Cari Blog Ini

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6436 dan 6437

٦٤٣٦ - حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ، عَنِ ابۡنِ جُرَيۡجٍ، عَنۡ عَطَاءٍ قَالَ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: سَمِعۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ: (لَوۡ كَانَ لِابۡنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنۡ مَالٍ لَابۡتَغَى ثَالِثًا، وَلَا يَمۡلَأُ جَوۡفَ ابۡنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنۡ تَابَ). [الحديث ٦٤٣٦ - طرفه في: ٦٤٣٧].

6436. Abu ‘Ashim telah menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari ‘Atha`. Beliau berkata: Aku mendengar Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—mengatakan: Aku mendengar Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Andai manusia memiliki dua lembah harta, niscaya dia akan mencari yang ketiga. Tidak ada yang bisa memenuhi rongga tubuh manusia kecuali tanah dan Allah menerima tobat siapa saja yang bertobat.”

٦٤٣٧ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدٌ: أَخۡبَرَنَا مَخۡلَدٌ: أَخۡبَرَنَا ابۡنُ جُرَيۡجٍ قَالَ: سَمِعۡتُ عَطَاءً يَقُولُ: سَمِعۡتُ ابۡنَ عَبَّاسٍ يَقُولُ: سَمِعۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ: (لَوۡ أَنَّ لِابۡنِ آدَمَ مِثۡلَ وَادٍ مَالًا، لَأَحَبَّ أَنَّ لَهُ إِلَيۡهِ مِثۡلَهُ، وَلَا يَمۡلَأُ عَيۡنَ ابۡنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللهُ عَلَى مَنۡ تَابَ). قَالَ ابۡنُ عَبَّاسٍ: فَلَا أَدۡرِي مِنَ الۡقُرۡآنِ هُوَ أَمۡ لَا. قَالَ: وَسَمِعۡتُ ابۡنَ الزُّبَيۡرِ يَقُولُ ذٰلِكَ عَلَى الۡمِنۡبَرِ. [طرفه في: ٦٤٣٦].

6437. Muhammad telah menceritakan kepadaku: Makhlad mengabarkan kepada kami: Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar ‘Atha` berkata: Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berkata: Aku mendengar Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Andai manusia memiliki satu lembah harta, pasti dia suka untuk memiliki semisal itu lagi. Tidak ada yang bisa memuaskan keinginan manusia kecuali tanah dan Allah menerima tobat orang yang bertobat.”

Ibnu ‘Abbas mengatakan: Aku tidak tahu apakah riwayat tersebut termasuk Alquran atau tidak.

‘Atha` berkata: Aku juga mendengar Ibnu Az-Zubair mengatakan ucapan tersebut di atas mimbar.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6493

٣٣ - بَابٌ الۡأَعۡمَالُ بِالۡخَوَاتِيمِ، وَمَا يُخَافُ مِنۡهَا
33. Bab amalan tergantung amalan terakhir dan hal yang dikhawatirkan darinya


٦٤٩٣ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَيَّاشٍ: حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ السَّاعِدِيِّ قَالَ: نَظَرَ النَّبِيُّ ﷺ إِلَى رَجُلٍ يُقَاتِلُ الۡمُشۡرِكِينَ، وَكَانَ مِنۡ أَعۡظَمِ الۡمُسۡلِمِينَ غَنَاءً عَنۡهُمۡ، فَقَالَ: (مَنۡ أَحَبَّ أَنۡ يَنۡظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ فَلۡيَنۡظُرۡ إِلَى هٰذَا). فَتَبِعَهُ رَجُلٌ، فَلَمۡ يَزَلۡ عَلَى ذٰلِكَ حَتَّى جُرِحَ، فَاسۡتَعۡجَلَ الۡمَوۡتَ، فَقَالَ بِذُبَابَةِ سَيۡفِهِ فَوَضَعَهُ بَيۡنَ ثَدۡيَيۡهِ، فَتَحَامَلَ عَلَيۡهِ حَتَّى خَرَجَ مِنۡ بَيۡنِ كَتِفَيۡهِ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (إِنَّ الۡعَبۡدَ لَيَعۡمَلُ، فِيمَا يَرَى النَّاسُ، عَمَلَ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ وَإِنَّهُ لَمِنۡ أَهۡلِ النَّارِ، وَيَعۡمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ، عَمَلَ أَهۡلِ النَّارِ وَهُوَ مِنۡ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ، وَإِنَّمَا الۡأَعۡمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا). [طرفه في: ٢٨٩٨].

6493. ‘Ali bin ‘Ayyasy telah menceritakan kepada kami: Abu Ghassan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Hazim menceritakan kepadaku dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melihat seseorang yang sedang memerangi pasukan musyrikin dan orang tersebut termasuk pasukan muslimin yang paling berjasa, namun Nabi bersabda, “Barang siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, lihatlah orang ini.”

Lalu ada seorang sahabat Nabi yang mengikutinya. Orang tadi terus saja berperang sampai terluka. Tetapi dia tidak sabar ingin segera mati. Dia meletakkan ujung bilah pedangnya di antara kedua dadanya lalu menjatuhkan tubuhnya hingga pedang tembus dari antara kedua bahunya.

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang beramal, dalam pandangan manusia, dengan amalan penduduk janah, padahal dia termasuk penghuni neraka. Ada pula yang beramal, dalam pandangan manusia, dengan amalan penduduk neraka, padahal dia termasuk penduduk janah. Hanyalah amalan tergantung dengan amalan terakhir.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1116

١٨ - بَابُ صَلَاةِ الۡقَاعِدِ بِالۡإِيمَاءِ
18. Bab salat orang yang duduk dengan isyarat


١١١٦ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا حُسَيۡنٌ الۡمُعَلِّمُ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ بُرَيۡدَةَ: أَنَّ عِمۡرَانَ بۡنَ حُصَيۡنٍ، وَكَانَ رَجُلًا مَبۡسُورًا، وَقَالَ أَبُو مَعۡمَرٍ مَرَّةً عَنۡ عِمۡرَانَ، قَالَ: سَأَلۡتُ النَّبِيَّ ﷺ عَنۡ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَهُوَ قَاعِدٌ، فَقَالَ: (مَنۡ صَلَّى قَائِمًا فَهۡوَ أَفۡضَلُ، وَمَنۡ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصۡفُ أَجۡرِ الۡقَائِمِ، وَمَنۡ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصۡفُ أَجۡرِ الۡقَاعِدِ). قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: نَائِمًا عِنۡدِي مُضۡطَجِعًا هَا هُنَا. [طرفه في: ١١١٥].

1116. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Husain Al-Mu’allim menceritakan kepada kami dari ‘Abdullah bin Buraidah: ‘Imran bin Hushain—dahulu beliau pernah sakit wasir dan Abu Ma’mar suatu kali berkata: Dari ‘Imran—, beliau mengatakan:

Aku bertanya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang salat seseorang dalam keadaan duduk, lantas beliau bersabda, “Siapa saja yang salat dengan berdiri, itulah yang paling afdal. Siapa saja yang salat dengan duduk, baginya separuh pahala salat orang yang berdiri. Siapa saja yang salat dengan posisi tidur, baginya separuh pahala salat orang yang duduk.”

Abu ‘Abdullah berkata: Menurutku naa`iman (tidur) di sini bermakna mudhthaji'an (berbaring).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3373

١٣ – بَابُ قَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿وَاذۡكُرۡ فِي الۡكِتَابِ إِسۡمَاعِيلَ إِنَّهُ كَانَ صَادِقَ الۡوَعۡدِ﴾ [مريم: ٥٤]
13. Bab firman Allah taala, “Ceritakanlah kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Alquran! Sesungguhnya beliau adalah seorang yang benar janjinya” (QS. Maryam: 54)


٣٣٧٣ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا حَاتِمٌ، عَنۡ يَزِيدَ بۡنِ أَبِي عُبَيۡدٍ، عَنۡ سَلَمَةَ بۡنِ الۡأَكۡوَعِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ ﷺ عَلَى نَفَرٍ مِنۡ أَسۡلَمَ يَنۡتَضِلُونَ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (ارۡمُوا بَنِي إِسۡمَاعِيلَ فَإِنَّ أَبَاكُمۡ كَانَ رَامِيًا، وَأَنَا مَعَ بَنِي فُلَانٍ). قَالَ: فَأَمۡسَكَ أَحَدُ الۡفَرِيقَيۡنِ بِأَيۡدِيهِمۡ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (مَا لَكُمۡ لَا تَرۡمُونَ؟) فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ نَرۡمِي وَأَنۡتَ مَعَهُمۡ؟ قَالَ: (ارۡمُوا وَأَنَا مَعَكُمۡ كُلِّكُمۡ). [طرفه في: ٢٨٩٩].

3373. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Hatim menceritakan kepada kami dari Yazid bin Abu ‘Ubaid, dari Salamah bin Al-Akwa’—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melewati beberapa orang dari kabilah Aslam sedang berlomba memanah. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Memanahlah wahai bani Isma’il! Karena ayah kalian dahulu adalah seorang pemanah. Aku akan bersama bani Polan.”

Perawi berkata: Salah satu dari dua belah pihak menahan tangan-tangan mereka. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bertanya, “Mengapa kalian tidak memanah?”

Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami akan memanah sedangkan engkau bersama mereka?”

Nabi bersabda, “Memanahlah! Aku bersama kalian semua.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6607

٦٦٠٧ - حَدَّثَنَا سَعِيدُ بۡنُ أَبِي مَرۡيَمَ: حَدَّثَنَا أَبُو غَسَّانَ: حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلٍ: أَنَّ رَجُلًا مِنۡ أَعۡظَمِ الۡمُسۡلِمِينَ غَنَاءً عَنِ الۡمُسۡلِمِينَ، فِي غَزۡوَةٍ غَزَاهَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ، فَنَظَرَ النَّبِيُّ ﷺ فَقَالَ: (مَنۡ أَحَبَّ أَنۡ يَنۡظُرَ إِلَى الرَّجُلِ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ فَلۡيَنۡظُرۡ إِلَى هٰذَا). فَاتَّبَعَهُ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ، وَهُوَ عَلَى تِلۡكَ الۡحَالِ مِنۡ أَشَدِّ النَّاسِ عَلَى الۡمُشۡرِكِينَ حَتَّى جُرِحَ، فَاسۡتَعۡجَلَ الۡمَوۡتَ، فَجَعَلَ ذُبَابَةَ سَيۡفِهِ بَيۡنَ ثَدۡيَيۡهِ حَتَّى خَرَجَ مِنۡ بَيۡنِ كَتِفَيۡهِ، فَأَقۡبَلَ الرَّجُلُ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ مُسۡرِعًا، فَقَالَ: أَشۡهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، فَقَالَ: (وَمَا ذَاكَ؟). قَالَ: قُلۡتَ لِفُلَانٍ: (مَنۡ أَحَبَّ أَنۡ يَنۡظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ فَلۡيَنۡظُرۡ إِلَيۡهِ). وَكَانَ مِنۡ أَعۡظَمِنَا غَنَاءً عَنِ الۡمُسۡلِمِينَ، فَعَرَفۡتُ أَنَّهُ لَا يَمُوتُ عَلَى ذٰلِكَ، فَلَمَّا جُرِحَ اسۡتَعۡجَلَ الۡمَوۡتَ فَقَتَلَ نَفۡسَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ ﷺ عِنۡدَ ذٰلِكَ: (إِنَّ الۡعَبۡدَ لَيَعۡمَلُ عَمَلَ أَهۡلِ النَّارِ وَإِنَّهُ مِنۡ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ، وَيَعۡمَلُ عَمَلَ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ وَإِنَّهُ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ، وَإِنَّمَا الۡأَعۡمَالُ بِالۡخَوَاتِيمِ). [طرفه في: ٢٨٩٨].

