ، قَالَ سَمِعۡتُ جَابِرًا ـ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ ـ يَقُولُ مَا سُئِلَ النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ شَىۡءٍ قَطُّ فَقَالَ لَا‏.‏

6034. Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Ibnu Al-Munkadir. Beliau berkata: Aku mendengar Jabir—radhiyallahu ‘anhu—mengatakan: Tidak pernah Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dimintai sesuatu, lalu beliau berkata, “Tidak.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6031 dan 6032

٦٠٣١ - حَدَّثَنَا أَصۡبَغُ قَالَ: أَخۡبَرَنِي ابۡنُ وَهۡبٍ: أَخۡبَرَنَا أَبُو يَحۡيَى، هُوَ فُلَيۡحُ بۡنُ سُلَيۡمَانَ، عَنۡ هِلَالِ بۡنِ أُسَامَةَ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَمۡ يَكُنِ النَّبِيُّ ﷺ سَبَّابًا، وَلَا فَحَّاشًا، وَلَا لَعَّانًا، كَانَ يَقُولُ لِأَحَدِنَا عِنۡدَ الۡمَعۡتَبَةِ: (مَا لَهُ تَرِبَ جَبِينُهُ). [الحديث ٦٠٣١ - طرفه في: ٦٠٤٦].

6031. Ashbagh telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepadaku: Abu Yahya Fulaih bin Sulaiman mengabarkan kepada kami dari Hilal bin Usamah, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bukanlah orang yang suka mencela, berkata keji, atau melaknat. Dahulu beliau mengatakan kepada salah seorang kami ketika menegur, “Ada apa dengannya? Semoga pelipisnya terkena tanah.”

٦٠٣٢ - حَدَّثَنَا عَمۡرُو بۡنُ عِيسَى: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سَوَاءٍ: حَدَّثَنَا رَوۡحُ بۡنُ الۡقَاسِمِ، عَنۡ مُحَمَّدِ بۡنِ الۡمُنۡكَدِرِ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ: أَنَّ رَجُلًا اسۡتَأۡذَنَ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ، فَلَمَّا رَآهُ قَالَ: (بِئۡسَ أَخُو الۡعَشِيرَةِ، وَبِئۡسَ ابۡنُ الۡعَشِيرَةِ). فَلَمَّا جَلَسَ تَطَلَّقَ النَّبِيُّ ﷺ فِي وَجۡهِهِ وَانۡبَسَطَ إِلَيۡهِ، فَلَمَّا انۡطَلَقَ الرَّجُلُ قَالَتۡ لَهُ عَائِشَةُ: يَا رَسُولَ اللهِ، حِينَ رَأَيۡتَ الرَّجُلَ قُلۡتَ لَهُ كَذَا وَكَذَا، ثُمَّ تَطَلَّقۡتَ فِي وَجۡهِهِ وَانۡبَسَطۡتَ إِلَيۡهِ؟! فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (يَا عَائِشَةُ، مَتَى عَهِدۡتِنِي فَحَّاشًا، إِنَّ شَرَّ النَّاسِ عِنۡدَ اللهِ مَنۡزِلَةً يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ مَنۡ تَرَكَهُ النَّاسُ اتِّقَاءَ شَرِّهِ). [الحديث ٦٠٣٢ - طرفاه في: ٦٠٥٤، ٦١٣١].

6032. ‘Amr bin ‘Isa telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Sawa` menceritakan kepada kami: Rauh bin Al-Qasim menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Al-Munkadir, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah:

Seorang lelaki minta izin masuk menemui Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Ketika melihatnya, beliau berkata (kepada ‘Aisyah), “Dia ini sejelek-jelek saudara dari kabilahnya dan sejelek-jelek putra kabilah.”

Kemudian orang itu duduk, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bermuka manis dan bersikap baik kepadanya. Ketika orang itu telah pergi, ‘Aisyah berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, ketika engkau melihat orang itu, engkau berkata begini dan begitu. Namun mengapa kemudian engkau bermuka manis dan bersikap baik kepadanya?!”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Wahai ‘Aisyah, kapan engkau pernah menyaksikan aku suka berbicara keji? Sesungguhnya seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan oleh orang lain karena takut dari keburukannya.”