Syaikhul Islam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah (wafat tahun 620 H)
di dalam kitab beliau Lum'atul I'tiqad berkata:
٢٩ - وَأَمَّا النِّسۡبَةُ إِلَى إِمَامٍ فِى فُرُوعِ الدِّينِ
كَالطَّوَائِفِ الۡأَرۡبَعِ فَلَيۡسَ بِمَذۡمُومٍ، فَإِنَّ الۡاِخۡتِلَافَ
فِى الۡفُرُوعِ رَحۡمَةٌ، وَالۡمُخۡتَلِفُونَ فِيهِ مَحۡمُودُونَ فِى
اخۡتِلَافِهِمۡ، مُثَابُونَ عَلَى اجۡتِهَادِهِمۡ، وَاخۡتِلَافُهُمۡ رَحۡمَةٌ
وَاسِعَةٌ، وَاتِّفَاقُهُمۡ حُجَّةٌ قَاطِعَةٌ.
29. Adapun menyatakan diri mengikuti seorang imam dalam cabang agama
(furuk) seperti imam empat mazhab, tidaklah tercela karena keberagaman
dalam furuk adalah rahmat. Orang-orang yang beragam dalam masalah furuk
ini dipuji dalam keberagaman mereka. Mereka diganjar karena ijtihad
mereka. Keberagaman mereka adalah rahmat yang luas sedangkan kesepakatan
mereka adalah hujah yang memuaskan.
نَسۡأَلُ اللهَ أَنۡ يَعۡصِمَنَا مِنَ الۡبِدَعِ وَالۡفِتۡنَةِ،
وَيُحۡيِينَا عَلَى الۡإِسۡلَامِ وَالسُّنَّةِ، وَيَجۡعَلَنَا مِمَّنۡ
يَتَّبِعُ رَسُولَ اللهِ ﷺ فِى الۡحَيَاةِ، وَيَحۡشُرَنَا فِى زُمۡرَتِهِ
بَعۡدَ الۡمَمَاتِ، بِرَحۡمَتِهِ وَفَضۡلِهِ آمِينَ.
Kita meminta kepada Allah agar melindungi kita dari bidah-bidah dan
ujian, agar menghidupkan kita di atas Islam dan sunah, agar menjadikan
kita termasuk orang-orang yang mengikuti Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—semasa hidup, dan agar mengumpulkan kita dalam rombongan beliau
setelah meninggal, dengan rahmat dan karunia-Nya. Amin.
وَهَٰذَا آخِرُ الۡمُعۡتَقَدِ.
وَالۡحَمۡدُ لِلهِ وَحۡدَهُ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَآلِهِ وَصَحۡبِهِ وَسَلَّمَ تَسۡلِيمًا.
Ini adalah akhir pembahasan akidah. Segala puji bagi Allah semata. Semoga
selawat dan salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga,
dan sahabatnya.[1]
Syekh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin (wafat 1421 H) rahimahullah di
dalam syarahnya berkata,
[1]
الۡخِلَافُ فِى الۡفُرُوعِ:
Perbedaan dalam masalah furuk:
الۡفُرُوعُ: جَمۡعُ فَرۡعٍ، وَهُوَ لُغَةً: مَا بُنِىَ عَلَى غَيۡرِهِ،
وَاصۡطِلَاحًا: مَا لَا يَتَعَلَّقُ بِالۡعَقَائِدِ كَمَسَائِلِ الطَّهَارَةِ
وَالصَّلَاةِ وَنَحۡوِهَا.
Furuk (furu’) adalah bentuk jamak dari kata far’. Secara bahasa Arab artinya:
sesuatu yang dibangun di atas selainnya. Secara istilah artinya perkara yang
tidak berkaitan dengan akidah, seperti permasalahan taharah, salat, dan yang
semacam itu.
وَالۡاِخۡتِلَافُ فِيهَا لَيۡسَ بِمَذۡمُومٍ حَيۡثُ كَانَ صَادِرًا عَنۡ
نِيَّةٍ خَالِصَةٍ وَاجۡتِهَادٍ لَا عَنۡ هَوًى وَتَعَصُّبٍ؛ لِأَنَّهُ وَقَعَ
فِى عَهۡدِ النَّبِىِّ ﷺ وَلَمۡ يُنۡكِرۡهُ حَيۡثُ قَالَ فِى غَزۡوَةِ بَنِى
قُرَيۡظَةَ: (لَا يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ الۡعَصۡرَ إِلَّا فِى بَنِى قُرَيۡظَةَ)
فَحَضَرَتِ الصَّلَاةُ قَبۡلَ وُصُولِهِمۡ فَأَخَّرَ بَعۡضُهُمُ الصَّلَاةَ
حَتَّى وَصَلُوا بَنِى قُرَيۡظَةَ، وَصَلَّى بَعۡضُهُمۡ حِينَ خَافَوۡا خُرُوجَ
الۡوَقۡتِ، وَلَمۡ يُنۡكِرِ النَّبِىُّ ﷺ عَلَى وَاحِدٍ مِنۡهُمۡ. رَوَاهُ
الۡبُخَارِىُّ. وَلِأَنَّ الۡاِخۡتِلَافَ فِيهَا مَوۡجُودٌ فِى الصَّحَابَةِ
وَهَمۡ خَيۡرُ الۡقُرُونِ، وَلِأَنَّهُ لَا يُورِثُ عَدَاوَةً وَلَا بَغۡضَاءَ
وَلَا تَفَرُّقَ كَلِمَةٍ بِخِلَافِ الۡاِخۡتِلَافِ فِى الۡأُصُولِ.