6607. Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Abu Ghassan menceritakan kepada kami: Abu Hazim menceritakan kepadaku dari Sahl:

Ada seseorang yang termasuk pasukan muslim paling pemberani dalam suatu peperangan dia ikuti bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melihatnya lalu bersabda, “Siapa saja yang ingin melihat seorang lelaki dari penduduk neraka, lihatlah orang ini!”

Lalu ada salah seorang sahabat yang mengikutinya. Dia terus berperang dengan sengit melawan pasukan musyrikin sampai dia terluka. Lalu dia tidak sabar ingin mati. Dia menusukkan ujung bilah pedangnya di antara kedua dadanya sampai tembus keluar di antara kedua bahunya. Sahabat tadi bergegas datang menemui Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”

Rasulullah bertanya, “Ada apa?”

Sahabat tadi bercerita, “Anda tadi mengatakan, ‘Siapa saja yang ingin melihat seorang lelaki dari penduduk neraka, lihatlah orang ini!’ Padahal lelaki tersebut merupakan pasukan kita yang paling berani. Akupun mengetahui bahwa dia tidak akan mati dalam keadaan demikian. Ketika lelaki tersebut terluka, dia tidak sabar ingin mati lalu dia membunuh dirinya.”

Mendengar itu, Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang beramal dengan amalan penghuni neraka, padahal dia termasuk penghuni janah. Ada pula hamba yang beramal dengan amalan penghuni janah, namun dia termasuk penghuni neraka. Amalan tergantung amalan terakhir.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4207

٤٢٠٧ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ مَسۡلَمَةَ: حَدَّثَنَا ابۡنُ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ أَبِيهِ، عَنۡ سَهۡلٍ قَالَ: الۡتَقَى النَّبِيُّ ﷺ وَالۡمُشۡرِكُونَ فِي بَعۡضِ مَغَازِيهِ، فَاقۡتَتَلُوا، فَمَالَ كُلُّ قَوۡمٍ إِلَى عَسۡكَرِهِمۡ، وَفِي الۡمُسۡلِمِينَ رَجُلٌ لَا يَدَعُ مِنَ الۡمُشۡرِكِينَ شَاذَّةً وَلَا فَاذَّةً إِلَّا اتَّبَعَهَا فَضَرَبَهَا بِسَيۡفِهِ، فَقِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا أَجۡزَأَ أَحَدُهُمۡ مَا أَجۡزَأَ فُلَانٌ، فَقَالَ: (إِنَّهُ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ). فَقَالُوا: أَيُّنَا مِنۡ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ، إِنۡ كَانَ هٰذَا مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ؟ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ: لَأَتَّبِعَنَّهُ، فَإِذَا أَسۡرَعَ وَأَبۡطَأَ كُنۡتُ مَعَهُ، حَتَّى جُرِحَ، فَاسۡتَعۡجَلَ الۡمَوۡتَ، فَوَضَعَ نِصَابَ سَيۡفِهِ بِالۡأَرۡضِ وَذُبَابَهُ بَيۡنَ ثَدۡيَيۡهِ، ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَيۡهِ فَقَتَلَ نَفۡسَهُ، فَجَاءَ الرَّجُلُ إِلَى النَّبِيِّ ﷺ فَقَالَ: أَشۡهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، فَقَالَ: (وَمَا ذَاكَ؟) فَأَخۡبَرَهُ، فَقَالَ: (إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعۡمَلُ بِعَمَلِ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ، فِيمَا يَبۡدُو لِلنَّاسِ، وَإِنَّهُ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ. وَيَعۡمَلُ بِعَمَلِ أَهۡلِ النَّارِ، فِيمَا يَبۡدُو لِلنَّاسِ، وَهُوَ مِنۡ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ). [طرفه في: ٢٨٩٨].

4207. ‘Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami: Ibnu Abu Hazim menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Sahl. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berjumpa dengan pasukan musyrikin dalam salah satu peperangan lalu merekapun berperang. Ketika masing-masing pihak kembali ke pasukannya, di tengah-tengah kaum muslimin, ada seseorang yang tidak membiarkan pasukan musyrikin yang menyendiri kecuali dia ikuti lalu dia tebas menggunakan pedangnya. Ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, tiada seorang pun yang bisa menandingi si Polan.”

Nabi bersabda, “Sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka.”

Para sahabat berkata, “Lalu siapa di antara kita yang termasuk penghuni janah jika orang ini saja termasuk penghuni neraka?”

Salah seorang dari para sahabat berkata, “Aku pasti akan mengikutinya. Baik dia bergegas atau berjalan pelan, aku akan bersamanya.”

Lalu si Polan terluka parah, kemudian dia tidak sabar ingin mati. Dia meletakkan gagang pedangnya di tanah dan ujung bilah pedangnya di antara kedua dadanya, kemudian dia menjatuhkan dirinya ke pedangnya. Dia membunuh dirinya.

Orang yang menyertai si Polan itu datang menemui Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”

Nabi bertanya, “Ada apa?” Lalu orang itu bercerita kepada beliau.

Nabi bersabda, “Sungguh ada orang yang beramal dengan amalan penghuni janah dalam pandangan manusia, padahal dia termasuk penghuni neraka. Dan sungguh ada orang yang beramal dengan amalan penghuni neraka dalam pandangan manusia, padahal dia termasuk penghuni janah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1115

١١١٥ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ مَنۡصُورٍ قَالَ: أَخۡبَرَنَا رَوۡحُ بۡنُ عُبَادَةَ: أَخۡبَرَنَا حُسَيۡنٌ، عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ بُرَيۡدَةَ، عَنۡ عِمۡرَانَ بۡنِ حُصَيۡنٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّهُ سَأَلَ نَبِيَّ اللهِ ﷺ ح.

وَأَخۡبَرَنَا إِسۡحَاقُ قَالَ: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ الصَّمَدِ قَالَ: سَمِعۡتُ أَبِي قَالَ: حَدَّثَنَا الۡحُسَيۡنُ، عَنِ ابۡنِ بُرَيۡدَةَ قَالَ: حَدَّثَنِي عِمۡرَانُ بۡنُ حُصَيۡنٍ، وَكَانَ مَبۡسُورًا، قَالَ: سَأَلۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَنۡ صَلَاةِ الرَّجُلِ قَاعِدًا، فَقَالَ: (إِنۡ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفۡضَلُ، وَمَنۡ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصۡفُ أَجۡرِ الۡقَائِمِ، وَمَنۡ صَلَّى نَائِمًا فَلَهُ نِصۡفُ أَجۡرِ الۡقَاعِدِ). [الحديث ١١١٥ - طرفاه في: ١١١٦، ١١١٧].

1115. Ishaq bin Manshur telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Rauh bin ‘Ubadah mengabarkan kepada kami: Husain mengabarkan kepada kami dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ‘Imran bin Hushain—radhiyallahu ‘anhu—: Beliau bertanya kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

(Dalam riwayat lain) Ishaq telah mengabarkan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdush Shamad memgabarkan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar ayahku berkata: Al-Husain menceritakan kepada kami dari Ibnu Buraidah. Beliau berkata: ‘Imran bin Hushain menceritakan kepadaku—saat itu beliau sakit wasir—. Beliau berkata:

Aku bertanya kepada Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tentang salat dengan duduk, lantas beliau menjawab, “Sesungguhnya salat dengan berdiri adalah yang paling afdal. Siapa saja salat dengan duduk, untuknya separuh pahala salat orang yang berdiri. Siapa saja salat dengan berbaring, baginya separuh pahala salat orang yang duduk.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4202

٤٢٠٢ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ: حَدَّثَنَا يَعۡقُوبُ، عَنۡ أَبِي حَازِمٍ، عَنۡ سَهۡلِ بۡنِ سَعۡدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ الۡتَقَى هُوَ وَالۡمُشۡرِكُونَ فَاقۡتَتَلُوا، فَلَمَّا مَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِلَى عَسۡكَرِهِ وَمَالَ الۡآخَرُونَ إِلَى عَسۡكَرِهِمۡ، وَفِي أَصۡحَابِ رَسُولِ اللهِ ﷺ رَجُلٌ لَا يَدَعُ لَهُمۡ شَاذَّةً وَلَا فَاذَّةً إِلَّا اتَّبَعَهَا يَضۡرِبُهَا بِسَيۡفِهِ، فَقِيلَ: مَا أَجۡزَأَ مِنَّا الۡيَوۡمَ أَحَدٌ، كَمَا أَجۡزَأَ فُلَانٌ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (أَمَا إِنَّهُ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ). فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الۡقَوۡمِ: أَنَا صَاحِبُهُ، قَالَ: فَخَرَجَ مَعَهُ كُلَّمَا وَقَفَ وَقَفَ مَعَهُ، وَإِذَا أَسۡرَعَ أَسۡرَعَ مَعَهُ، قَالَ: فَجُرِحَ الرَّجُلُ جُرۡحًا شَدِيدًا، فَاسۡتَعۡجَلَ الۡمَوۡتَ، فَوَضَعَ سَيۡفَهُ بِالۡأَرۡضِ وَذُبَابَهُ بَيۡنَ ثَدۡيَيۡهِ، ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَى سَيۡفِهِ فَقَتَلَ نَفۡسَهُ، فَخَرَجَ الرَّجُلُ إِلَى رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: أَشۡهَدُ أَنَّكَ رَسُولُ اللهِ، قَالَ: (وَمَا ذَاكَ؟). قَالَ: الرَّجُلُ الَّذِي ذَكَرۡتَ آنِفًا أَنَّهُ مِنۡ أَهۡلِ النَّارِ، فَأَعۡظَمَ النَّاسُ ذٰلِكَ، فَقُلۡتُ: أَنَا لَكُمۡ بِهِ، فَخَرَجۡتُ فِي طَلَبِهِ، ثُمَّ جُرِحَ جُرۡحًا شَدِيدًا، فَاسۡتَعۡجَلَ الۡمَوۡتَ، فَوَضَعَ نَصۡلَ سَيۡفِهِ فِي الۡأَرۡضِ وَذُبَابَهُ بَيۡنَ ثَدۡيَيۡهِ، ثُمَّ تَحَامَلَ عَلَيۡهِ فَقَتَلَ نَفۡسَهُ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عِنۡدَ ذٰلِكَ: (إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعۡمَلُ عَمَلَ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ، فِيمَا يَبۡدُو لِلنَّاسِ، وَهُوَ مِنَ أَهۡلِ النَّارِ. وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَعۡمَلُ عَمَلَ أَهۡلِ النَّارِ، فِيمَا يَبۡدُو لِلنَّاسِ، وَهُوَ مِنۡ أَهۡلِ الۡجَنَّةِ). [طرفه في: ٢٨٩٨].

4202. Qutaibah telah menceritakan kepada kami: Ya’qub menceritakan kepada kami dari Abu Hazim, dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi—radhiyallahu ‘anhu—:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berjumpa dengan pasukan musyrikin lalu merekapun berperang. Ketika Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sudah kembali ke pasukannya dan pihak musuh kembali ke pasukan mereka, di tengah-tengah sahabat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ada seseorang yang tidak membiarkan pasukan musuh yang menyendiri kecuali dia ikuti lalu dia tebas menggunakan pedangnya. Ada yang berkata, “Di hari ini, tiada seorang pun melakukan tindakan yang lebih mencukupi kita sebagaimana tindakan yang dilakukan oleh si Polan.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Ketahuilah! Dia itu termasuk penghuni neraka.”

Salah seorang dari para sahabat berkata, “Aku akan menemaninya.”

Sahl berkata: Orang itu keluar bersama si Polan. Setiap kali si Polan berhenti, dia berhenti bersamanya. Apabila si Polan bergegas, dia bergegas bersamanya.

