٤٦ - بَابُ فَسۡخِ الۡحَجِّ إِلَى الۡعُمۡرَةِ
46. Bab membatalkan haji menjadi umrah
٢٤٦ - عَنۡ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: أَهَلَّ النَّبِيُّ ﷺ وَأَصۡحَابُهُ بِالۡحَجِّ، وَلَيۡسَ مَعَ أَحَدٍ مِنۡهُمۡ هَدۡيٌ، غَيۡرَ النَّبِيِّ ﷺ وَطَلۡحَةَ، وَقَدِمَ عَلِيُّ مِنَ الۡيَمَنِ، فَقَالَ: أَهۡلَلۡتُ بِمَا أَهَلَّ بِهِ النَّبِيُّ ﷺ. فَأَمَرَ النَّبِيُّ ﷺ أَصۡحَابَهُ أَنۡ يَجۡعَلُوهَا عُمۡرَةً، فَيَطُوفُوا، ثُمَّ يُقَصِّرُوا وَيَحِلُّوا، إلَّا مَنۡ كَانَ مَعَهُ الۡهَدۡيُ، فَقَالُوا: نَنۡطَلِقُ إلَى مِنىً، وَذَكَرُ أَحَدِنَا يَقۡطُرُ. فَبَلَغَ ذٰلِكَ النَّبِيَّ ﷺ، فَقَالَ: (لَوۡ اسۡتَقۡبَلۡتُ مِنۡ أَمۡرِي مَا اسۡتَدۡبَرۡتُ، مَا أَهۡدَيۡتُ، وَلَوۡلَا أَنَّ مَعِي الۡهَدۡيَ لَأَحۡلَلۡتُ).
وَحَاضَتۡ عَائِشَةُ، فَنَسَكَتِ الۡمَنَاسِكَ كُلَّهَا، غَيۡرَ أَنَّهَا لَمۡ تَطُفۡ بِالۡبَيۡتِ، فَلَمَّا طَهُرَتۡ طَافَتۡ بِالۡبَيۡتِ، قَالَتۡ: يَا رَسُولَ اللهِ، يَنۡطَلِقُونَ بِحَجٍّ وَعُمۡرَةٍ وَأَنۡطَلِقُ بِحَجٍّ؟ فَأَمَرَ عَبۡدَ الرَّحۡمَٰنِ بۡنَ أَبِي بَكۡرٍ أَنۡ يَخۡرُجَ مَعَهَا إلَى التَّنۡعِيمِ، فَاعۡتَمَرَتۡ بَعۡدَ الۡحَجِّ.
246. Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya memulai ihram untuk haji. Tidak ada di antara mereka seorang pun yang membawa hewan hadyu (sembelihan haji) selain Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Thalhah. ‘Ali tiba dari Yaman dan beliau mengatakan: Aku berihlal dengan ihlalnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan para sahabatnya untuk menjadikannya sebagai umrah, agar mereka tawaf, kemudian memendekkan rambut dan tahalul. Kecuali siapa saja yang membawa hewan hadyu. Mereka mengatakan: Kami berangkat ke Mina dalam keadaan kemaluan salah seorang kami meneteskan mani. Hal itu sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau bersabda, “Seandainya aku dahulu mengetahui perkaraku sekarang ini, tentu aku tidak membawa hewan hadyu. Dan seandainya aku tidak membawa hewan hadyu, tentu aku akan tahalul.”
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengalami haid sehingga beliau melakukan seluruh manasik haji selain tawaf di Kakbah. Ketika beliau sudah suci, beliau tawaf di Kakbah. ‘Aisyah mengatakan: Wahai Rasulullah, kalian berangkat dengan haji dan umrah sedangkan aku berangkat dengan haji saja? Nabi pun memerintahkan ‘Abdurrahman bin Abu Bakr untuk keluar bersama ‘Aisyah ke Tan’im. Lalu ‘Aisyah melakukan umrah setelah haji.[1]
٢٤٧ - عَنۡ جَابِرِ بۡنِ عَبۡدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: (قَدِمۡنَا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ، وَنَحۡنُ نَقُولُ: لَبَّيۡكَ بِالۡحَجِّ، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ فَجَعَلۡنَاهَا عُمۡرَةً).
247. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: Kami berangkat ke Makkah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan kami mengucapkan: Aku penuhi panggilan haji-Mu. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menjadikan haji itu sebagai umrah.[2]
٢٤٨ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَصۡحَابُهُ صَبِيحَةَ رَابِعَةٍ مِنۡ ذِي الۡحِجَّةِ مُهِلِّينَ بِالۡحَجِّ، فَأَمَرَهُمۡ أَنۡ يَجۡعَلُوهَا عُمۡرَةً، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ الۡحِلِّ؟ قَالَ: (الۡحِلُّ كُلُّهُ).
248. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya tiba saat subuh malam keempat bulan Zulhijah dalam keadaan ihram untuk haji. Nabi memerintahkan mereka untuk menjadikannya sebagai umrah. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, halal apa saja?” Beliau bersabda, “Halal seluruhnya.”[3]
٢٤٩ - عَنۡ عُرۡوَةَ بۡنِ الزُّبَيۡرِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: (سُئِلَ أُسَامَةُ بۡنُ زَيۡدٍ، وَأَنَا جَالِسٌ: كَيۡفَ كَانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يَسِيرُ فِي حَجَّةِ الۡوَدَاعِ حِينَ دَفَعَ؟ قَالَ: كَانَ يَسِيرُ الۡعَنَقَ، فَإِذَا وَجَدَ فَجۡوَةً نَصَّ).
الۡعَنَقُ: انۡبِسَاطُ السَّيۡرِ، وَالنَّصُّ: فَوۡقَ ذٰلِكَ.
249. Dari ‘Urwah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhuma, bahwa beliau mengatakan: Usamah bin Zaid ditanya ketika aku sedang duduk bersamanya: Bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempuh perjalanan pada haji wadak ketika bertolak? Beliau menjawab: Nabi menempuh perjalanan (naik unta) dengan kecepatan sedang, apabila beliau mendapati ruang kosong beliau memacu (untanya) dengan cepat.[4]
Al-‘anaq adalah perjalanan santai, adapun an-nashsh lebih cepat daripada al-‘anaq.
٢٥٠ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَمۡرُو رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ وَقَفَ فِي حَجَّةِ الۡوَدَاعِ، فَجَعَلُوا يَسۡأَلُونَهُ، فَقَالَ رَجُلٌ: لَمۡ أَشۡعُرۡ، فَحَلَقۡتُ قَبۡلَ أَنۡ أَذۡبَحَ، قَالَ: (اذۡبَحۡ، وَلَا حَرَجَ) فَجَاءَ آخَرُ فَقَالَ: لَمۡ أَشۡعُرۡ، فَنَحَرۡتُ قَبۡلَ أَنۡ أَرۡمِيَ، فَقَالَ: (ارۡمِ، وَلَا حَرَجَ) فَمَا سُئِلَ يَوۡمَئِذٍ عَنۡ شَيۡءٍ قُدِّمَ وَلَا أُخِّرَ إِلَّا قَالَ: (افۡعَلۡ وَلَا حَرَجَ).
250. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti ketika haji wadak sehingga orang-orang bisa bertanya kepada beliau.
Seseorang bertanya, “Saya tidak sadar, aku menggundul sebelum menyembelih.”
Beliau bersabda, “Sembelihlah! Tidak ada dosa.”
Orang lain mengatakan, “Saya tidak sadar, aku menyembelih sebelum melempar jamrah.”
Beliau bersabda, “Lemparlah! Tidak ada dosa.”
Tidaklah beliau ditanya sesuatu pun pada hari itu, baik diawalkan atau diakhirkan, kecuali beliau bersabda, “Kerjakanlah! Tidak ada dosa.”[5]
٢٥١ - عنۡ عَبۡدِ الرَّحۡمَٰنِ بۡنِ يَزِيدَ النَّخَعِيِّ، أَنَّهُ حَجَّ مَعَ ابۡنِ مَسۡعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ، فَرَآهُ يَرۡمِي الۡجَمۡرَةَ الۡكُبۡرَى بِسَبۡعِ حَصَيَاتٍ، فَجَعَلَ الۡبَيۡتَ عَنۡ يَسَارِهِ، وَمِنًى عَنۡ يَمِينِهِ، ثُمَّ قَالَ: هَٰذَا مَقَامُ الَّذِي أُنۡزِلَتۡ عَلَيۡهِ سُورَةُ الۡبَقَرَةِ ﷺ.
251. Dari ‘Abdurrahman bin Yazid An-Nakha’i: Bahwa dia haji bersama Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Dia melihat beliau melempari jamrah kubra (aqabah) dengan tujuh kerikil dan menjadikan Kakbah di sebelah kirinya dan Mina di sebelah kanannya. Lalu beliau mengatakan: Ini adalah tempat orang yang diturunkan surah Al-Baqarah kepadanya, yaitu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.[6]
٢٥٢ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا، أَنَّ رَسُولَ اللهِ ﷺ قَالَ: (اللَّٰهُمَّ ارۡحَمِ الۡمُحَلِّقِينَ) قَالُوا: وَالۡمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (اللَّٰهُمَّ ارۡحَمِ الۡمُحَلِّقِينَ) قَالُوا: وَالۡمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (اللَّٰهُمَّ ارۡحَمِ الۡمُحَلِّقِينَ) قَالُوا: وَالۡمُقَصِّرِينَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: (وَالۡمُقَصِّرِينَ).
252. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma:
Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang menggundul kepalanya.”