Perbedaan dalam masalah ini tidak dicela apabila muncul dari niat yang bersih
dan kesungguh-sungguhan, bukan dilandasi hawa nafsu dan fanatisme. Perbedaan
dalam hal ini pernah terjadi di masa Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dan
beliau tidak mengingkarinya.
Saat perang bani Quraizhah beliau berkata, “Jangan sampai seorang pun salat
Asar kecuali di bani Quraizhah.”
Waktu salat tiba sebelum mereka sampai. Sebagian mereka menunda salat hingga
tiba di bani Quraizhah. Sebagian lagi salat ketika mereka khawatir waktu salat
akan habis. Nabi—
shallallahu ‘alaihi wa sallam—tidak mengingkari salah satu
dari mereka. (HR.
Al-Bukhari nomor 946).
(Tidak dicelanya perselisihan dalam masalah furuk ini) karena sesungguhnya
perselisihan ini pernah terjadi pada sahabat padahal mereka generasi terbaik.
Juga karena perselisihan tersebut tidak mewariskan permusuhan, kebencian, dan
perpecahan persatuan. Lain halnya perselisihan dalam perkara prinsip.
وَقَوۡلُ الۡمُؤَلِّفِ: (الۡمُخۡتَلِفُونَ فِيهِ مَحۡمُودُونَ فِى
اخۡتِلَافِهِمۡ): لَيۡسَ ثَنَاءً عَلَى الۡاِخۡتِلَافِ فَإِنَّ الۡاِتِّفَاقَ
خَيۡرٌ مِنۡهُ، وَإِنَّمَا الۡمُرَادُ بِهِ نَفۡىُ الذَّمِّ عَنۡهُ وَأَنَّ
كُلَّ وَاحِدٍ مَحۡمُودٌ عَلَى مَا قَالَ؛ لِأَنَّهُ مُجۡتَهِدٌ فِيهِ مُرِيدٌ
لِلۡحَقِّ فَهُوَ مَحۡمُودٌ عَلَى اجۡتِهَادِهِ وَاتِّبَاعِ مَا ظَهَرَ لَهُ
مِنَ الۡحَقِّ وَإِنۡ كَانَ قَدۡ لَا يُصِيبُ الۡحَقَّ.
Ucapan mualif, “Orang yang berselisih dalam perkara furuk dipuji dalam
keberagaman mereka” ini bukan bermaksud memuji perselisihan karena kesepakatan
jelas lebih baik daripada perselisihan. Yang dimaukan dengan ucapan tersebut
hanyalah bahwa perselisihan dalam hal furuk tidak dicela dan bahwa
masing-masingnya dipuji atas pendapatnya karena dia bersungguh-sungguh dan
menginginkan untuk mencocoki kebenaran. Dia dipuji atas kesungguhannya dan
sikap mengikuti kebenaran yang tampak baginya meskipun kadang dia tidak
mencocoki kebenaran.
وَقَوۡلُهُ: (إِنَّ الۡاِخۡتِلَافَ فِى الۡفُرُوعِ رَحۡمَةٌ وَإِنَّ
اخۡتِلَافَهُمۡ رَحۡمَةٌ وَاسِعَةٌ): أَىۡ دَاخِلٌ فِى رَحۡمَةِ اللهِ
وَعَفۡوِهِ حَيۡثُ لَمۡ يُكَلِّفۡهُمۡ أَكۡثَرَ مِمَّا يَسۡتَطِيعُونَ وَلَمۡ
يُلۡزِمۡهُمۡ بِأَكۡثَرَ مِمَّا ظَهَرَ لَهُمۡ، فَلَيۡسَ عَلَيۡهِمۡ حَرَجٌ فِى
هَٰذَا الۡاِخۡتِلَافِ بَلۡ هُمۡ فِيهِ دَاخِلُونَ تَحۡتَ رَحۡمَةِ اللهِ
وَعَفۡوِهِ إِنۡ أَصَابُوا فَلَهُمۡ أَجۡرَانِ وَإِنۡ أَخۡطَأُوا فَلَهُمۡ
أَجۡرٌ وَاحِدٌ.