Sahl berkata: Lalu si Polan terluka parah, kemudian dia tidak sabar ingin mati. Dia meletakkan gagang pedangnya di tanah dan ujung bilah pedangnya di antara kedua dadanya, kemudian dia menjatuhkan badannya ke pedangnya. Dia membunuh dirinya.

Orang yang menyertai si Polan itu pergi menemui Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—lalu berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah utusan Allah.”

Rasulullah bertanya, “Ada apa?”

Orang itu bercerita, “Lelaki yang engkau sebutkan tadi bahwa dia termasuk penghuni neraka, pernyataan Anda tersebut membuat orang-orang terkejut. Lantas aku berkata: Aku akan menyelidikinya untuk kalian. Aku pun pergi mencarinya, kemudian orang itu terluka parah namun dia tidak sabar ingin mati. Dia meletakkan gagang pedangnya di tanah dan ujung bilah pedangnya di antara kedua dadanya. Kemudian dia menjatuhkan dirinya, membunuh dirinya.”

Mendengar itu, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Sungguh ada orang yang beramal dengan amalan penghuni janah dalam pandangan manusia, padahal dia termasuk penghuni neraka. Dan sungguh ada orang yang beramal dengan amalan penghuni neraka dalam pandangan manusia, padahal dia termasuk penghuni janah.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3649

١ – بَابُ فَضَائِلِ أَصۡحَابِ النَّبِيِّ ﷺ
1. Bab keutamaan-keutamaan para sahabat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam


وَمَنۡ صَحِبَ النَّبِيَّ ﷺ، أَوۡ رَآهُ مِنَ الۡمُسۡلِمِينَ، فَهُوَ مِنۡ أَصۡحَابِهِ.

Siapa saja yang menemani Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—atau yang melihat beliau dari kalangan muslimin, maka dia termasuk sahabat beliau.

٣٦٤٩ – حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَمۡرٍو قَالَ: سَمِعۡتُ جَابِرَ بۡنَ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَقُولُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الۡخُدۡرِيُّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (يَأۡتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، فَيَغۡزُو فِئَامٌ مِنَ النَّاسِ، فَيَقُولُونَ: فِيكُمۡ مَنۡ صَاحَبَ رَسُولَ اللهِ ﷺ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ، فَيُفۡتَحُ لَهُمۡ، ثُمَّ يَأۡتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، فَيَغۡزُو فِئَامٌ مِنَ النَّاسِ، فَيُقَالُ: هَلۡ فِيكُمۡ مَنۡ صَاحَبَ أَصۡحَابَ رَسُولِ اللهِ ﷺ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ، فَيُفۡتَحُ لَهُمۡ، ثُمَّ يَأۡتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ، فَيَغۡزُو فِئَامٌ مِنَ النَّاسِ، فَيُقَالُ: هَلۡ فِيكُمۡ مَنۡ صَاحَبَ أَصۡحَابَ رَسُولِ اللهِ ﷺ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ، فَيُفۡتَحُ لَهُمۡ). [طرفه في: ٢٨٩٧].

3649. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Amr. Beliau berkata: Aku mendengar Jabir bin ‘Abdullah—radhiyallahu ‘anhuma—berkata: Abu Sa’id Al-Khudri menceritakan kepada kami. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda:

Akan datang suatu zaman yang saat itu sekelompok manusia akan berperang, lalu ada yang bertanya (kepada mereka), “Apakah di tengah-tengah kalian ada sahabat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

Mereka menjawab, “Iya.”

Lalu kelompok itu diberi kemenangan.

Kemudian akan datang suatu zaman, sekelompok manusia akan berperang. Lalu ada yang bertanya, “Apakah di tengah-tengah kalian ada orang yang menemani para sahabat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

Mereka menjawab, “Iya.”

Lalu kelompok itu diberi kemenangan.

Kemudian akan datang suatu zaman, sekelompok manusia akan berperang. Lalu ada yang bertanya, “Apakah di tengah-tengah kalian ada orang yang menemani (orang yang menemani) para sahabat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

Mereka menjawab, “Iya.”

Lalu kelompok itu diberi kemenangan.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3594

٣٥٩٤ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ عَمۡرٍو، عَنۡ جَابِرٍ، عَنۡ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: (يَأۡتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ يَغۡزُونَ، فَيُقَالُ: فِيكُمۡ مَنۡ صَحِبَ الرَّسُولَ ﷺ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ، فَيُفۡتَحُ عَلَيۡهِمۡ، ثُمَّ يَغۡزُونَ، فَيُقَالُ لَهُمۡ: هَلۡ فِيكُمۡ مَنۡ صَحِبَ مَنۡ صَحِبَ الرَّسُولَ ﷺ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمۡ، فَيُفۡتَحُ لَهُمۡ). [طرفه في: ٢٨٩٧].

3594. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari ‘Amr, dari Jabir, dari Abu Sa’id—radhiyallahu ‘anhu—, dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau bersabda:

Akan datang suatu zaman yang saat itu sekelompok manusia akan berperang, lalu ada yang bertanya, “Apakah di tengah-tengah kalian ada sahabat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

Mereka menjawab, “Iya.”

Lalu kelompok itu diberi kemenangan.

Kemudian ada sekelompok manusia yang akan berperang, lalu ada yang bertanya kepada mereka, “Apakah di tengah-tengah kalian ada orang yang menemani para sahabat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—?”

Mereka menjawab, “Iya.”

Lalu kelompok itu diberi kemenangan.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6435

١٠ - بَابُ مَا يُتَّقَى مِنۡ فِتۡنَةِ الۡمَالِ
10. Bab yang dikhawatirkan dari ujian harta


وَقَوۡلِ اللهِ تَعَالَى: ﴿إِنَّمَا أَمۡوَالُكُمۡ وَأَوۡلَادُكُمۡ فِتۡنَةٌ﴾ [التغابن: ١٥].

Dan firman Allah taala, “Harta dan anak kalian hanyalah ujian.” (QS. At-Taghabun: 15).

٦٤٣٥ - حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا أَبُو بَكۡرٍ، عَنۡ أَبِي حَصِينٍ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (تَعِسَ عَبۡدُ الدِّينَارِ، وَالدِّرۡهَمِ، وَالۡقَطِيفَةِ، وَالۡخَمِيصَةِ، إِنۡ أُعۡطِيَ رَضِيَ، وَإِنۡ لَمۡ يُعۡطَ لَمۡ يَرۡضَ). [طرفه في: ٢٨٨٦].

6435. Yahya bin Yusuf telah menceritakan kepadaku: Abu Bakr mengabarkan kepada kami dari Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Celakalah hamba dinar, dirham, beludru, dan khamishah (kain hitam segi empat bercorak)! Jika dia diberi dia rida dan jika tidak diberi dia tidak rida.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1112

١٦ - بَابٌ إِذَا ارۡتَحَلَ بَعۡدَ مَا زَاغَتِ الشَّمۡسُ صَلَّى الظُّهۡرَ ثُمَّ رَكِبَ
16. Bab apabila berangkat safar setelah matahari turun, salat Zuhur dulu kemudian menaiki tunggangan


١١١٢ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ قَالَ: حَدَّثَنَا الۡمُفَضَّلُ بۡنُ فَضَالَةَ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا ارۡتَحَلَ قَبۡلَ أَنۡ تَزِيغَ الشَّمۡسُ، أَخَّرَ الظُّهۡرَ إِلَى وَقۡتِ الۡعَصۡرِ، ثُمَّ نَزَلَ فَجَمَعَ بَيۡنَهُمَا، فَإِنۡ زَاغَتِ الشَّمۡسُ قَبۡلَ أَنۡ يَرۡتَحِلَ، صَلَّى الظُّهۡرَ ثُمَّ رَكِبَ. [طرفه في: ١١١١].

1112. Qutaibah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Mufadhdhal bin Fadhalah menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik. Beliau berkata:

Dahulu apabila Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berangkat safar sebelum matahari turun, beliau menunda salat Zuhur sampai waktu Asar. Kemudian beliau singgah dan menjamak salat Zuhur dan Asar. Jika matahari sudah turun sebelum beliau berangkat safar, beliau salat Zuhur kemudian menaiki tunggangan.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1111

١٥ - بَابٌ يُؤَخِّرُ الظُّهۡرَ إِلَى الۡعَصۡرِ إِذَا ارۡتَحَلَ قَبۡلَ أَنۡ تَزِيغَ الشَّمۡسُ
15. Bab menunda salat Zuhur sampai waktu asar apabila sudah berangkat sebelum matahari turun


فِيهِ ابۡنُ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ.

Dalam bab ini ada riwayat Ibnu ‘Abbas dari Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

١١١١ - حَدَّثَنَا حَسَّانُ الۡوَاسِطِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا الۡمُفَضَّلُ بۡنُ فَضَالَةَ، عَنۡ عُقَيۡلٍ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا ارۡتَحَلَ قَبۡلَ أَنۡ تَزِيغَ الشَّمۡسُ، أَخَّرَ الظُّهۡرَ إِلَى وَقۡتِ الۡعَصۡرِ، ثُمَّ يَجۡمَعُ بَيۡنَهُمَا، وَإِذَا زَاغَتۡ، صَلَّى الظُّهۡرَ ثُمَّ رَكِبَ. [الحديث ١١١١ - طرفه في: ١١١٢].

1111. Hassan Al-Wasithi telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Al-Mufadhdhal bin Fadhalah menceritakan kepada kami dari ‘Uqail, dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Dahulu, apabila Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah berangkat safar sebelum matahari turun, beliau menunda salat Zuhur sampai waktu asar kemudian menjamak keduanya. Apabila matahari sudah turun, beliau salat Zuhur dulu, kemudian menaiki tunggangan.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7231

٤ - بَابُ قَوۡلِهِ ﷺ: لَيۡتَ كَذَا وَكَذَا
4. Bab sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Andai begini dan begitu”


٧٢٣١ - حَدَّثَنَا خَالِدُ بۡنُ مَخۡلَدٍ: حَدَّثَنَا سُلَيۡمَانُ بۡنُ بِلَالٍ: حَدَّثَنِي يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ: سَمِعۡتُ عَبۡدَ اللهِ بۡنَ عَامِرِ بۡنِ رَبِيعَةَ قَالَ: قَالَتۡ عَائِشَةُ: أَرِقَ النَّبِيُّ ﷺ ذَاتَ لَيۡلَةٍ، فَقَالَ: (لَيۡتَ رَجُلًا صَالِحًا مِنۡ أَصۡحَابِي يَحۡرُسُنِي اللَّيۡلَةَ). إِذۡ سَمِعۡنَا صَوۡتَ السِّلَاحِ، قَالَ: (مَنۡ هٰذَا؟). قِيلَ: سَعۡدٌ يَا رَسُولَ اللهِ، جِئۡتُ أَحۡرُسُكَ، فَنَامَ النَّبِيُّ ﷺ حَتَّى سَمِعۡنَا غَطِيطَهُ، قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: وَقَالَتۡ عَائِشَةُ: قَالَ بِلَالٌ:

أَلَا لَـيۡـتَ شِـعۡـرِي هَـلۡ أَبِـيـتَـنَّ لَـيۡـلَـةً بِـوَادٍ وَحَـوۡلِـي إِذۡخِـرٌ وَجَـلِـيـلُ

فَأَخۡبَرۡتُ النَّبِيَّ ﷺ. [طرفه في: ٢٨٨٥].

7231. Khalid bin Makhlad telah menceritakan kepada kami: Sulaiman bin Bilal menceritakan kepada kami: Yahya bin Sa’id menceritakan kepadaku: Aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amir bin Rabi’ah berkata: ‘Aisyah mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bergadang di suatu malam, lalu beliau bersabda, “Andai saja ada seorang pria saleh di antara para sahabatku yang menjagaku malam ini.”

