Cari Blog Ini

'Umdatul Ahkam - Kitab Saum - Bab puasa ketika safar dan selainnya

٣٣ - بَابُ الصَّوۡمِ فِي السَّفَرِ وَغَيۡرِهِ 
33. Bab puasa ketika safar dan selainnya 


١٩١ - عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، أَنَّ حَمۡزَةَ بۡنَ عَمۡرٍو الۡأَسۡلَمِيَّ قَالَ لِلنَّبِيِّ ﷺ: أَصُومُ فِي السَّفَرِ؟ - وَكَانَ كَثِيرَ الصِّيَامِ - قَالَ: (إنۡ شِئۡتَ فَصُمۡ، وَإِنۡ شِئۡتَ فَأَفۡطِرۡ). 

191. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Hamzah bin ‘Amr Al-Aslami bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah aku boleh berpuasa ketika safar?” Beliau memang sering berpuasa. Nabi bersabda, “Jika engkau mau, berpuasalah. Dan jika engkau mau, maka tidak usah berpuasa.”[1]

١٩٢ - عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: (كُنَّا نُسَافِرُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ، فَلَمۡ يَعِبِ الصَّائِمُ عَلَى الۡمُفۡطِرِ، وَلَا الۡمُفۡطِرُ عَلَى الصَّائِمِ). 

192. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Dahulu, kami safar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang yang berpuasa tidak mencela orang yang tidak berpuasa. Orang yang tidak berpuasa tidak mencela orang yang berpuasa.”[2]

١٩٣ - عَنۡ أَبِي الدَّرۡدَاءِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: (خَرَجۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي شَهۡرِ رَمَضَانَ، فِي حَرٍّ شَدِيدٍ، حَتَّى إنۡ كَانَ أَحَدُنَا لَيَضَعُ يَدَهُ عَلَى رَأۡسِهِ مِنۡ شِدَّةِ الۡحَرِّ، وَمَا فِينَا صَائِمٌ إلَّا رَسُولُ اللهِ ﷺ، وَعَبۡدُ اللهِ بۡنُ رَوَاحَةَ). 

193. Dari Abu Ad-Darda` radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Kami keluar bepergian bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadan di hari yang panas terik. Sampai-sampai ketika itu ada salah seorang di antara kami yang meletakkan tangan di atas kepalanya saking panasnya. Tidak ada yang berpuasa di antara kami kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ‘Abdullah bin Rawahah.”[3]

١٩٤ - عَنۡ جَابِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ فِي سَفَرٍ، فَرَأَى زِحَامًا وَرَجُلًا قَدۡ ظُلِّلَ عَلَيۡهِ، فَقَالَ: (مَا هَٰذَا؟) قَالُوا: صَائِمٌ، قَالَ: (لَيۡسَ مِنۡ الۡبِرِّ الصِّيَامُ فِي السَّفَرِ). وَفِي لَفۡظٍ لِمُسۡلِمٍ: (عَلَيۡكُمۡ بِرُخۡصَةِ اللهِ الَّتِي رَخَّصَ لَكُمۡ). 

194. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ketika safar, melihat kerumunan dan seorang pria yang diberi naungan. Beliau bertanya, “Ada apa ini?” Orang-orang menjawab, “Dia berpuasa.” Rasulullah bersabda, “Berpuasa ketika safar tidaklah termasuk kebajikan.”[4] Di dalam redaksi Imam Muslim, “Seharusnya kalian menerima rukhsah yang telah Allah berikan kepada kalian.”[5]

١٩٥ - عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي سَفَرٍ، فَمِنَّا الصَّائِمُ، وَمِنَّا الۡمُفۡطِرُ، قَالَ: فَنَزَلۡنَا مَنۡزِلًا فِي يَوۡمٍ حَارٍّ، وَأَكۡثَرُنَا ظِلًّا صَاحِبُ الۡكِسَاءِ، فَمِنَّا مَنۡ يَتَّقِي الشَّمۡسَ بِيَدِهِ، قَالَ: فَسَقَطَ الصُّوَّامُ، وَقَامَ الۡمُفۡطِرُونَ فَضَرَبُوا الۡأَبۡنِيَةَ، وَسَقَوُا الرِّكَابَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (ذَهَبَ الۡمُفۡطِرُونَ الۡيَوۡمَ بِالۡأَجۡرِ). 

195. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu safar. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada yang tidak. Anas mengatakan: Kami singgah di suatu tempat di hari yang panas. Orang yang paling banyak naungannya adalah orang yang memiliki kain. Di antara kami ada yang menghalangi terik matahari menggunakan tangannya. Anas berkata: Orang-orang yang berpuasa tergeletak, sedangkan orang-orang yang tidak berpuasa tetap tegar, mereka membuat kemah-kemah dan memberi minum hewan-hewan tunggangan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang yang tidak berpuasa telah pergi membawa pahala.”[6]

١٩٦ - عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: (كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوۡمُ مِنۡ رَمَضَانَ، فَمَا أَسۡتَطِيعُ أَنۡ أَقۡضِيَ إِلَّا فِي شَعۡبَانَ). 

196. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan, “Dahulu aku memiliki tanggungan sebagian puasa Ramadan. Aku tidak mampu mengada kecuali di bulan Syakban.”[7]

١٩٧ - عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (مَنۡ مَاتَ وَعَلَيۡهِ صِيَامٌ، صَامَ عَنۡهُ وَلِيُّهُ). 

وَأَخۡرَجَهُ أَبُو دَاوُدَ وَقَالَ: (هَٰذَا فِي النَّذۡرِ خَاصَّةً، وَهُوَ قَوۡلُ أَحۡمَدَ بۡنِ حَنۡبَلٍ رَحِمَهُ اللهُ). 

197. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang meninggal dalam keadaan memiliki tanggungan puasa, maka walinya berpuasa atas namanya.”[8]

Abu Dawud juga mengeluarkan riwayat tersebut dan beliau berkata: Ini khusus untuk puasa nazar dan ini adalah pendapat Ahmad bin Hanbal rahimahullah

١٩٨ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إنَّ أُمِّي مَاتَتۡ وَعَلَيۡهَا صَوۡمُ شَهۡرٍ، أَفَأَقۡضِيهِ عَنۡهَا؟ فَقَالَ: (لَوۡ كَانَ عَلَى أُمِّكَ دَيۡنٌ، أَكُنۡتَ قَاضِيَهُ عَنۡهَا؟) قَالَ: نَعَمۡ، قَالَ: (فَدَيۡنُ اللهِ أَحَقُّ أَنۡ يُقۡضَى). 

198. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan: Ada seseorang datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku meninggal dalam keadaan memiliki tanggungan puasa satu bulan. Apakah aku mengada puasa atas namanya?” Nabi bersabda, “Andai ibumu memiliki utang, apakah engkau akan melunasi hutangnya?” Orang tadi menjawab, “Iya.” Nabi bersabda, “Utang kepada Allah lebih pantas untuk ditunaikan.”[9]

وَفِي رِوَايَةٍ: جَاءَتِ امۡرَأَةٌ إلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، إنَّ أُمِّي مَاتَتۡ، وَعَلَيۡهَا صَوۡمُ نَذۡرٍ، أَفَأَصُومُ عَنۡهَا؟ قَالَ: (أَفَرَأَيۡتِ لَوۡ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيۡنٌ فَقَضَيۡتِيهِ، أَكَانَ يُؤَدِّي ذٰلِكَ عَنۡهَا)؟ قَالَتۡ: نَعَمۡ. قَالَ: (فَصُومِي عَنۡ أُمِّكِ). 

Di dalam riwayat lain: Ada seorang wanita datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku meninggal dalam keadaan memiliki tanggungan puasa nazar. Apakah aku berpuasa atas namanya?” Nabi menjawab, “Apa pendapatmu, andai ibumu memiliki utang lalu engkau lunasi. Apakah hal itu sudah menunaikan tanggungannya?” Wanita tadi menjawab, “Iya.” Nabi bersabda, “Berpuasalah atas nama ibumu.”[10]

١٩٩ - عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيۡرٍ مَا عَجَّلُوا الۡفِطۡرَ، وَأَخَّرُوا السَّحُورَ). 

199. Dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang-orang akan senantiasa baik selama mereka menyegerakan berbuka[11] dan mengakhirkan makan sahur.” 

٢٠٠ - عَنۡ عُمَرَ بۡنِ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (إذَا أَقۡبَلَ اللَّيۡلُ مِنۡ هَاهُنَا، وَأَدۡبَرَ النَّهَارُ مِنۡ هَاهُنَا، وَغَرَبَتِ الشَّمۡسُ فَقَدۡ أَفۡطَرَ الصَّائِمُ). 

200. Dari ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila malam telah datang dari sini (timur), siang telah pergi dari sini (barat), dan matahari telah tenggelam, maka orang-orang yang berpuasa telah selesai berpuasa.”[12]

٢٠١ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: نَهَى رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنِ الۡوِصَالِ. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، إنَّكَ تُوَاصِلُ؟ قَالَ: (إنِّي لَسۡتُ كَهَيۡئَتِكُمۡ، إنِّي أُطۡعَمُ وَأُسۡقَى). 

وَرَوَاهُ أَبُو هُرَيۡرَةَ، وَعَائِشَةُ، وَأَنَسُ بۡنُ مَالِكٍ، رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ. 

201. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang dari puasa wishal (menyambung puasa). Mereka berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau menyambung puasa. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku tidak seperti keadaan kalian. Sesungguhnya aku diberi makan dan diberi minum.”[13]

Abu Hurairah, ‘Aisyah, dan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhum juga meriwayatkannya. 

٢٠٢ – وَلِمُسۡلِمٍ: عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: (فَأَيُّكُمۡ أَرَادَ أَنۡ يُوَاصِلَ، فَلۡيُوَاصِلۡ إلَى السَّحَرِ). 

202. Dalam riwayat Muslim: Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, “Siapa saja di antara kalian yang ingin menyambung puasa, maka sambunglah sampai waktu sahur.”[14]