Ucapan mualif, “Sesungguhnya keragaman dalam perkara furuk adalah rahmat dan
sesungguhnya keberagaman mereka adalah rahmat yang luas” artinya hal tersebut
masuk di dalam rahmat Allah dan pemaafan-Nya. Yaitu Allah tidak membebani
mereka di luar kemampuan mereka dan tidak mengharuskan mereka suatu pendapat
di luar daya pikir mereka. Sehingga mereka tidak berdosa dalam perselisihan
ini, bahkan mereka masuk dalam naungan rahmat dan pemaafan Allah. Jika mereka
mencocoki kebenaran, mendapat dua pahala dan jika keliru, mendapat satu
pahala.
الۡإِجۡمَاعُ وَحُكۡمُهُ:
Ijmak dan hukumnya.
الۡإِجۡمَاعُ لُغَةً: الۡعَزۡمُ وَالۡاِتِّفَاقُ.
وَاصۡطِلَاحًا: اتِّفَاقُ الۡعُلَمَاءِ الۡمُجۡتَهِدِينَ مِنۡ أُمَّةِ
مُحَمَّدٍ ﷺ عَلَى حُكۡمٍ شَرۡعِىٍّ بَعۡدَ النَّبِىِّ ﷺ.
وَهُوَ حُجَّةٌ لِقَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿فَإِن تَنَٰزَعۡتُمۡ فِى شَىۡءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ﴾ [النساء: ٥٩].
Ijmak secara bahasa Arab artinya tekad dan kesepakatan. Secara istilah artinya
kesepakatan ulama mujtahid dari kalangan umat Muhammad—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—terhadap suatu hukum syariat sepeninggal Nabi—shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Ijmak adalah hujah (dasar argumen yang sah) berdasarkan firman Allah taala,
“Jika kalian berselisih dalam suatu perkara, kembalikanlah kepada Allah dan
Rasul.” (QS. An-Nisa`: 59).
وَقَوۡلِ النَّبِىِّ ﷺ: (لَا تَجۡتَمِعُ أُمَّتِى عَلَى ضَلَالَةٍ). رَوَاهُ
التِّرۡمِذِىُّ.
Dan sabda Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—, “Umatku tidak akan bersatu di
atas kesesatan.” (HR. At-Tirmidzi).
التَّقۡلِيدُ:
Taklid.
التَّقۡلِيدُ لُغَةً: وَضۡعُ الۡقِلَادَةِ فِى الۡعُنُقِ، وَاصۡطِلَاحًا:
اتِّبَاعُ قَوۡلِ الۡغَيۡرِ بِلَا حُجَّةٍ.
Taklid secara bahasa Arab artinya meletakkan kalung di leher. Secara istilah
artinya mengikuti pendapat orang lain tanpa hujah.
وَهُوَ جَائِزٌ لِمَنۡ لَا يَصِلُ إِلَى الۡعِلۡمِ بِنَفۡسِهِ لِقَوۡلِهِ
تَعَالَى: ﴿فَسۡـءَلُوٓا۟ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ﴾
[النحل: ٤٣].
Taklid dibolehkan bagi siapa saja yang tidak bisa mencapai ilmu dengan
kemampuan dirinya berdasarkan firman Allah taala, “Bertanyalah kepada ulama
jika kalian tidak mengetahui!” (QS. An-Nahl: 43).
وَالۡمَذَاهِبُ الۡمَشۡهُورَةُ أَرۡبَعَةٌ:
Mazhab yang terkenal ada empat.
الۡمَذۡهَبُ الۡحَنَفِىُّ: وَإِمَامُهُ أَبُو حَنِيفَةَ النُّعۡمَانُ بۡنُ
ثَابِتٍ، إِمَامُ أَهۡلِ الۡعِرَاقِ وُلِدَ سَنَةَ ٨٠هـ وَتُوُفِّىَ سَنَةَ
١٥٠هـ.
Mazhab Hanafi: imamnya adalah Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit. Imamnya
penduduk Irak. Beliau lahir tahun 80 H dan wafat tahun 150 H.
الۡمَالِكِىُّ: وَإِمَامُهُ أَبُو عَبۡدِ اللهِ مَالِكُ بۡنُ أَنَسٍ، إِمَامُ
دَارِ الۡهِجۡرَةِ وُلِدَ سَنَةَ ٩٣هـ وَتُوُفِّىَ سَنَةَ ١٧٩هـ.
Mazhab Maliki: imamnya adalah Abu ‘Abdullah Malik bin Anas. Imamnya negeri
hijrah. Lahir tahun 93 H dan wafat tahun 179 H.