Tiba-tiba kami mendengar suara senjata. Nabi bertanya, “Siapa ini?”

Ada yang menjawab, “Sa’d wahai Rasulullah. Aku datang untuk menjagamu.”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pun tidur hingga kami mendengar suara dengkurannya.

Abu ‘Abdullah berkata: ‘Aisyah berkata:

Bilal mengatakan, “Duhai, andai aku tahu apakah aku akan bisa menginap suatu malam di wadi dengan tanaman idzkhir dan jalil ada di sekitarku?”

Lalu aku mengabarkannya kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 6383

٥١ - بَابُ الدُّعَاءِ عِنۡدَ الۡوُضُوءِ
51. Bab berdoa setelah wudu


٦٣٨٣ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ بُرَيۡدِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى قَالَ: دَعَا النَّبِيُّ ﷺ بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيۡهِ فَقَالَ: (اللّٰهُمَّ اغۡفِرۡ لِعُبَيۡدٍ أَبِي عَامِرٍ). وَرَأَيۡتُ بَيَاضَ إِبۡطَيۡهِ، فَقَالَ: (اللّٰهُمَّ اجۡعَلۡهُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ فَوۡقَ كَثِيرٍ مِنۡ خَلۡقِكَ مِنَ النَّاسِ). [طرفه في: ٢٨٨٤].

6383. Muhammad bin Al-‘Ala` telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Buraid bin ‘Abdullah, dari Abu Burdah, dari Abu Musa. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—meminta air lalu berwudu. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “Ya Allah, ampunilah ‘Ubaid Abu ‘Amir.”

Aku melihat putihnya kedua ketiak beliau. Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, jadikanlah dia pada hari kiamat di atas kebanyakan makhluk-Mu dari kalangan manusia.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4323

٥٧ - بَابُ غَزۡوَةِ أَوۡطَاسٍ
57. Bab perang Authas


٤٣٢٣ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡعَلَاءِ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ بُرَيۡدِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ، عَنۡ أَبِي بُرۡدَةَ، عَنۡ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَمَّا فَرَغَ النَّبِيُّ ﷺ مِنۡ حُنَيۡنٍ بَعَثَ أَبَا عَامِرٍ عَلَى جَيۡشٍ إِلَى أَوۡطَاسٍ، فَلَقِيَ دُرَيۡدَ بۡنَ الصِّمَّةِ، فَقُتِلَ دُرَيۡدٌ وَهَزَمَ اللهُ أَصۡحَابَهُ، قَالَ أَبُو مُوسَى: وَبَعَثَنِي مَعَ أَبِي عَامِرٍ، فَرُمِيَ أَبُو عَامِرٍ فِي رُكۡبَتِهِ، رَمَاهُ جُشَمِيٌّ بِسَهۡمٍ فَأَثۡبَتَهُ فِي رُكۡبَتِهِ، فَانۡتَهَيۡتُ إِلَيۡهِ فَقُلۡتُ: يَا عَمِّ مَنۡ رَمَاكَ؟ فَأَشَارَ إِلَى أَبِي مُوسَى فَقَالَ: ذَاكَ قَاتِلِي الَّذِي رَمَانِي، فَقَصَدۡتُ لَهُ فَلَحِقۡتُهُ، فَلَمَّا رَآنِي وَلَّى، فَاتَّبَعۡتُهُ وَجَعَلۡتُ أَقُولُ لَهُ: أَلَا تَسۡتَحِي، أَلَا تَثۡبُتُ، فَكَفَّ، فَاخۡتَلَفۡنَا ضَرۡبَتَيۡنِ بِالسَّيۡفِ فَقَتَلۡتُهُ، ثُمَّ قُلۡتُ لِأَبِي عَامِرٍ: قَتَلَ اللهُ صَاحِبَكَ،

4323. Muhammad bin Al-‘Ala` telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Buraid bin ‘Abdullah, dari Abu Burdah, dari Abu Musa—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—telah selesai dari perang Hunain, beliau mengutus Abu ‘Amir memimpin pasukan ke Authas. Di sana, Abu ‘Amir bertemu dengan Duraid bin Ash-Shimmah. Duraid berhasil dibunuh dan Allah mengalahkan pasukannya.

Abu Musa berkata: Nabi mengirimku bersama Abu ‘Amir. Abu ‘Amir terkena panah di lututnya. Orang bani Jusyam memanahnya dan panahnya menancap di lutut Abu ‘Amir. Aku menghampirinya dan bertanya, “Wahai pamanku, siapa yang memanahmu?”

Abu ‘Amir memberi isyarat seraya berkata kepada Abu Musa, “Itu orang yang mencoba membunuhku yang telah memanahku.”

Aku mengejar orang yang dimaksud hingga hampir menyusulnya. Ketika dia melihatku, dia berbalik. Aku terus membuntutinya dan aku berkata kepadanya, “Tidakkah engkau malu (untuk kabur)? Mengapa tidak berhenti (untuk bertanding)?”

Dia berhenti lari. Kami beradu dua tebasan pedang dan aku berhasil membunuhnya. Kemudian aku berkata kepada Abu ‘Amir, “Allah telah membunuh orang yang melukaimu.”

قَالَ: فَانۡزِعۡ هٰذَا السَّهۡمَ، فَنَزَعۡتُهُ فَنَزَا مِنۡهُ الۡمَاءُ، قَالَ: يَا ابۡنَ أَخِي، أَقۡرِىءِ النَّبِيَّ ﷺ السَّلَامَ، وَقُلۡ لَهُ: اسۡتَغۡفِرۡ لِي. وَاسۡتَخۡلَفَنِي أَبُو عَامِرٍ عَلَى النَّاسِ، فَمَكُثَ يَسِيرًا ثُمَّ مَاتَ، فَرَجَعۡتُ فَدَخَلۡتُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ فِي بَيۡتِهِ عَلَى سَرِيرٍ مُرۡمَلٍ وَعَلَيۡهِ فِرَاشٌ، قَدۡ أَثَّرَ رِمَالُ السَّرِيرِ بِظَهۡرِهِ وَجَنۡبَيۡهِ، فَأَخۡبَرۡتُهُ بِخَبَرِنَا وَخَبَرِ أَبِي عَامِرٍ، وَقَالَ: قُلۡ لَهُ: اسۡتَغۡفِرۡ لِي، فَدَعَا بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيۡهِ فَقَالَ: (اللّٰهُمَّ اغۡفِرۡ لِعُبَيۡدٍ أَبِي عَامِرٍ).

Abu ‘Amir berkata, “Cabutkan anak panah ini!”

Aku mencabutnya, lalu darah mengucur darinya. Abu ‘Amir berkata, “Wahai keponakanku, sampaikan salam dariku kepada Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan katakan kepada beliau agar memintakan ampunan untukku.”

Kemudian Abu ‘Amir menunjukku sebagai pemimpin pasukan muslimin. Beliau bertahan hidup sebentar kemudian meninggal. Setelah aku kembali, aku masuk menemui Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di rumahnya. Beliau sedang di atas tempat tidur bertenun yang dilapisi hamparan. Tenunan tempat tidur membekas di punggung dan dua sisi tubuh beliau. Aku mengabarkan berita kami dan berita Abu ‘Amir bahwa dia berkata: Katakan kepada Nabi agar memintakan ampunan untukku.

Nabi meminta air lalu berwudu. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “Ya Allah, ampunilah ‘Ubaid Abu ‘Amir.”

وَرَأَيۡتُ بَيَاضَ إِبۡطَيۡهِ، ثُمَّ قَالَ: (اللّٰهُمَّ اجۡعَلۡهُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ فَوۡقَ كَثِيرٍ مِنۡ خَلۡقِكَ مِنَ النَّاسِ). فَقُلۡتُ: وَلِي فَاسۡتَغۡفِرۡ، فَقَالَ: (اللّٰهُمَّ اغۡفِرۡ لِعَبۡدِ اللهِ بۡنِ قَيۡسٍ ذَنۡبَهُ، وَأَدۡخِلۡهُ يَوۡمَ الۡقِيَامَةِ مُدۡخَلًا كَرِيمًا). قَالَ أَبُو بُرۡدَةَ: إِحۡدَاهُمَا لِأَبِي عَامِرٍ، وَالۡأُخۡرَى لِأَبِي مُوسَى. [طرفه في: ٢٨٨٤].

Aku melihat putihnya kedua ketiak beliau. Kemudian beliau lanjut berdoa, “Ya Allah, jadikanlah dia pada hari kiamat di atas kebanyakan makhluk-Mu dari kalangan manusia.”

Aku berkata, “Mintakan ampunan untukku juga.”

Beliau berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosa ‘Abdullah bin Qais dan masukkan dia pada hari kiamat ke tempat yang mulia.”

Abu Burdah berkata: Salah satu dari dua doa itu untuk Abu ‘Amir dan lainnya untuk Abu Musa.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 5679

٢ - بَابٌ هَلۡ يُدَاوِي الرَّجُلُ الۡمَرۡأَةَ أَوِ الۡمَرۡأَةُ الرَّجُلَ
2. Bab apakah boleh seorang pria mengobati wanita atau wanita mengobati pria?


٥٦٧٩ - حَدَّثَنَا قُتَيۡبَةُ بۡنُ سَعِيدٍ: حَدَّثَنَا بِشۡرُ بۡنُ الۡمُفَضَّلِ، عَنۡ خَالِدِ بۡنِ ذَكۡوَانَ، عَنۡ رُبَيِّعَ بِنۡتِ مُعَوِّذٍ ابۡنِ عَفۡرَاءَ قَالَتۡ: كُنَّا نَغۡزُو مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ: نَسۡقِي الۡقَوۡمَ وَنَخۡدُمُهُمۡ، وَنَرُدُّ الۡقَتۡلَى وَالۡجَرۡحَى إِلَى الۡمَدِينَةِ. [طرفه في: ٢٨٨٢].

5679. Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami: Bisyr bin Al-Mufadhdhal menceritakan kepada kami dari Khalid bin Dzakwan, dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin ‘Afra`. Beliau mengatakan: Dahulu kami ikut berperang bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Kami memberi minum, melayani pasukan muslimin yang terluka, dan membawa pasukan muslimin yang terbunuh dan yang terluka kembali ke Madinah.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4071

٢٣ - بَابُ ذِكۡرِ أُمِّ سَلِيطٍ
23. Bab penyebutan Umu Salith


٤٠٧١ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا اللَّيۡثُ، عَنۡ يُونُسَ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، وَقَالَ ثَعۡلَبَةُ بۡنُ أَبِي مَالِكٍ: إِنَّ عُمَرَ بۡنَ الۡخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَسَمَ مُرُوطًا بَيۡنَ نِسَاءٍ مِنۡ نِسَاءِ أَهۡلِ الۡمَدِينَةِ، فَبَقِيَ مِنۡهَا مِرۡطٌ جَيِّدٌ، فَقَالَ لَهُ بَعۡضُ مَنۡ عِنۡدَهُ: يَا أَمِيرَ الۡمُؤۡمِنِينَ، أَعۡطِ هٰذَا بِنۡتَ رَسُولِ اللهِ ﷺ الَّتِي عِنۡدَكَ، يُرِيدُونَ أُمَّ كُلۡثُومٍ بِنۡتَ عَلِيٍّ، فَقَالَ عُمَرُ: أُمُّ سَلِيطٍ أَحَقُّ بِهِ - وَأُمُّ سَلِيطٍ مِنۡ نِسَاءِ الۡأَنۡصَارِ، مِمَّنۡ بَايَعَ رَسُولَ اللهِ ﷺ - قَالَ عُمَرُ: فَإِنَّهَا كَانَتۡ تُزۡفِرُ لَنَا الۡقِرَبَ يَوۡمَ أُحُدٍ. [طرفه في: ٢٨٨١].