Mereka mengatakan, “Juga orang-orang yang memangkas pendek rambut, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang menggundul kepalanya.”
Mereka mengatakan, “Juga orang-orang yang memangkas pendek rambut, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang menggundul kepalanya.”
Mereka mengatakan, “Juga orang-orang yang memangkas pendek rambut, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Dan orang-orang yang memangkas pendek rambut.”[7]
٢٥٣ - عَنۡ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهَا قَالَتۡ: حَجَجۡنَا مَعَ النَّبِيِّ ﷺ، فَأَفَضۡنَا يَوۡمَ النَّحۡرِ، فَحَاضَتۡ صَفِيَّةُ فَأَرَادَ النَّبِيُّ ﷺ مِنۡهَا مَا يُرِيدُ الرَّجُلُ مِنۡ أَهۡلِهِ، فَقُلۡتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إنَّهَا حَائِضٌ، فَقَالَ: (أَحَابِسَتُنَا هِيَ؟) قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، إنَّهَا قَدۡ أَفَاضَتۡ يَوۡمَ النَّحۡرِ، قَالَ: (اخۡرُجُوا). وَفِي لَفۡظٍ: قَالَ النَّبِيُّ ﷺ: (عَقۡرَى، حَلۡقَى، أَطَافَتۡ يَوۡمَ النَّحۡرِ؟) قِيلَ: نَعَمۡ. قَالَ: (فَانۡفِرِي).
253. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan: Kami pernah berhaji bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami telah tawaf ifadhah pada hari nahar. Lalu Shafiyyah mengalami haid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menghendaki dari dia apa yang diinginkan oleh seorang suami dari istrinya.
Aku pun mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Shafiyyah sedang haid.”
Beliau bersabda, “Apakah dia menahan kita (dari perjalanan)?”
Para sahabat mengatakan, “Wahai Rasulullah, dia sudah tawaf ifadhah pada hari nahar.”
Beliau pun bersabda, “(Kalau begitu) keluarlah kalian.”[8]
Dalam lafal lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celaka! Apakah dia sudah tawaf (ifadhah) pada hari nahar?”
Dijawab, “Sudah.”
Beliau bersabda, “Berangkatlah!”[9]
٢٥٤ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: (أُمِرَ النَّاسُ أَنۡ يَكُونَ آخِرُ عَهۡدِهِمۡ بِالۡبَيۡتِ، إِلَّا أَنَّهُ خُفِّفَ عَنِ الۡمَرۡأَةِ الۡحَائِضِ).
254. Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan: Orang-orang diperintahkan agar akhir dari amalan haji mereka adalah di Kakbah, kecuali diberikan keringanan dalam hal ini bagi wanita yang sedang haid.[10]
٢٥٥ - عَنۡ عَبۡدِ اللهِ بۡنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمَا قَالَ: (اسۡتَأۡذَنَ الۡعَبَّاسُ بۡنُ عَبۡدِ الۡمُطَّلِبِ رَسُولَ اللهِ ﷺ، أَنۡ يَبِيتَ بِمَكَّةَ لَيَالِيَ مِنىً، مِنۡ أَجۡلِ سِقَايَتِهِ، فَأَذِنَ لَهُ).
255. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma: Bahwa Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bermalam di Makkah pada malam-malam Mina untuk bertugas memberi minum, lalu beliau memberinya izin.[11]
٢٥٦ – وَعَنۡهُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: (جَمَعَ النَّبِيُّ ﷺ بَيۡنَ الۡمَغۡرِبِ وَالۡعِشَاءِ بِجَمۡعٍ، كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنۡهُمَا بِإِقَامَةٍ، وَلَمۡ يُسَبِّحۡ بَيۡنَهُمَا، وَلَا عَلَى إثۡرِ وَاحِدَةٍ مِنۡهُمَا).
256. Masih dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamak antara salat Magrib dan Isya di Muzdalifah. Setiap satu dari dua salat itu dengan satu ikamah dan beliau tidak salat sunah di antara keduanya, tidak pula setelah setiap satu dari dua salat tersebut.[12]
[1] HR. Al-Bukhari nomor 1651, 1785, 7230, dan Muslim nomor 1213.
[2] HR. Al-Bukhari nomor 1570 dan Muslim nomor 1218.
[3] HR. Al-Bukhari nomor 1564, 3832, dan Muslim nomor 1240.
[5] HR. Al-Bukhari nomor 1736 dan Muslim nomor 1306.
[6] HR. Al-Bukhari nomor 1747, 1749, 1750, dan Muslim nomor 307/1296.
[8] HR. Al-Bukhari nomor 1733, 1757, dan Muslim nomor 386/1211.
[9] HR. Al-Bukhari nomor 1771.
[10] HR. Al-Bukhari nomor 1755 dan Muslim nomor 1328.
[11] HR. Al-Bukhari nomor 1745 dan Muslim nomor 1315.