الشَّافِعِىُّ: وَإِمَامُهُ أَبُو عَبۡدِ اللهِ مُحَمَّدُ بۡنُ إِدۡرِيسَ
الشَّافِعِىُّ، وُلِدَ سَنَةَ ١٥٠هـ وَتُوُفِّىَ سَنَةَ ٢٠٤هـ.
Mazhab Syafi’i: imamnya adalah Abu ‘Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i.
Lahir tahun 150 H dan wafat tahun 204 H.
الۡحَنۡبَلِىُّ: وَإِمَامُهُ أَبُو عَبۡدِ اللهِ أَحۡمَدُ بۡنُ مُحَمَّدِ بۡنِ
حَنۡبَلٍ وُلِدَ سَنَةَ ١٦٤هـ وَتُوُفِّىَ سَنَةَ ٢٤١هـ.
Mazhab Hambali: imamnya adalah Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.
Lahir tahun 164 H dan wafat tahun 241 H.
وَهُنَاكَ مَذَاهِبُ أُخۡرَى كَمَذۡهَبِ الظَّاهِرِيَّةِ وَالزَّيۡدِيَّةِ
وَالسُّفۡيَانِيَّةِ وَغَيۡرِهِمۡ.
وَكُلٌّ يُؤۡخَذُ مِنۡ قَوۡلِهِ مَا كَانَ صَوَابًا، وَيُتۡرَكُ مِنۡ قَوۡلِهِ
مَا كَانَ خَطَأً، وَلَا عِصۡمَةَ إِلَّا فِى كِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ
رَسُولِهِ ﷺ.
Di sana ada mazhab-mazhab lain seperti mazhab Zhahiriyyah, Zaidiyyah,
Sufyaniyyah, dan selain mereka. Semua mazhab tersebut, pendapatnya diambil
selama pendapatnya benar dan pendapatnya ditinggalkan apabila keliru. Tidak
ada yang terpelihara dari kesalahan kecuali yang terdapat pada Alquran dan
sunah Rasul-Nya—shallallahu ‘alaihi wa sallam.
نَسۡأَلُ اللهَ أَنۡ يَجۡعَلَنَا مِنَ الۡمُتَمَسِّكِينَ بِكِتَابِهِ
وَسُنَّةِ رَسُولِهِ ﷺ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا، وَأَنۡ يَتَوَفَّانَا عَلَى ذٰلِكَ
وَأَنۡ يَتَوَلَّانَا فِى الدُّنۡيَا وَالۡآخِرَةِ، وَأَنۡ لَا يُزِيغَ
قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَانَا، وَأۡنۡ يَهَبَ لَنَا مِنۡهُ رَحۡمَةً إِنَّهُ
هُوَ الۡوَهَّابُ.
Kita meminta kepada Allah agar menjadikan kita termasuk orang-orang yang
berpegang teguh dengan kitab-Nya dan sunah Rasul-Nya—shallallahu ‘alaihi wa
sallam—lahir batin, agar Dia mewafatkan kita dalam keadaan tersebut, agar Dia
menjaga kita di dunia dan akhirat, agar Dia tidak menyimpangkan hati kita
setelah memberi hidayah kepada kita, dan agar Dia mengaruniakan rahmat-Nya
kepada kita sesungguhnya Dia adalah Maha Pemberi.
وَالۡحَمۡدُ لِلهِ كَثِيرًا كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرۡضَى، وَكَمَا
يَنۡبَغِى لِكَرَمِ وَجۡهِهِ عَزَّ جَلَالُهُ، وَالۡحَمۡدُ لِلهِ الَّذِى
بِنِعۡمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحۡبِهِ.
Segala puji bagi Allah. Pujian yang banyak sebagaimana pujian yang dicintai
dan diridai oleh Tuhan kita. Sebagaimana yang layak bagi kemuliaan
wajah-Nya—‘azza jalaluh. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya, amalan
saleh dapat sempurna. Semoga Allah mencurahkan selawat dan salam kepada Nabi
kita Muhammad, keluarga beliau, dan sahabat beliau.
تَمَّ فِى عَصۡرِ الۡجُمۡعَةِ الۡمُوَافَقُ ١٠/١/١٣٩٢هـ.
Tamat di waktu Asar hari Jumat bertepatan tanggal 10 Al-Muharram 1392 H.
بِقَلَمِ مُؤَلِّفِهِ الۡفَقِيرِ إِلَى اللهِ تَعَالَى
مُحَمَّدُ بۡنُ صَالِحٍ الۡعُثَيۡمِينُ
Dengan pena mualifnya yang sangat butuh kepada Allah taala: Muhammad bin
Shalih Al-‘Utsaimin.