4071. Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada kami: Al-Laits menceritakan kepada kami dari Yunus, dari Ibnu Syihab. Tsa’labah bin Abu Malik berkata:

Sesungguhnya ‘Umar bin Al-Khaththab—radhiyallahu ‘anhu—membagikan mirth (pakaian wanita yang dipakai dengan cara diselimutkan) kepada wanita-wanita Madinah. Tersisa satu mirth yang bagus. Sebagian orang yang di dekat beliau berkata kepada beliau, “Wahai amirulmukminin, berikanlah pakaian ini kepada cucu perempuan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—yang menjadi istrimu.” Mereka memaksudkan Umu Kultsum binti ‘Ali.

‘Umar berkata, “Umu Salith lebih berhak.” Umu Salith termasuk wanita-wanita ansar yang telah membaiat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. ‘Umar berkata, “Sungguh dia dahulu membawakan wadah-wadah berisi air untuk kami pada hari perang Uhud.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4064

٤٠٦٤ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوۡمَ أُحُدٍ انۡهَزَمَ النَّاسُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، وَأَبُو طَلۡحَةَ بَيۡنَ يَدَىِ النَّبِيِّ ﷺ مُجَوِّبٌ عَلَيۡهِ بِحَجَفَةٍ لَهُ، وَكَانَ أَبُو طَلۡحَةَ رَجُلًا رَامِيًا شَدِيدَ النَّزۡعِ، كَسَرَ يَوۡمَئِذٍ قَوۡسَيۡنِ أَوۡ ثَلَاثًا، وَكَانَ الرَّجُلُ يَمُرُّ مَعَهُ بِجَعۡبَةٍ مِنَ النَّبۡلِ، فَيَقُولُ: (انۡثُرۡهَا لِأَبِي طَلۡحَةَ). قَالَ: وَيُشۡرِفُ النَّبِيُّ ﷺ يَنۡظُرُ إِلَى الۡقَوۡمِ، فَيَقُولُ أَبُو طَلۡحَةَ: بِأَبِي أَنۡتَ وَأُمِّي، لَا تُشۡرِفۡ يُصِيبُكَ سَهۡمٌ مِنۡ سِهَامِ الۡقَوۡمِ، نَحۡرِي دُونَ نَحۡرِكَ. وَلَقَدۡ رَأَيۡتُ عَائِشَةَ بِنۡتَ أَبِي بَكۡرٍ وَأُمَّ سُلَيۡمٍ، وَإِنَّهُمَا لَمُشَمِّرَتَانِ، أَرَى خَدَمَ سُوقِهِمَا، تَنۡقُزَانِ الۡقِرَبَ عَلَى مُتُونِهِمَا، تُفۡرِغَانِهِ فِي أَفۡوَاهِ الۡقَوۡمِ، ثُمَّ تَرۡجِعَانِ فَتَمۡلَآنِهَا، ثُمَّ تَجِيئَانِ فَتُفۡرِغَانِهِ فِي أَفۡوَاهِ الۡقَوۡمِ، وَلَقَدۡ وَقَعَ السَّيۡفُ مِنۡ يَدَيۡ أَبِي طَلۡحَةَ، إِمَّا مَرَّتَيۡنِ وَإِمَّا ثَلَاثًا. [طرفه في: ٢٨٨٠].

4064. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz menceritakan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Ketika hari perang Uhud, sebagian pasukan muslimin kocar-kacir meninggalkan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, sementara Abu Thalhah berada di depan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melindungi beliau dengan tamengnya. Abu Thalhah adalah seorang pemanah ulung yang kuat tarikannya. Di hari itu, beliau merusakkan dua atau tiga busur panah. Saat itu ada seseorang lewat membawa sewadah anak panah, lalu Nabi bersabda, “Berikanlah kepada Abu Thalhah!”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melongok untuk melihat pasukan musuh. Abu Thalhah berkata, “Wahai Nabi, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, jangan naikkan kepalamu nanti panah musuh bisa mengenaimu. Biar dadaku saja yang kena, jangan dadamu!”

(Di hari itu) sungguh aku melihat ‘Aisyah binti Abu Bakr dan Umu Sulaim mengangkat ujung bawah pakaian sehingga aku melihat gelang kaki keduanya. Keduanya mengangkut wadah-wadah air di atas punggungnya. Kemudian keduanya menuangkan air ke mulut-mulut pasukan muslimin. Kemudian keduanya kembali dan memenuhi wadah-wadah tersebut. Kemudian keduanya kembali datang menuangkan air ke mulut-mulut pasukan muslimin.

(Di hari itu pula) sungguh pedang jatuh dari tangan Abu Thalhah sebanyak dua atau tiga kali (karena kantuk).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 3811

١٨ - بَابُ مَنَاقِبِ أَبِي طَلۡحَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ
18. Bab keutamaan Abu Thalhah—radhiyallahu ‘anhu


٣٨١١ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡعَزِيزِ، عَنۡ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: لَمَّا كَانَ يَوۡمُ أُحُدٍ انۡهَزَمَ النَّاسُ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ، وَأَبُو طَلۡحَةَ بَيۡنَ يَدَىِ النَّبِيِّ ﷺ مُجَوِّبٌ بِهِ عَلَيۡهِ بِحَجَفَةٍ لَهُ، وَكَانَ أَبُو طَلۡحَةَ رَجُلًا رَامِيًا شَدِيدَ الۡقِدِّ، يَكۡسِرُ يَوۡمَئِذٍ قَوۡسَيۡنِ أَوۡ ثَلَاثًا، وَكَانَ الرَّجُلُ يَمُرُّ مَعَهُ الۡجَعۡبَةُ مِنَ النَّبۡلِ، فَيَقُولُ: (انۡشُرۡهَا لِأَبِي طَلۡحَةَ). فَأَشۡرَفَ النَّبِيُّ ﷺ يَنۡظُرُ إِلَى الۡقَوۡمِ، فَيَقُولُ أَبُو طَلۡحَةَ: يَا نَبِيَّ اللهِ، بِأَبِي أَنۡتَ وَأُمِّي، لَا تُشۡرِفۡ يُصِيبُكَ سَهۡمٌ مِنۡ سِهَامِ الۡقَوۡمِ، نَحۡرِي دُونَ نَحۡرِكَ. وَلَقَدۡ رَأَيۡتُ عَائِشَةَ بِنۡتَ أَبِي بَكۡرٍ وَأُمَّ سُلَيۡمٍ، وَإِنَّهُمَا لَمُشَمِّرَتَانِ، أَرَى خَدَمَ سُوقِهِمَا، تُنۡقِزَانِ الۡقِرَبَ عَلَى مُتُونِهِمَا، تُفۡرِغَانِهِ فِي أَفۡوَاهِ الۡقَوۡمِ، ثُمَّ تَرۡجِعَانِ فَتَمۡلَآنِهَا، ثُمَّ تَجِيئَانِ فَتُفۡرِغَانِهِ فِي أَفۡوَاهِ الۡقَوۡمِ، وَلَقَدۡ وَقَعَ السَّيۡفُ مِنۡ يَدَيۡ أَبِي طَلۡحَةَ، إِمَّا مَرَّتَيۡنِ وَإِمَّا ثَلَاثًا. [طرفه في: ٢٨٨٠].

3811. Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami: ‘Abdul ‘Aziz menceritakan kepada kami dari Anas—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan:

Ketika hari perang Uhud, sebagian pasukan muslimin kocar-kacir meninggalkan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, sementara Abu Thalhah berada di depan Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melindungi beliau dengan tamengnya. Abu Thalhah adalah seorang pemanah ulung. Tali panahnya sangat kencang. Di hari itu, beliau merusakkan dua atau tiga busur panah. Saat itu ada seseorang lewat membawa sewadah anak panah, lalu Nabi bersabda, “Berikanlah kepada Abu Thalhah!”

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melongok untuk melihat pasukan musuh. Abu Thalhah berkata, “Wahai Nabi, ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, jangan naikkan kepalamu nanti panah musuh bisa mengenaimu. Biar dadaku saja yang kena, jangan dadamu!”

(Di hari itu) sungguh aku melihat ‘Aisyah binti Abu Bakr dan Umu Sulaim mengangkat ujung bawah pakaian sehingga aku melihat gelang kaki keduanya. Keduanya mengangkut wadah-wadah air di atas punggungnya. Kemudian keduanya menuangkan air ke mulut-mulut pasukan muslimin. Kemudian keduanya kembali dan memenuhi wadah-wadah tersebut. Kemudian keduanya kembali datang menuangkan air ke mulut-mulut pasukan muslimin.

(Di hari itu pula) sungguh pedang jatuh dari tangan Abu Thalhah sebanyak dua atau tiga kali (karena kantuk).

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 2593

٢٥٩٣ - حَدَّثَنَا حِبَّانُ بۡنُ مُوسَى: أَخۡبَرَنَا عَبۡدُ اللهِ: أَخۡبَرَنَا يُونُسُ، عَنِ الزُّهۡرِيِّ، عَنۡ عُرۡوَةَ، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِذَا أَرَادَ سَفَرًا أَقۡرَعَ بَيۡنَ نِسَائِهِ، فَأَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهۡمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ، وَكَانَ يَقۡسِمُ لِكُلِّ امۡرَأَةٍ مِنۡهُنَّ يَوۡمَهَا وَلَيۡلَتَهَا، غَيۡرَ أَنَّ سَوۡدَةَ بِنۡتَ زَمۡعَةَ وَهَبَتۡ يَوۡمَهَا وَلَيۡلَتَهَا لِعَائِشَةَ زَوۡجِ النَّبِيِّ ﷺ، تَبۡتَغِي بِذٰلِكَ رِضَا رَسُولِ اللهِ ﷺ.

[الحديث ٢٥٩٣ - أطرافه في: ٢٦٣٧، ٢٦٦١، ٢٦٨٨، ٢٨٧٩، ٤٠٢٥، ٤١٤١، ٤٦٩٠، ٤٧٤٩، ٤٧٥٠، ٤٧٥٧، ٥٢١٢، ٦٦٦٢، ٦٦٧٩، ٧٣٦٩، ٧٣٧٠، ٧٥٠٠، ٧٥٤٥].

2593. Hibban bin Musa telah menceritakan kepada kami: ‘Abdullah mengabarkan kepada kami: Yunus mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Dahulu, Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila hendak safar berperang, beliau mengundi para istrinya. Siapa saja di antara mereka yang keluar anak panahnya, berarti Nabi pergi bersamanya. Dahulu beliau juga menggilir setiap istrinya sehari semalam, kecuali Saudah binti Zam’ah yang memberikan jatah hari dan malamnya untuk ‘Aisyah istri Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—untuk mengharapkan rida Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 2739

٢٧٣٩ - حَدَّثَنَا إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ الۡحَارِثِ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ أَبِي بُكَيۡرٍ: حَدَّثَنَا زُهَيۡرُ بۡنُ مُعَاوِيَةَ الۡجُعۡفِيُّ: حَدَّثَنَا أَبُو إِسۡحَاقَ، عَنۡ عَمۡرِو بۡنِ الۡحَارِثِ، خَتَنِ رَسُولِ اللهِ ﷺ، أَخِي جُوَيۡرِيَةَ بِنۡتِ الۡحَارِثِ، قَالَ: مَا تَرَكَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عِنۡدَ مَوۡتِهِ دِرۡهَمًا، وَلَا دِينَارًا، وَلَا عَبۡدًا، وَلَا أَمَةً، وَلَا شَيۡئًا، إِلَّا بَغۡلَتَهُ الۡبَيۡضَاءَ، وَسِلَاحَهُ، وَأَرۡضًا جَعَلَهَا صَدَقَةً. [الحديث ٢٧٣٩ - أطرافه في: ٢٨٧٣، ٢٩١٢، ٣٠٩٨، ٤٤٦١].

2739. Ibrahim bin Al-Harits telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Abu Bukair menceritakan kepada kami: Zuhair bin Mu’awiyah Al-Ju’fi menceritakan kepada kami: Abu Ishaq menceritakan kepada kami dari ‘Amr bin Al-Harits, salah seorang keluarga dari istri Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, yaitu saudara Juwairiyah binti Al-Harits. Beliau berkata:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika meninggal tidaklah meninggalkan dirham, dinar, budak laki-laki, budak perempuan, atau sesuatupun, kecuali bagalnya yang putih, senjatanya, dan sebidang tanah yang beliau tinggalkan untuk sedekah.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4315, 4316, dan 4317

٤٣١٥ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ كَثِيرٍ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡبَرَاءَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، وَجَاءَهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: يَا أَبَا عُمَارَةَ، أَتَوَلَّيۡتَ يَوۡمَ حُنَيۡنٍ؟ فَقَالَ: أَمَّا أَنَا فَأَشۡهَدُ عَلَى النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ لَمۡ يُوَلِّ، وَلَكِنۡ عَجَّلَ سَرَعَانُ الۡقَوۡمِ، فَرَشَقَتۡهُمۡ هَوَازِنُ، وَأَبُو سُفۡيَانَ بۡنُ الۡحَارِثِ آخِذٌ بِرَأۡسِ بَغۡلَتِهِ الۡبَيۡضَاءِ، يَقُولُ: (أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِبۡ، أَنَا ابۡنُ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبۡ). [طرفه في: ٢٨٦٤].

4315. Muhammad bin Katsir telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Bara`—radhiyallahu ‘anhu—ketika ada seseorang yang mendatanginya dan berkata, “Wahai Abu ‘Umarah, apakah engkau berbalik mundur pada hari Hunain?”

Beliau menjawab,

Aku bersaksi bahwa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak berbalik mundur, akan tetapi ada orang-orang yang tergesa-gesa lari, lalu kabilah Hawazin memanahi mereka. Ketika itu Abu Sufyan bin Al-Harits memegangi kepala bagal putih Nabi. Nabi bersabda, “Aku adalah nabi. Aku tidak berdusta. Aku adalah putra ‘Abdul Muththalib.”

٤٣١٦ - حَدَّثَنَا أَبُو الۡوَلِيدِ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ: قِيلَ لِلۡبَرَاءِ، وَأَنَا أَسۡمَعُ: أَوَلَّيۡتُمۡ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ يَوۡمَ حُنَيۡنٍ؟ فَقَالَ: أَمَّا النَّبِيُّ ﷺ فَلَا، كَانُوا رُمَاةً، فَقَالَ: (أَنَا النَّبِيُّ لَا كَذِبۡ، أَنَا ابۡنُ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبۡ). [طرفه في: ٢٨٦٤].

4316. Abu Al-Walid telah menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq: Ada yang bertanya kepada Al-Bara` dalam keadaan aku mendengar, “Apakah kalian berbalik mundur bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada hari Hunain?”

Beliau menjawab: Adapun Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, beliau tidak mundur. Waktu itu, mereka (kabilah Hawazin) memanahi, lalu Nabi bersabda, “Aku adalah nabi. Aku tidak berdusta. Aku adalah putra ‘Abdul Muththalib.”

٤٣١٧ - حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَبِي إِسۡحَاقَ: سَمِعَ الۡبَرَاءَ، وَسَأَلَهُ رَجُلٌ مِنۡ قَيۡسٍ: أَفَرَرۡتُمۡ عَنۡ رَسُولِ اللهِ ﷺ يَوۡمَ حُنَيۡنٍ؟ فَقَالَ: لَكِنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ لَمۡ يَفِرَّ، كَانَتۡ هَوَازِنُ رُمَاةً، وَإِنَّا لَمَّا حَمَلۡنَا عَلَيۡهِمِ انۡكَشَفُوا، فَأَكۡبَبۡنَا عَلَى الۡغَنَائِمِ، فَاسۡتُقۡبِلۡنَا بِالسِّهَامِ، وَلَقَدۡ رَأَيۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ عَلَى بَغۡلَتِهِ الۡبَيۡضَاءِ، وَإِنَّ أَبَا سُفۡيَانَ آخِذٌ بِزِمَامِهَا، وَهُوَ يَقُولُ: (أَنَا النَّبِيُّ ﷺ لَا كَذِبۡ).

قَالَ إِسۡرَائِيلُ وَزُهَيۡرٌ: نَزَلَ النَّبِيُّ ﷺ عَنۡ بَغۡلَتِهِ. [طرفه في: ٢٨٦٤].

4317. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepadaku: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq: Beliau mendengar Al-Bara` ketika ada seorang pria dari Qais bertanya kepadanya, “Apakah kalian lari meninggalkan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada hari Hunain?”

Beliau menjawab: Akan tetapi Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak kabur. Ketika itu kabilah Hawazin ahli memanah. Awalnya kami menyerbu mereka dan mereka kalah. Kami mulai mengumpulkan ganimah, lalu kami dihujani panah-panah. Sungguh aku melihat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di atas bagal putihnya dan Abu Sufyan memegangi tali kekangnya, ketika beliau bersabda, “Aku adalah Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Aku tidak dusta.”

Isra`il dan Zuhair berkata: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—turun dari bagalnya.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1106, 1107, dan 1108

١٣ - بَابُ الۡجَمۡعِ فِي السَّفَرِ بَيۡنَ الۡمَغۡرِبِ وَالۡعِشَاءِ
13. Bab jamak antara salat Magrib dan Isya ketika safar


١١٠٦ - حَدَّثَنَا عَلِيُّ بۡنُ عَبۡدِ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ قَالَ: سَمِعۡتُ الزُّهۡرِيَّ، عَنۡ سَالِمٍ، عَنۡ أَبِيهِ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَجۡمَعُ بَيۡنَ الۡمَغۡرِبِ وَالۡعِشَاءِ إِذَا جَدَّ بِهِ السَّيۡرُ.

1106. ‘Ali bin ‘Abdullah telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Sufyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Az-Zuhri dari Salim, dari ayahnya. Beliau berkata: Dahulu apabila Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—sedang repot dalam perjalanan, beliau menjamak salat Magrib dan Isya.

١١٠٧ - وَقَالَ إِبۡرَاهِيمُ بۡنُ طَهۡمَانَ، عَنِ الۡحُسَيۡنِ الۡمُعَلِّمِ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَجۡمَعُ بَيۡنَ صَلَاةِ الظُّهۡرِ وَالۡعَصۡرِ إِذَا كَانَ عَلَى ظَهۡرِ سَيۡرٍ، وَيَجۡمَعُ بَيۡنَ الۡمَغۡرِبِ وَالۡعِشَاءِ.

1107. Ibrahim bin Thahman berkata, dari Al-Husain Al-Mu’allim, dari Yahya bin Abu Katsir, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Dahulu Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila sedang safar, beliau menjamak salat Zuhur dengan Asar dan menjamak salat Magrib dengan Isya.

١١٠٨ - وَعَنۡ حُسَيۡنٍ، عَنۡ يَحۡيَى بۡنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنۡ حَفۡصِ بۡنِ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ أَنَسٍ، عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يَجۡمَعُ بَيۡنَ صَلَاةِ الۡمَغۡرِبِ وَالۡعِشَاءِ فِي السَّفَرِ. وَتَابَعَهُ عَلِيُّ بۡنُ الۡمُبَارَكِ وَحَرۡبٌ عَنۡ يَحۡيَى، عَنۡ حَفۡصٍ، عَنۡ أَنَسٍ: جَمَعَ النَّبِيُّ ﷺ. [الحديث ١١٠٨ - طرفه في: ١١١٠].

1108. Dari Husain, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Hafsh bin ‘Ubaidullah bin Anas, dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—. Beliau mengatakan: Dahulu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjamak salat Magrib dan Isya dalam safar.

‘Ali bin Al-Mubarak dan Harb mengiringi Al-Husain Al-Mu’allim dari Yahya, dari Hafsh, dari Anas: Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menjamak.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 4228

٤٢٢٨ - حَدَّثَنَا الۡحَسَنُ بۡنُ إِسۡحَاقَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ سَابِقٍ: حَدَّثَنَا زَائِدَةُ، عَنۡ عُبَيۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ، عَنۡ نَافِعٍ، عَنِ ابۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَسَمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَوۡمَ خَيۡبَرَ لِلۡفَرَسِ سَهۡمَيۡنِ وَلِلرَّاجِلِ سَهۡمًا. قَالَ: فَسَّرَهُ نَافِعٌ فَقَالَ: إِذَا كَانَ مَعَ الرَّجُلِ فَرَسٌ فَلَهُ ثَلَاثَةُ أَسۡهُمٍ، فَإِنۡ لَمۡ يَكُنۡ لَهُ فَرَسٌ فَلَهُ سَهۡمٌ. [طرفه في: ٢٨٦٣].

4228. Al-Hasan bin Ishaq telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Sabiq menceritakan kepada kami: Za`idah menceritakan kepada kami dari ‘Ubaidullah bin ‘Umar, dari Nafi’, dari Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan: Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—pada hari Khaibar membagi dua bagian untuk kuda dan satu bagian untuk yang berjalan kaki.

‘Ubaidullah berkata: Nafi’ menafsirkannya dengan mengatakan: Jika ada kuda menyertai seseorang, tiga bagian untuknya. Jika seseorang tidak membawa kuda, satu bagian untuknya.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 2371

١٣ - بَابُ شُرۡبِ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ مِنَ الۡأَنۡهَارِ
13. Bab manusia dan binatang minum dari sungai-sungai


٢٣٧١ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكُ بۡنُ أَنَسٍ، عَنۡ زَيۡدِ بۡنِ أَسۡلَمَ، عَنۡ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (الۡخَيۡلُ لِرَجُلٍ أَجۡرٌ، وَلِرَجُلٍ سِتۡرٌ، وَعَلَى رَجُلٍ وِزۡرٌ: فَأَمَّا الَّذِي لَهُ أَجۡرٌ، فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ، فَأَطَالَ بِهَا فِي مَرۡجٍ أَوۡ رَوۡضَةٍ، فَمَا أَصَابَتۡ فِي طِيَلِهَا ذٰلِكَ مِنَ الۡمَرۡجِ أَوِ الرَّوۡضَةِ كَانَتۡ لَهُ حَسَنَاتٍ، وَلَوۡ أَنَّهُ انۡقَطَعَ طِيَلُهَا، فَاسۡتَنَّتۡ شَرَفًا أَوۡ شَرَفَيۡنِ، كَانَتۡ آثَارُهَا وَأَرۡوَاثُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ، وَلَوۡ أَنَّهَا مَرَّتۡ بِنَهَرٍ فَشَرِبَتۡ مِنۡهُ، وَلَمۡ يُرِدۡ أَنۡ يَسۡقِيَ كَانَ ذٰلِكَ حَسَنَاتٍ لَهُ، فَهِيَ لِذٰلِكَ أَجۡرٌ. وَرَجُلٌ رَبَطَهَا تَغَنِّيًا وَتَعَفُّفًا، ثُمَّ لَمۡ يَنۡسَ حَقَّ اللهِ فِي رِقَابِهَا، وَلَا ظُهُورِهَا، فَهِيَ لِذٰلِكَ سِتۡرٌ. وَرَجُلٌ رَبَطَهَا فَخۡرًا وَرِيَاءً وَنِوَاءً لِأَهۡلِ الۡإِسۡلَامِ، فَهِيَ عَلَى ذٰلِكَ وِزۡرٌ). وَسُئِلَ رَسُولُ اللهِ ﷺ عَنِ الۡحُمُرِ، فَقَالَ: (مَا أُنۡزِلَ عَلَيَّ فِيهَا شَيۡءٌ إِلَّا هٰذِهِ الۡآيَةُ الۡجَامِعَةُ الۡفَاذَّةُ: ﴿فَمَنۡ يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرًا يَرَهُ ۞ وَمَنۡ يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ﴾) [الزلزلة: ٧-٨].

[الحديث ٢٣٧١ - أطرافه في: ٢٨٦٠، ٣٦٤٦، ٤٩٦٢، ٤٩٦٣، ٧٣٥٦].

2371. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami: Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—:

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Kuda bagi seseorang bisa menjadi pahala, bagi orang lain menjadi penutup, dan bagi orang lainnya menjadi dosa. Adapun yang menjadi pahala adalah seseorang yang mengikat kuda di jalan Allah, lalu dia ulurkan di padang rumput atau kebun, maka rumput atau kebun yang diinjak atau dimakan oleh kuda itu, akan menjadi kebaikan untuk pemiliknya. Andai kuda itu memutuskan tali tambatnya lalu melaju melewati satu atau dua tanjakan, kotoran dan jejak kuda itu akan menjadi kebaikan untuk pemiliknya. Andai kuda itu melewati sungai lalu minum darinya padahal dia tidak ingin memberinya minum darinya, itupun akan menjadi kebaikan untuk pemiliknya. Jadi kuda untuk tujuan ini akan menjadi pahala.

Orang yang mengikat kuda dalam rangka mencukupi kebutuhan hidup dan memelihara diri dari perbuatan meminta-minta, kemudian dia tidak melupakan hak Allah pada leher kuda itu dan pada punggung kuda itu, maka kuda untuk tujuan ini akan menjadi penutup.

Sedangkan orang yang mengikat kuda dalam rangka sombong, ria, dan permusuhan terhadap muslimin, maka kuda untuk tujuan ini akan menjadi dosa.”

Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ditanya tentang himar, lantas beliau bersabda, “Tidak ada wahyu yang diturunkan kepadaku tentangnya kecuali satu-satunya ayat yang komprehensif berikut ini, ‘Barang siapa beramal kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa beramal keburukan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)nya.’ (QS. Az-Zalzalah: 7-8).”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 2099

٣٦ - بَابُ شِرَاءِ الۡإِبِلِ الۡهِيمِ أَوِ الۡأَجۡرَبِ
36. Bab menjual unta yang berpenyakit haus atau kudis


الۡهَائِمُ: الۡمُخَالِفُ لِلۡقَصۡدِ فِي كُلِّ شَيۡءٍ.

Al-Hā`im artinya yang menyelisihi tujuan dalam segala sesuatu.

٢٠٩٩ - حَدَّثَنَا عَلِيٌّ: حَدَّثَنَا سُفۡيَانُ قَالَ: قَالَ عَمۡرٌو: كَانَ هَا هُنَا رَجُلٌ اسۡمُهُ نَوَّاسٌ، وَكَانَتۡ عِنۡدَهُ إِبِلٌ هِيمٌ، فَذَهَبَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا فَاشۡتَرَى تِلۡكَ الۡإِبِلَ مِنۡ شَرِيكٍ لَهُ، فَجَاءَ إِلَيۡهِ شَرِيكُهُ، فَقَالَ: بِعۡنَا تِلۡكَ الۡإِبِلَ. فَقَالَ: مِمَّنۡ بِعۡتَهَا؟ قَالَ: مِنۡ شَيۡخٍ كَذَا وَكَذَا، فَقَالَ: وَيۡحَكَ، ذَاكَ وَاللهِ ابۡنُ عُمَرَ، فَجَاءَهُ فَقَالَ: إِنَّ شَرِيكِي بَاعَكَ إِبِلًا هِيمًا وَلَمۡ يَعۡرِفۡكَ. قَالَ: فَاسۡتَقۡهَا، قَالَ: فَلَمَّا ذَهَبَ يَسۡتَاقُهَا، فَقَالَ: دَعۡهَا، رَضِينَا بِقَضَاءِ رَسُولِ اللهِ ﷺ: (لَا عَدۡوَى). سَمِعَ سُفۡيَانُ عَمۡرًا.

[الحديث ٢٠٩٩ - أطرافه في: ٢٨٥٨، ٥٠٩٣، ٥٠٩٤، ٥٧٥٣، ٥٧٧٢].

2099. ‘Ali telah menceritakan kepada kami: Sufyan menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Amr berkata:

Dahulu di sini ada seorang pria bernama Nawwas. Dahulu dia memiliki seekor unta yang berpenyakit hīm (selalu kehausan). Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—pergi membeli unta itu dari rekannya. Rekannya datang kepada Nawwas seraya berkata, “Kami telah menjual unta itu.”

Nawwas bertanya, “Kepada siapa engkau menjualnya?”

Rekannya menjawab, “Dari seorang lelaki tua yang begini dan begini.”

Nawwas berkata, “Aduh, orang itu—demi Allah—adalah Ibnu ‘Umar.”

Nawwas mendatangi Ibnu ‘Umar seraya berkata, “Sesungguhnya rekanku telah menjual seekor unta yang berpenyakit hīm kepadamu, namun dia tidak menjelaskannya kepadamu.”

Ibnu ‘Umar berkata, “(Kalau begitu,) ambillah kembali!”

‘Amr berkata: Ketika Nawwas pergi mengambilnya kembali, Ibnu ‘Umar berkata, “Biarkan saja unta itu! Kami rida dengan ketentuan Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Tidak ada ‘adwa (penyakit menular dengan sendirinya).”

Sufyan mendengar ‘Amr.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1149

١٧ - بَابُ فَضۡلِ الطُّهُورِ بِاللَّيۡلِ وَالنَّهَارِ، وَفَضۡلِ الصَّلَاةِ بَعۡدَ الۡوُضُوءِ بِاللَّيۡلِ وَالنَّهَارِ
17. Bab keutamaan suci di malam dan siang hari dan keutamaan salat setelah wudu di malam dan siang hari


١١٤٩ - حَدَّثَنَا إِسۡحَاقُ بۡنُ نَصۡرٍ: حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنۡ أَبِي حَيَّانَ، عَنۡ أَبِي زُرۡعَةَ، عَنۡ أَبِي هُرَيۡرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ: أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ لِبِلَالٍ عِنۡدَ صَلَاةِ الۡفَجۡرِ: (يَا بِلَالُ، حَدِّثۡنِي بِأَرۡجَى عَمَلٍ عَمِلۡتَهُ فِي الۡإِسۡلَامِ، فَإِنِّي سَمِعۡتُ دَفَّ نَعۡلَيۡكَ بَيۡنَ يَدَيَّ فِي الۡجَنَّةِ). قَالَ: مَا عَمِلۡتُ عَمَلًا أَرۡجَى عِنۡدِي أَنِّي لَمۡ أَتَطَهَّرۡ طُهُورًا فِي سَاعَةِ لَيۡلٍ أَوۡ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيۡتُ بِذٰلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنۡ أُصَلِّيَ. قَالَ أَبُو عَبۡدِ اللهِ: دَفَّ نَعۡلَيۡكَ، يَعۡنِي تَحۡرِيكَ.

1149. Ishaq bin Nashr telah menceritakan kepada kami: Abu Usamah menceritakan kepada kami dari Abu Hayyan, dari Abu Zur’ah, dari Abu Hurairah—radhiyallahu ‘anhu—:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—berkata kepada Bilal seusai salat Subuh, “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku amalan yang paling engkau andalkan dalam Islam, karena aku mendengar suara kedua sandalmu di hadapanku di janah.”

Bilal menjawab, “Amalan yang paling aku andalkan adalah tidaklah aku bersuci di waktu malam atau siang hari kecuali setelahnya aku melakukan salat yang telah dituliskan untukku.”

Abu ‘Abdullah berkata, “Daffa na'laika maksudnya suara gerakannya.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1147 dan 1148

١٦ - بَابُ قِيَامِ النَّبِيِّ ﷺ بِاللَّيۡلِ فِي رَمَضَانَ وَغَيۡرِهِ
16. Bab salat malam Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—ketika bulan Ramadan dan selainnya


١١٤٧ - حَدَّثَنَا عَبۡدُ اللهِ بۡنُ يُوسُفَ قَالَ: أَخۡبَرَنَا مَالِكٌ، عَنۡ سَعِيدِ بۡنِ أَبِي سَعِيدٍ الۡمَقۡبُرِيِّ، عَنۡ أَبِي سَلَمَةَ بۡنِ عَبۡدِ الرَّحۡمٰنِ أَنَّهُ أَخۡبَرَهُ: أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: كَيۡفَ كَانَتۡ صَلَاةُ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي رَمَضَانَ؟ فَقَالَتۡ: مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيۡرِهِ عَلَى إِحۡدَى عَشۡرَةَ رَكۡعَةً، يُصَلِّي أَرۡبَعًا، فَلَا تَسَلۡ عَنۡ حُسۡنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي أَرۡبَعًا، فَلَا تَسَلۡ عَنۡ حُسۡنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ، ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا، قَالَتۡ عَائِشَةُ: فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَتَنَامُ قَبۡلَ أَنۡ تُوتِرَ؟ فَقَالَ: (يَا عَائِشَةُ، إِنَّ عَيۡنَيَّ تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلۡبِي). [الحديث ١١٤٧ - طرفاه في: ٢٠١٣، ٣٥٦٩].

1147. ‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Sa’id bin Abu Sa’id Al-Maqburi, dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, bahwa beliau mengabarinya bahwa dirinya bertanya kepada ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—, “Bagaimana salat Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—di bulan Ramadan?"

‘Aisyah menjawab, “Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dahulu salat tidak lebih dari sebelas rakaat, baik di bulan Ramadan maupun di bulan lainnya. Beliau salat empat rakaat. Tidak usah tanya bagus dan panjangnya. Kemudian beliau salat empat rakaat. Tidak usah tanya bagus dan panjangnya. Kemudian beliau salat tiga rakaat.”

‘Aisyah berkata: Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum salat witir?”

Beliau menjawab, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya kedua mataku tidur namun kalbuku tidak tidur.”

١١٤٨ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ الۡمُثَنَّى: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سَعِيدٍ، عَنۡ هِشَامٍ قَالَ: أَخۡبَرَنِي أَبِي، عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: مَا رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقۡرَأُ فِي شَيۡءٍ مِنۡ صَلَاةِ اللَّيۡلِ جَالِسًا، حَتَّى إِذَا كَبِرَ قَرَأَ جَالِسًا، فَإِذَا بَقِيَ عَلَيۡهِ مِنَ السُّورَةِ ثَلَاثُونَ أَوۡ أَرۡبَعُونَ آيَةً قَامَ، فَقَرَأَهُنَّ ثُمَّ رَكَعَ. [طرفه في: ١١١٨].

1148. Muhammad bin Al-Mutsanna telah menceritakan kepada kami: Yahya bin Sa’id menceritakan kepada kami dari Hisyam. Beliau berkata: Ayahku mengabarkan kepadaku dari ‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—. Beliau mengatakan:

Aku tidak melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—membaca (Alquran) sedikit pun dalam salat malam dengan duduk, hingga ketika beliau sudah lanjut usia, beliau membaca dengan duduk. Ketika dari surah yang dibaca tinggal tiga puluh atau empat puluh ayat, beliau berdiri lalu membaca sisanya kemudian rukuk.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1130

٦ - بَابُ قِيَامِ النَّبِيِّ ﷺ بِاللَّيۡلِ حَتَّى تَرِمَ قَدَمَاهُ
6. Bab salat malamnya Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—hingga bengkak kedua telapak kakinya


وَقَالَتۡ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا: حَتَّى تَفَطَّرَ قَدَمَاهُ. وَالۡفُطُورُ: الشُّقُوقُ. ﴿انۡفَطَرَتۡ﴾ انۡشَقَّتۡ.

‘Aisyah—radhiyallahu ‘anha—mengatakan, “Sampai kedua telapak kakinya pecah-pecah.”

Al-fuṭūr artinya asy-syuqūq (retakan). Infaṭarat artinya insyaqqat (terbelah).

١١٣٠ - حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيۡمٍ قَالَ: حَدَّثَنَا مِسۡعَرٌ، عَنۡ زِيَادٍ قَالَ: سَمِعۡتُ الۡمُغِيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡه يَقُولُ: إِنۡ كَانَ النَّبِيُّ ﷺ لَيَقُومُ لِيُصَلِّيَ حَتَّى تَرِمَ قَدَمَاهُ، أَوۡ سَاقَاهُ، فَيُقَالُ لَهُ، فَيَقُولُ: (أَفَلَا أَكُونُ عَبۡدًا شَكُورًا). [الحديث ١١٣٠ - طرفاه في: ٤٨٣٦، ٦٤٧١].

1130. Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Mis’ar menceritakan kepada kami dari Ziyad. Beliau berkata: Aku mendengar Al-Mughirah—radhiyallahu ‘anhu—berkata:

Dahulu Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—salat malam hingga kedua telapak kaki atau kedua betisnya bengkak. Beliau ditanya akan hal itu lantas beliau bersabda, “Apa aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1101 dan 1102

١١ - بَابُ مَنۡ لَمۡ يَتَطَوَّعۡ فِي السَّفَرِ دُبُرَ الصَّلَاةِ وَقَبۡلَهَا
11. Bab barang siapa tidak salat sunah setelah dan sebelum salat fardu ketika safar


١١٠١ - حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ سُلَيۡمَانَ قَالَ: حَدَّثَنِي ابۡنُ وَهۡبٍ قَالَ: حَدَّثَنِي عُمَرُ بۡنُ مُحَمَّدٍ: أَنَّ حَفۡصَ بۡنَ عَاصِمٍ حَدَّثَهُ قَالَ: سَافَرَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا فَقَالَ: صَحِبۡتُ النَّبِيَّ ﷺ، فَلَمۡ أَرَهُ يُسَبِّحُ فِي السَّفَرِ، وَقَالَ اللهُ جَلَّ ذِكۡرُهُ: ﴿لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ اللهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ﴾ [الأحزاب: ٢١]. [الحديث ١١٠١ - طرفه في: ١١٠٢].

1101. Yahya bin Sulaiman telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Ibnu Wahb menceritakan kepadaku. Beliau berkata: ‘Umar bin Muhammad menceritakan kepadaku bahwa Hafsh bin ‘Ashim menceritakan kepadanya. Beliau berkata:

Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—pernah melakukan safar lalu berkata, “Aku pernah menemani Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, namun aku tidak melihat beliau melakukan salat sunah ketika safar, sementara Allah—jalla dzikruh—berfirman, ‘Sungguh ada teladan yang baik untuk kalian pada diri Rasulullah.’ (QS. Al-Ahzab: 21).”

١١٠٢ - حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى، عَنۡ عِيسَى بۡنِ حَفۡصِ بۡنِ عَاصِمٍ قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي: أَنَّهُ سَمِعَ ابۡنَ عُمَرَ يَقُولُ: صَحِبۡتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ، فَكَانَ لَا يَزِيدُ فِي السَّفَرِ عَلَى رَكۡعَتَيۡنِ، وَأَبَا بَكۡرٍ وَعُمَرَ وَعُثۡمَانَ كَذٰلِكَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ. [طرفه في: ١١٠١].

1102. Musaddad telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya menceritakan kepada kami dari ‘Isa bin Hafsh bin ‘Ashim. Beliau berkata: Ayahku menceritakan kepadaku bahwa dia mendengar Ibnu ‘Umar mengatakan: Aku pernah menemani Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—. Beliau ketika safar tidak (salat) lebih dari dua rakaat. Aku pernah menemani Abu Bakr, ‘Umar, dan ‘Utsman—radhiyallahu ‘anhum—juga melakukan demikian.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1092

١٠٩٢ - وَزَادَ اللَّيۡثُ قَالَ: حَدَّثَنِي يُونُسُ، عَنِ ابۡنِ شِهَابٍ، قَالَ سَالِمٌ: كَانَ ابۡنُ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا يَجۡمَعُ بَيۡنَ الۡمَغۡرِبِ وَالۡعِشَاءِ بِالۡمُزۡدَلِفَةِ. قَالَ سَالِمٌ: وَأَخَّرَ ابۡنُ عُمَرَ الۡمَغۡرِبَ، وَكَانَ اسۡتُصۡرِخَ عَلَى امۡرَأَتِهِ صَفِيَّةَ بِنۡتِ أَبِي عُبَيۡدٍ، فَقُلۡتُ لَهُ: الصَّلَاةُ، فَقَالَ: سِرۡ، فَقُلۡتُ: الصَّلَاةُ، فَقَالَ: سِرۡ، حَتَّى سَارَ مِيلَيۡنِ أَوۡ ثَلَاثَةً، ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى، ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ يُصَلِّي إِذَا أَعۡجَلَهُ السَّيۡرُ. وَقَالَ عَبۡدُ اللهِ: رَأَيۡتُ النَّبِيَّ ﷺ إِذَا أَعۡجَلَهُ السَّيۡرُ يُؤَخِّرُ الۡمَغۡرِبَ فَيُصَلِّيهَا ثَلَاثًا، ثُمَّ يُسَلِّمُ، ثُمَّ قَلَّمَا يَلۡبَثُ حَتَّى يُقِيمَ الۡعِشَاءَ، فَيُصَلِّيَهَا رَكۡعَتَيۡنِ، ثُمَّ يُسَلِّمُ، وَلَا يُسَبِّحُ بَعۡدَ الۡعِشَاءِ حَتَّى يَقُومَ مِنۡ جَوۡفِ اللَّيۡلِ. [طرفه في: ١٠٩١].

1092. Al-Laits menambahkan: Beliau berkata: Yunus menceritakan kepadaku dari Ibnu Syihab: Salim berkata: Dahulu Ibnu ‘Umar—radhiyallahu ‘anhuma—menjamak salat Magrib dan Isya di Muzdalifah.

Salim berkata: Ibnu ‘Umar pernah menunda salat Magrib. Saat itu beliau dikabari kematian istrinya, yaitu Shafiyyah binti Abu ‘Ubaid.

Aku berkata kepada beliau, “Waktu salat sudah tiba.”

Beliau berkata, “Lanjutkan perjalanan!”

Kemudian aku berkata lagi kepada beliau, “Waktu salat sudah tiba.”

Beliau berkata, “Lanjutkan perjalanan!”

(Kami lanjut) Sampai berjalan sejauh dua ata tiga mil. Kemudian beliau berhenti singgah lalu salat. Kemudian beliau mengatakan, “Demikianlah aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melakukan salat jika mempercepat perjalanan.”

‘Abdullah berkata: Aku melihat Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—apabila mempercepat perjalanan, beliau menunda salat Magrib. Beliau salat Magrib tiga rakaat kemudian salam. Kemudian beliau berhenti sejenak sampai melaksanakan salat Isya. Beliau salat Isya sebanyak dua rakaat kemudian salam. Beliau tidak salat sunah setelah salat Isya hingga beliau bangun di larut malam.

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 1080 dan 1081

١ - بَابُ مَا جَاءَ فِي التَّقۡصِيرِ وَكَمۡ يُقِيمُ حَتَّى يَقۡصُرَ
1. Bab riwayat tentang mengqasar salat dan berapa lama dia menetap untuk tetap boleh salat qasar


١٠٨٠ - حَدَّثَنَا مُوسَى بۡنُ إِسۡمَاعِيلَ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنۡ عَاصِمٍ وَحُصَيۡنٍ، عَنۡ عِكۡرِمَةَ، عَنِ ابۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: أَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ تِسۡعَةَ عَشَرَ يَقۡصُرُ، فَنَحۡنُ إِذَا سَافَرۡنَا تِسۡعَةَ عَشَرَ قَصَرۡنَا، وَإِنۡ زِدۡنَا أَتۡمَمۡنَا.

[الحديث ١٠٨٠ - طرفاه في: ٤٢٩٨، ٤٢٩٩].

1080. Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu ‘Awanah menceritakan kepada kami dari ‘Ashim dan Hushain, dari ‘Ikrimah, dari Ibnu ‘Abbas—radhiyallahu ‘anhuma—. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menetap (ketika safar) selama sembilan belas hari dengan mengqasar salat. Jadi kamipun ketika safar selama sembilan belas hari, kami mengqasar salat. Jika lebih dari itu, kami menyempurnakan (jumlah rakaat salat).

١٠٨١ - حَدَّثَنَا أَبُو مَعۡمَرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبۡدُ الۡوَارِثِ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحۡيَى بۡنُ أَبِي إِسۡحَاقَ قَالَ: سَمِعۡتُ أَنَسًا يَقُولُ: خَرَجۡنَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ مِنَ الۡمَدِينَةِ إِلَى مَكَّةَ، فَكَانَ يُصَلِّي رَكۡعَتَيۡنِ رَكۡعَتَيۡنِ، حَتَّى رَجَعۡنَا إِلَى الۡمَدِينَةِ. قُلۡتُ: أَقَمۡتُمۡ بِمَكَّةَ شَيۡئًا؟ قَالَ: أَقَمۡنَا بِهَا عَشۡرًا. [الحديث ١٠٨١ - طرفه في: ٤٢٩٧].

1081. Abu Ma’mar menceritakan kepada kami. Beliau berkata: ‘Abdul Warits menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Yahya bin Abu Ishaq memceritakan kepada kami. Beliau berkata: Aku mendengar Anas mengatakan:

Kami pergi keluar bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dari Madinah ke Makkah. Beliau salat dua rakaat dua rakaat sampai kami kembali ke Madinah.

Aku bertanya, “Apakah kalian tinggal di Makkah beberapa hari?”

Beliau menjawab, “Kami tinggal di sana selama sepuluh malam.”

Shahih Al-Bukhari hadis nomor 7373

٧٣٧٣ - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بۡنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا غُنۡدَرٌ: حَدَّثَنَا شُعۡبَةُ، عَنۡ أَبِي حَصِينٍ وَالۡأَشۡعَثِ بۡنِ سُلَيۡمٍ: سَمِعَا الۡأَسۡوَدَ بۡنَ هِلَالٍ، عَنۡ مُعَاذِ بۡنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (يَا مُعَاذُ، أَتَدۡرِي مَا حَقُّ اللهِ عَلَى العِبَادِ؟). قَالَ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعۡلَمُ، قَالَ: (أَنۡ يَعۡبُدُوهُ وَلاَ يُشۡرِكُوا بِهِ شَيۡئًا، أَتَدۡرِي مَا حَقُّهُمۡ عَلَيۡهِ؟). قَالَ: اللهُ وَرَسُولُهُ أَعۡلَمُ، قَالَ: (أَنۡ لَا يُعَذِّبَهُمۡ). [طرفه في: ٢٨٥٦].

7373. Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami: Ghundar menceritakan kepada kami: Syu’bah menceritakan kepada kami dari Abu Hashin dan Al-Asy’ats bin Sulaim. Keduanya mendengar Al-Aswad bin Hilal dari Mu’adz bin Jabal. Beliau mengatakan:

Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Wahai Mu’adz, apakah engkau tahu apa hak Allah terhadap para hamba?”

Mu’adz berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Nabi bersabda, “Yaitu mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Nya. Apakah engkau tahu hak mereka terhadap-Nya?”

Mu’adz berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Nabi bersabda, “Dia tidak mengazab mereka.”